Salah masuk kamar, berujung ngamar ❌ Niat hati ingin kabur dari Juragan Agus—yang punya istri tiga. Malah ngumpet di kamar bule Russia.
Alizha Shafira—gadis yatim piatu yang mendadak dijual oleh bibinya sendiri. Alih-alih kabur dari Juragan istri tiga, Alizha malah bertemu dengan pria asing.
Arsen Mikhailovich Valensky—pria dingin yang tidak menyukai keributan, mendadak tertarik dengan kecerewetan Alizha—si gadis yang nyasar ke kamarnya.
Siapa Arsen sebenarnya? Apakah dia pria jahat yang mirip seperti mafia di dalam novel?
Dan, apakah Alizha mampu menaklukkan hati pria blasteran—yang membuatnya pusing tujuh keliling?
Welcome to cerita baper + gokil, Om Bule dan bocil tengilnya. Ikutin kisah mereka yang penuh keributan di sini👇🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
go to Rusia
Begitu naik pesawat, wajah Alizha langsung pucat. Tangannya tidak mau lepas dari lengan Arsen, seperti bayi koala yang menempel di batang pohon.
"Mister, serius, kita naik beginian?" bisiknya dengan suara bergetar.
Arsen menoleh. "Baby goat, ini hanya pesawat. Tidak akan menggigitmu."
"Tidak akan menggigit, tapi bisa jatuh, Mister! Saya pernah nonton film. Aduh, jangan-jangan saya mabuk udara." Alizha semakin panik, menggenggam erat lengan suaminya sampai pria itu meringis kecil.
Penumpang lain sudah duduk dengan santai, sementara Alizha masih gemetaran. Bahkan saat pramugari memberi instruksi keselamatan, gadis itu sama sekali tidak fokus—malah menunduk sambil berbisik mengucapkan doa.
Saat pesawat mulai bergerak, Alizha mendesah panjang. "Ya Allah, saya tidak siap mati muda. Mister! Saya takut!"
Arsen menahan tawa, mengusap kepala istrinya. "Baby goat, kau tidak akan mati. Paling-paling hanya sedikit mual."
"Apa?! Sedikit mual katanya! Saya udah gemetaran begini, Mister!"
Pesawat pun lepas landas. Alizha spontan menjerit pelan, lalu buru-buru membekap mulutnya sendiri dengan satu tangan. Tangannya yang lain tetap mencengkram lengan Arsen sekuat tenaga.
Arsen melirik dengan wajah geli, lalu menepuk pelan tangan istrinya. "Tenang. Kau bersama saya. Kalau pesawat ini jatuh, kita jatuh bersama."
Alizha melotot. "Mister! Itu bukan kalimat yang menenangkan!"
Arsen akhirnya terkekeh kecil, menarik kepala istrinya ke bahunya. "Sudahlah. Tutup matamu. Anggap saja ini seperti tidur di pelukan saya."
Alizha mendengus, tapi karena gemetarnya makin menjadi, dia menurut juga. Wajahnya merah padam, kepalanya bersandar ke bahu suaminya.
Dalam hati, dia masih komat-kamit. "Astaghfirullah .... kenapa saya harus pindah ke Rusia sih? Kenapa juga harus naik pesawat gini sih?"
Pesawat sudah melayang dengan stabil beberapa lama. Alizha mulai bisa bernapas lebih lega, meski tangannya masih menggenggam lengan Arsen. Dia bahkan sempat melirik ke jendela, lalu buru-buru menunduk lagi.
"Ya Allah, tinggi sekali, Mister. Ini serius aman, kan?" bisiknya.
Arsen mengusap kepala Alizha sekilas. "Aman. Kau lihat, semua orang santai."
Alizha hendak menjawab, tapi tiba-tiba tubuh pesawat bergetar hebat. Lampu tanda sabuk pengaman menyala. Guncangan pertama membuat Alizha hampir melompat dari kursinya.
"Astaghfirullah!" teriaknya pelan, lalu buru-buru menutup mulut dengan tangan lagi.
Guncangan kedua lebih kuat. Refleks, tangannya mencengkram lengan Arsen begitu keras sampai kukunya menancap.
"Baby goat!" Arsen meringis, tapi tetap menahan lengannya agar tidak ditarik.
Alizha tidak peduli, matanya terpejam rapat, wajahnya semakin pucat. "Ya Allah, saya takut. Saya mau turun aja. Ini mengerikan, saya tidak kuat—"
"Sstt," Arsen mencondongkan tubuh, mendekat ke telinganya. "Tenang. Itu hanya turbulensi. Normal, you know?"
"Normal gimana?! Kalau normal kenapa kayak roller coaster?!"
Arsen menahan tawa, meski lengan putihnya sudah memerah bekas kuku Alizha. Dia meraih tangan istrinya yang mencengkram erat, lalu menepuk pelan. "Kau bisa patahkan lengan saya kalau begini."
"Biarin! Siapa suruh maksa saya ke Rusia. Saya kan belum pernah naik pesawat, saya takut tahu!"
Arsen akhirnya menarik tubuh gadis itu mendekat, menahan agar kepanikan Alizha tidak meledak. "Lihat saya, Baby. Selama saya di sampingmu, tidak ada yang perlu ditakutkan."
Alizha menatapnya dengan mata berair, masih panik. "Janji? benar tidak jatuh?"
"Janji. Kalau jatuh, kita jatuhnya bersama," jawab Arsen dengan senyum tipis.
Alizha mendelik. "Mister! Itu lagi jawabannya! Bikin panik tahu! Bukan nenangin!"
Arsen langsung tertawa kecil, lalu mengelus kepala gadis itu sampai turbulensi mereda perlahan.
Alizha masih gemetaran, tangannya tetap menancap di lengan Arsen. "Astaghfirullah, Mister. Sumpah, kalau ada bekas kuku, jangan bilang siapa-siapa. Malu banget saya!"
Arsen melirik lengannya yang penuh garis merah. "Hem, tidak masalah. Itu tanda kalau istri takut kehilangan saya."
Alizha langsung menunduk, wajahnya merah padam. "Ya ampun, malu banget saya! Mister bisa aja ngomongnya."
"Suami memang harus begitu, kan? Istri."
Alizha terpaksa mengangguk, biar cepat. "Ya, ya. Saya pusing harus memahami bahasa kamu yang kebalik-balik."
Arsen terkekeh geli. Memberikan tepukan pelan ke kepala Alizha.
—tbc—
maaf lama update, ya, ges. lagi ada kesibukan ;(
sama y sha
eh kok ikut ikutan
kirain marah karena masukin orang baru sembarangan
tau ya takut anaknya mainin ank orang
gemesnya liat mereka
lah ini dosa 🤦🤣🤣
haram Bu🤣🤣
tapi komitmen akan ada selamanya
mana bener lagi🤣🤣
money ia not everything
but everything need's money 🤣
didandanin dulu biar cakep🤣🤣
bule gabut
dryadi ngerti juga malah bikin sendiri repot
jangan nyesel ya sir
tidak menerima pengembalian barang Lo..inget itu
ganteng nya apa galak nya🤣🤣
ini di negara mana
mesti tau donk yg punya bahasanya🤣🤣