NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 — Jogging

Jam dinding baru saja menunjukkan pukul setengah enam pagi ketika suara ketukan keras terdengar di pintu kamar Camelia. Suasana masih remang, udara dingin menyusup lewat celah ventilasi udara. Di balik pintu, suara berat Nerios terdengar jelas, penuh desakan.

“Camelia, bangun! Jangan pura-pura tidak mendengar. Semalam kau janji bakal nemenin aku jogging,” suaranya tegas, nyaris tak memberi ruang untuk alasan.

Semalam sehabis pulang dari pasar malam, Nerios meminta Camelia untuk menemaninya jogging di pagi hari, dan Camelia pun sudah berjanji akan menemani pria itu, karena Nerios sudah berbaik hati mengeluarkan uang untuknya jajan di pasar malam.

Di dalam kamar, Camelia meringkuk di balik selimut tebal. Matanya masih terasa berat, tubuhnya enggan beranjak dari kehangatan ranjang. Ia menggerutu pelan, berharap Nerios menyerah. Namun, ketukan kembali terdengar, kali ini lebih keras.

“Kalau kau nggak bangun juga, aku masuk sendiri!” ancam Nerios, separuh serius, separuh sengaja menggoda.

Camelia mendesah kesal, lalu menyibakkan selimut dengan gerakan malas. “Ya ampun, jam segini orang masih tidur, Nerios ...” gumamnya sambil berjalan gontai menuju pintu.

Begitu pintu terbuka, Nerios sudah berdiri dengan pakaian olahraga lengkap, wajahnya segar, berbeda dengan wajah Camelia yang kusut karena baru bangun tidur. Lelaki itu melipat tangan di dada, menatapnya dengan senyum tipis penuh kemenangan.

“Aku tidak menerima penolakan secara dadakan," katanya sambil mengulurkan sebotol air minum ke arah Camelia.

Wanita itu mendengus, lalu mengambil botol itu dengan malas dan meneguknya. “Kau ini keterlaluan sekali. Padahal kita bisa berangkat di jam setengah tujuh saja!”

Nerios terkekeh pelan. “Makanya, jangan berani-berani janji kalau nggak siap ditepati. Ayo, ganti baju. Lima menit. Aku tunggu!”

Camelia hanya bisa mendengus lagi, tapi dalam hati ia tahu, melawan keras kepala Nerios sama saja dengan melawan tembok.

Camelia akhirnya menyeret langkah menuju kamar mandi, ia berniat mencuci muka dan sikat gigi saja, lalu Camelia berjalan menuju lemari pakaian dengan mata sudah tidak terlalu mengantuk.

Setelah berganti, ia keluar kamar mengenakan kaos lengan panjang tipis berwarna abu muda, celana training hitam, serta sneakers putih. Rambutnya masih berantakan, hanya sisir dan diikat seadanya dengan karet hitam, membuat wajahnya tampak polos dan sedikit kusut.

Nerios yang sudah menunggu di ruang tamu langsung meliriknya dari atas sampai bawah. Senyum kecil terbit di wajahnya. “Lumayan. Setidaknya kau terlihat seperti orang yang akan jogging, bukan orang yang baru kabur dari kamar tidur,” ujarnya sambil terkekeh.

Camelia mendengus, merapatkan jaket tipis yang ia kenakan untuk menahan udara pagi yang menusuk. “Kalau bukan karena aku janji, sudah dari tadi aku balik ke kasur,” gumamnya ketus.

Mereka keluar rumah. Jalanan komplek masih sepi, hanya terdengar suara burung dan sesekali motor juga mobil yang melintas. Udara pagi segar menyapa wajah Camelia, meski matanya masih berat.

Begitu mereka mulai jogging, langkah Nerios tampak ringan, penuh energi, seolah sudah terbiasa dengan rutinitas itu. Sedangkan Camelia baru lima menit berlari kecil sudah meringis.

“Astaga, aku menyesal sekali sudah ikut jogging denganmu. Seharusnya dihari libur ini aku hanya rebahan saja,” keluhnya sambil menahan napas.

Nerios menoleh sekilas, menatap malas Camelia “Baru lima menit, tapi kau sudah mengeluh, seperti tidak pernah bangun pagi saja!" 

Camelia menatapnya sebal dengan pipi memerah, entah karena lelah atau karena udara dingin yang menggigit. Namun dalam diam, ia juga merasakan sesuatu yang berbeda—udara pagi yang segar, ritme langkah yang perlahan membuat tubuhnya hangat, dan kehadiran Nerios di sampingnya yang membuat semuanya sedikit lebih menyenangkan meski ia tak mau mengakuinya.

"Ayo, beberapa menit lagi sampai di taman komplek. Kata Bu Retno di sana ada bubur ayam yang enak banget!" ajak Nerios sambil menarik tangan Camelia dengan perlahan.

Wanita itu membiarkan Nerios menarik tangannya sambil berlari kecil, ia hanya mengikutinya saja, lalu wajahnya menoleh pada Nerios. "Apakah kita akan sarapan setelah sampai di sana?"

Mereka berlari kecil berdampingan, dengan tangan yang bertaut, jadi Nerios melirik sekilas pada Camelia sebelum menjawab, "Nggak, kita muterin taman dulu sekitar dua atau nggak tiga putaran, baru kita sarapan!"

"Oh, tidak ..." Baru berlari lima menit saja sudah merasa lelah, apa lagi memutari taman hingga tiga putaran. Camelia yakin dirinya bisa pingsan.

Meski begitu, Camelia tetap berlari mengikuti ritme Nerios yang kadang cepat, kadang lambat. Hal itu membuat mata Camelia semakin segar, rasa ngantuk pada dirinya mulai menghilang.

Lalu sekitar 6 menit kemudian, akhirnya mereka sampai di area taman yang cukup luas. Walau masih pagi sekali, tapi sudah banyak orang yang berolahraga dari yang mudah hingga yang tua.

Nerios menghentikan gerakannya begitu sampai di taman, tangannya melepaskan genggaman mereka berdua, itu membuat Camelia langsung membungkuk, kedua tangannya bertopang pada dengkul, nafasnya sedikit tersengal.

"Payah sekali!" cibir Nerios, ia tau wanitanya jarang berolahraga, makanya sekali di ajak—langsung merasa cepat lelah.

"Kau—" Camelia mendongak, kemudian menunjuk wajah Nerios. "Kau lebih baik diam, aku tidak terbiasa seperti dirimu!"

Camelia melangkah ke arah kursi beton yang melingkari sebuah tanaman, ukurannya cukup besar. Lalu ia mendudukan dirinya di sana.

"Kau lari sendiri terlebih dahulu! Nanti aku akan menyusul saat kau sudah dua putaran!" usir Camelia sambil mengibaskan tangannya.

Wajah Camelia terlihat kelelahan, keringat pun banyak yang mengalir di sudut wajahnya, membuat Nerios tidak tega memaksanya.

"Baiklah," Nerios mulai berjalan di tempat. "Jika ada yang menggodamu, langsung tunjuk saja aku. Katakan padanya bahwa aku ini kekasihmu!"

Camelia hanya mengangkat jempolnya agar cepat. Dan Nerios pun langsung beranjak meninggalkan Camelia yang masih menetralkan nafasnya.

Sambil menunggu Nerios, Camelia menatap ke sekeliling area taman. Ada beberapa anak kecil yang bermain dengan riang, membuatnya heran mengapa mereka bisa bangun sepagi ini di hari libur.

Banyak juga pasangan kekasih yang berlari kecil sambil bergurau, mereka terlihat begitu saling mencintai. Itu membuat Camelia sedikit teringat dengan masa lalunya bersama Heksa.

Dulu mereka berdua juga sering jogging bersama, menikmati waktu berdua sambil bergurau. Saling membalas tatapan penuh cinta. Mereka berdua sempat berpikir bahwa hubungan mereka akan bertahan lama, bahkan mungkin sampai seumur hidup. Tapi kenyataannya hubungan mereka kandas begitu saja, padahal dulu Camelia masih begitu mencintai Heksa.

Lamunan Camelia buyar begitu mendengar suara tangisan anak kecil yang terdengar kencang, ia melihat anak kecil laki-laki yang terjatuh entah karena apa. Ibunya terlihat panik sedangkan sang Ayah terlihat menenangkannya dengan tenang.

Senyum kecil muncul melihat pemandangan keluarga bahagia itu, lalu ia mengalihkan pandangannya, mencari keberadaan Nerios. Begitu ketemu, ia langsung melihat pria itu yang dikelilingi beberapa wanita. Nerios nampak berbicara dengan datar, lalu menunjuk ke arahnya.

Camelia tidak tau apa yang diucapkan Nerios pada para wanita itu saat menunjuknya, tapi setelah itu mereka langsung cemberut dan melangkah pergi. Sedangkan Nerios berlari kecil ke arahnya dengan senyum tipis.

Wanita itu tidak tau apa, tapi perubahan sikap Nerios begitu terasa dihatinya, dan itu membuatnya tidak nyaman—atau mungkin takut merasa nyaman..

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!