Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Anton memandang Bagas dengan mata yang penuh kekecewaan, "Bagas, apa maksud mu? Kamu tidak bisa berpikir seperti itu. Pernikahan ini sudah diatur dan kamu harus menjalankannya. Apa kamu mau membuatku malu dihadapan ayahmu?" tanya dengan nada yang penuh kesabaran.
Bagas tetap menolak, "Awalnya aku mantap dengan Marina, tapi ketika melihat dia yang berkhianat, aku memilih mundur. Dari sini terlihat jelas jika semua kesalahan ada di Marina, bukan di aku. Maaf, lebih baik pernikahan dibatalkan," katanya dengan nada yang tegas.
Lucy yang sejak tadi diam mulai angkat bicara, "Tapi pernikahan tinggal beberapa hari lagi, mana bisa kamu membatalkan semuanya?" katanya dengan nada yang penuh kekhawatiran.
Bagas tersenyum remeh, "Aku memiliki uang, jika hanya karena membatalkan pernikahan tidak akan membuatku jatuh miskin," katanya dengan nada yang penuh percaya diri.
Anton memandang Bagas dengan mata yang penuh kesal, "Bagas, kamu tidak bisa berpikir seperti itu. Pernikahan ini bukan hanya tentang kamu, tapi juga tentang keluarga dan tamu-tamu yang sudah diundang," katanya dengan nada yang tegas.
Tapi Bagas tidak peduli, "Aku tidak peduli dengan itu semua. Aku hanya ingin melakukan apa yang aku inginkan. Aku bukan pria bodoh," kata Bagas dengan nada yang penuh percaya diri. Setelah itu, Bagas pergi meninggalkan rumah Anton, tanpa menoleh ke belakang.
Dia berjalan keluar rumah dengan langkah yang mantap, meninggalkan keluarga Anton yang masih terkejut dengan keputusannya. Bagas tidak peduli dengan reaksi mereka, karena dia yakin bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat.
Sementara itu, Marina terus merengek, "Aku tidak ingin kehilangan Bagas, aku cinta padanya!" katanya dengan suara yang tersedu-sedu.
Anton yang kesal membentak Marina, "Diam, Marina! Kalau kamu memang mencintai Bagas, tidak mungkin kamu bermain belakang dengan pria lain dan mengkhianati kepercayaannya. Kamu sudah mendengar apa yang dikatakan Bagas. Dia tidak ingin menikah denganmu, jadi berhentilah merengek!" katanya dengan nada yang keras.
Lucy yang tidak terima membela Marina, "Pa, jangan membentak Marina seperti itu! Dia hanya sedang sedih," katanya dengan nada yang lembut.
Anton memandang Lucy dengan mata yang kesal, "Sedih? Sedih karena apa? Karena Bagas tidak ingin menikah dengan dia? Itu semua salahnya sendiri, Ma!" katanya dengan nada yang tinggi.
Lucy memandang Anton dengan mata yang penuh kesabaran, "Pa, kita harus memahami perasaan Marina. Dia sedang mengalami kesulitan," katanya dengan nada yang lembut.
Namun Anton yang sudah dilanda pusing dan kesal, dia pergi dengan begitu saja, meninggalkan Lucy dan Marina yang masih terkejut dengan keputusannya.
"Papa!" seru Marina, tapi Anton tidak menoleh ke belakang. Dia terus berjalan keluar rumah, meninggalkan Marina dan Lucy yang saling memandang dengan mata yang penuh kekhawatiran.
Lucy mencoba menenangkan Marina, "Marina, jangan khawatir. Papamu hanya sedang kesal," katanya dengan nada yang lembut. Tapi Marina tidak bisa menahan air matanya, dia terus menangis dan meratapi keputusannya Bagas.
**
Sore harinya, Alice mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Dia ragu-ragu untuk membukanya karena takut mungkin itu Bagas yang tidak mau berhenti mengganggunya, tapi rasa ingin tahunya membuatnya membuka pesan tersebut.
"Alice, aku Avi. Aku ingin bertemu denganmu dan makan malam bersama. Apakah kamu tertarik?" kata pesan tersebut.
Alice terkejut ketika mengetahui bahwa pesan itu dari Avi. Dia tidak menyangka bahwa Avi akan menghubunginya seperti itu.
Alice berpikir sejenak sebelum membalas pesan tersebut. "Baiklah, aku tertarik. Kapan dan di mana kita bertemu?" katanya dalam balasan pesannya.
Avi membalas pesan Alice dengan cepat. "Bagaimana kalau kita bertemu di restoran Italia di pusat kota jam 7 malam ini?"
Alice membalas pesan Avi dengan setuju, dan mereka berdua membuat rencana untuk bertemu di restoran Italia pada jam 7 malam itu.
Alice melihat jam di tangannya dan terkejut bahwa waktunya tinggal 2 jam lagi sebelum bertemu dengan Avi. Dia langsung merasa harus bersiap-siap dan tidak ingin membuang waktu lagi.
Alice membuka lemari dan memilih beberapa pakaian yang menurutnya cantik dan elegan. Setelah mencoba beberapa pakaian, Alice akhirnya memilih gaun hitam yang sederhana namun elegan.
Dia memoles wajahnya dengan makeup yang ringan dan menata rambutnya dengan gaya yang sederhana namun stylish. Setelah selesai, Alice memandang dirinya di cermin dan merasa puas dengan penampilannya.
"Kamu benar-benar cantik, Alice. Semoga pertemuan ini akan menjadi awal dari sesuatu yang spesial," kata Alice dengan senyum percaya diri. Dia yakin bahwa dia akan membuat kesan yang baik di depan Avi.
Alice keluar dari kamarnya dengan wajah sumringah,
Pyaarr!!
Senyumnya yang cerah dan percaya diri membuat langkahnya terasa ringan. Namun, senyumnya berubah ketika mendengar suara barang pecah dari kamar Marina.
Awalnya, Alice tidak ingin mencampuri urusan Marina, tapi rasa khawatir tentang keselamatan Marina membuatnya berjalan ke arah kamar Marina.
Ketika Alice hendak memutar handel pintu, dia tidak sengaja mendengar suara Marina yang membuatnya terkejut.
"Sudah seharusnya kemarin aku membu-nuhmu saja, Alice. Tapi kenapa kamu masih hidup? Padahal aku sudah memukulmu dengan balok yang kuat, bahkan aku sudah menjebak geng bod*h itu juga, tapi kenapa semuanya tidak sesuai rencana? arghh menyebalkan," kata Marina dengan suara frustasi.
Alice tertegun, tidak percaya apa yang dia dengar. "Jadi dia yang mencelakai Alice sebelum aku berpindah jiwa?" gumamnya dalam hati. Rasa terkejut dan penasaran membuat Alice ingin segera menemukan bukti tentang kebenaran ini.
Alice memutuskan untuk mengklarifikasi dengan gengnya tentang kejadian yang sebenarnya. Alice segera mengirimkan pesan kepada gengnya, meminta mereka untuk bertemu besok di gudang biasanya.
"Besok, kita ketemu di gudang jam 9 pagi. Ada yang mau aku bahas," tulis Alice dalam pesan singkatnya.
Alice yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Marina, dan dia akan melakukan apa saja untuk mengetahui kebenaran.
Alice mengepalkan tangannya, "Jika bukan karena ingin bertemu dengan Avi, pasti aku sudah bertindak tanpa pikir panjang," kata Alice dalam hati, menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang impulsif. Dia tahu bahwa dia harus sabar dan mengumpulkan bukti sebelum mengambil tindakan.
**
Avi berdiri di depan cermin, menyesuaikan gaun hitamnya yang elegan dengan sempurna. Dia menambahkan kalung yang cantik di lehernya, membuatnya terlihat semakin elegan. Avi merasa sedikit gugup, tapi juga sangat antusias untuk bertemu dengan Alice. Setelah merasa siap, Avi memutuskan untuk berpamitan kepada adiknya, Darrel.
Avi pergi ke kamar Darrel dan mengetuk pintu lalu masuk ke dalam. "Darrel, kakak mau pergi sekarang," kata Avi.
Darrel memandang Avi dengan mata yang penasaran. "Kakak mau pergi ke mana?" tanya Darrel sambil membenahi posisi tidurnya.
Avi tersenyum dan menjawab, "Kakak mau bertemu dengan seseorang dan kamu pasti tahu siapa dia."