Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Tetangga Baru
Dari jendela dalam ruangannya Andra dapat melihat Grace bicara dengan Rachel. Entah apa yang terjadi di luar, karena terlihat Grace tertahan lama, tak segera masuk ke dalam ruangannya.
Andra kemudian bangkit dan melangkah menuju pintu lalu membukanya.
"Saya akan bilang sama Om Andra kalau kamu nggak sopan sama ponakannya!"
Kata-kata Grace bernada ketus dan penuh amarah.
"Ada apa, Grace?" tanya Andra karena Grace memarahi Rachel.
"Aku heran Om bisa mempekerjakan pegawai jutek kayak dia!" Grace melaporkan sikap Rachel yang menahannya bertemu dengan Andra. Grace sendiri tidak tahu alasan Rachel mempersulit dirinya bertemu dengan Om-nya itu.
Andra menoleh ke arah Rachel yang langsung menunduk.
"Grace ini keponakan saya, Rachel. Kalau dia datang, langsung suruh masuk ke ruangan saya!" Andra menegur Rachel setelah mendapat laporan dari Grace..
"Maaf, Pak. Maaf, Mbak." Rachel meminta maaf karena disalahkan oleh bosnya.
"Masuklah, Grace!" Andra mempersilakan Grace masuk ruangannya. Dia juga mengambil Kenzie dari tangan Grace. "Sini gendong Opa." Sayangnya Kenzie justru menangis saat ada diambil Andra.
"Kenzie belum kenal sama Opa Andra, ya?!" Grace mengambil anaknya yang langsung terdiam setelah kembali berada dalam dekapannya.
"Kamu sengaja kemari dari rumah?" tanya Andra setelah Grace duduk di sofa.
"Iya, Om. Sekalian mau ke kantor suamiku," kata Grace menjawab pertanyaan Andra.
"Usaha suamimu lancar, Grace?" tanya Andra, karena usaha yang digeluti suami keponakannya itu terbilang unik, menjadi seorang agen detektif swasta.
"Alhamdullilah lumayan jalan, Om," jawab Grace.
"Oh iya, soal Kirana. Memangnya ada masalah apa dia sampai minta bantuan dari kantor suamimu?" Andra tidak sabar mendengar penjelasan Grace soal masalah yang sedang dihadapi oleh Kirana.
"Mbak Kirana sedang mencari bukti perselingkuhan suaminya, Om." Grace memaparkan apa yang dialami oleh Kirana.
Kedua alis Andra terangkat hingga bola matanya melebar. Kerutan di kening pria berusia empat puluh lima tahun itu pun terlihat jelas. Kata-kata yang diucapkan Grace tentang perselingkuhan suami Kirana membuatnya terkejut.
Kirana seorang wanita cantik, dia harus akui itu. Sejujurnya, ia saja sampai terpukau dengan kecantikan Kirana. Apalagi sikap Kirana yang peduli pada orang lain, setidaknya itulah yang ia tangkap dari keperdulian Kirana saat menolong Nabila, sehingga ia dapat menebak jika Kirana sosok wanita, istri dan ibu yang baik.
Andra sempat berpikir, beruntung sekali pria yang menjadi suami Kirana. Tapi, apa yang ia dengar dari Grace membuatnya benar-benar terkejut. Bagaimana seorang suami bisa berkhianat dari wanita seperti Kirana? itu yang membuat Andra terheran.
"Suami dia selingkuh?" tanya Andra memastikan pendengarannya tak salah mendengar kalimat yang diucapkan Grace.
"Dugaannya memang begitu. Beberapa bukti mengarah ke sana dan selingkuhannya itu ternyata sahabat dekat Mbak Kirana sendiri. Gila 'kan suaminya itu?" Grace bercerita dengan nada kesal.
Andra semakin terkejut dengan cerita Grace. Sungguh ia tak menduga, wanita secantik Kirana dikhianati begitu dalam oleh orang-orang terdekatnya sendiri.
"Besok aku dan suamiku akan ke Surabaya, Om. Untuk menyiapkan jebakan kepada suami Mbak Kirana dan selingkuhannya itu. Jika mereka sudah tertangkap basah, sepertinya Mbak Kirana akan menggugat cerai suaminya. Artinya, sebentar lagi Mbak Kirana menjadi janda, Om." Kalimat Grace diakhiri dengan senyuman penuh arti pada Andra.
Mata Andra memicing mendengar ucapan Grace tadi.
"Kenapa senyum seperti itu?" tanya Andra.
"Om nggak minat cari pendamping lagi? Mbak Kirana bisa jadi calon istri, tuh! Asal Om mau sabar nungguin proses cerai dan masa Iddah Mbak Kirana." Grace justru asyik meledek Andra.
"Ck, Kamu ini ada-ada saja." Andra seketika salah tingkah mendengar kata-kata Grace, hingga membuatnya bangkit dari duduk. "Oh ya, kamu mau minum apa, Grace?" Andra mengalihkan pembicaraan agar Grace tak terus menggodanya soal Kirana.
***
Maudy menoleh pria yang ikut keluar lift dan berjalan mengekor di belakangnya. Pria berperawakan tinggi dan berbadan tegap dengan wajah banyak ditumbuhi jambang itu, tadi sama-sama masuk dari lift di basement. Namun, Maudy tak pernah melihat pria itu sebelumnya.
Maudy bersikap waspada karena menduga orang itu hendak berbuat jahat. Dia mempercepat langkahnya karena lorong apartemen yang tampak sepi. Jika pria itu berniat jahat padanya, tidak ada orang yang akan datang menolongnya saat itu juga.
Maudy terburu-buru mengambil access card pintu apartemennya. Saking terburu-buru, akses kunci apartemen itu terjatuh. Namun, ia menarik nafas lega, karena ternyata pria itu berhenti dan membuka pintu apartemen di sebelahnya.
"Astaga ..." Maudy membuka pintu apartemen dengan tenang setelah mengetahui pria itu adalah penghuni baru apartemen di sana, karena setahunya unit apartemen di sebelah itu sebelumnya memang kosong tak berpenghuni. Maudy tidak tahu jika pria yang dia anggap mencurigakan itu memang berada di sana sedang mengawasinya.
Sementara itu, setelah masuk ke kamar apartemen sebelah milik Maudy, Rizal langsung menghubungi Grace yang saat ini menginap di hotel depan tower apartemen yang ditempati Maudy.
"Halo, target sudah masuk ke apartemennya." Rizal memberitahu Grace kalau dia sudah bertemu dengan Maudy.
"Oke, Pih. Ingat, jangan mampir ke kamar sebelah!" Grace mengingatkan suaminya agar jangan tergoda oleh Maudy.
"Kau tenang saja, Grace. Aku bukan laki-laki setipe dengan Bryan dan kamu tahu itu!" Rizal memastikan jika dia tak mungkin akan tergoda dengan Maudy, meskipun harus ia akui wanita yang menjadi selingkuhan Bryan memang cantik dan menggoda.
Malam harinya ....
Maudy menerima telepon dari Bryan yang mengabarkan soal rencana kedatangan pria yang menjalin asmara dengannya tanpa sepengetahuan Kirana.
"Jadi, Mas akan menginap di sini?" tanya Maudy membuka pintu balkon kamarnya dan berjalan hingga batas dinding balkon.
"Aku nggak bisa menginap di tempatmu, Dy. Nanti akan ada yang curiga aku nggak tidur di hotel," balas Bryan.
"Sampai kapan kamu di Frankfurt?"
Maudy menoleh ke arah balkon apartemen di sebelahnya yang berjarak sekitar lima meter dari balkonnya. Dia melihat pria yang sempat ia curigai tadi terlihat sedang menelepon.
"Kita nggak bisa terus seperti ini, Diana. Aku butuh kepastian, kau memilih aku atau karirmu itu?" Rizal sengaja berbicara sedikit kencang agar bisa didengar oleh Maudy.
"Ya sudah, kita bicara nanti." Sementara Maudy memilih mengakhiri percakapannya dengan Bryan. Die tetap bergeming di tempat sambil mencuri dengar kata-kata pria di apartemen sebelah.
"Astaga, apa selama ini aku kurang memahami dirimu, Diana? Aku selalu mengalah menuruti apa keinginanmu. Kita nggak bisa selamanya seperti ini!" Rizal menjalani aktingnya seperti sedang berdebat dengan seseorang bernama Diana di seberang teleponnya.
"Halo, Diana? Halo? Halo?" Rizal melihat layar ponselnya seolah Diana mengakhiri sambungkan telepon mereka. Dia lalu mengusap kasar wajahnya seakan menahan emosi yang tidak dapat ia lampiaskan.
Rizal menoleh ke arah samping seolah tak mengetahui ada orang di balkon seberang apartemen yang ia sewa. Dinding pembatas tak sepenuhnya tertutup, jadi masih ada celah untuk dapat melihat ke balkon di sampingnya.
"Oh, sorry, suara saya mengganggu Anda." Rizal berpura-pura minta maaf, karena mengganggu Maudy dengan suaranya.
"It'a Oke," sahut Maudy. "Mas penghuni baru ya? Setahu saya apartemen sebelah kosong sejak setahun lalu," sambungnya kemudian.
"Iya, baru siang ini saya pindah kemari. Maaf belum sempat berkenalan dengan tetangga sebelah," ucap Rizal mencoba beramah tamah.
"Nggak apa-apa, saya juga baru tahu tadi kalau sekarang di sebelah ada yang mengisi," sahut Maudy.
"Saya mau ke bawah, sepertinya ada coffee shop di sana. Mau bergabung? Anggap saja pekenalan sebagai tetangga baru." Rizal menawarkan pergi minum bersama di coffee shop yang ada di lantai dasar apartemen itu.
Maudy tak menjawab, sepertinya dia ragu menerima tawaran Rizal, orang yang baru dikenalnya.
"It's Oke, saya mengerti kalau Anda ragu. Saya permisi dulu ..." Rizal berpamitan hendak meninggalkan balkon.
"Hmmm, seperempat jam lagi saya akan ke sana." Ternyata Maudy menerima umpan yang disodorkan Rizal hingga akhirnya ia menerima tawaran Rizal bertemu di coffee shop di lantai dasar.
*
*
*
Bersambung ....
wes gass buruan jadi janda Na
duda tajir melintir sudah menanti kamu,,eeh
dijamin aman dari Bryan
kayanya biarpun Bryan mengemis2 minta balikan
Kirana bakalan ogah2han
selingkuh itu penyakit yah
tat udah di maafkan di kasih kesempatan ke 2 malah di belakang selingkuh lagi,,
ogah lah balikan lagi sama laki² kayak Bryan.jangan jadikan anak² sebagai alasan .mereka akan baik² saja .
ayo na pergi bawa anak2 ke tempat yg gk bryan tau,,,,
Semua sudah jelas Bryan.
Jangan persulit kalau Kirana minta cerai