Tiffany, tiba-tiba dijemput oleh kedua orang tua kandungnya. Berharap ini awal kebahagiaan darinya, dimana gadis miskin yang ternyata anak dari keluarga kaya.
Namun tidak, inilah awal dari neraka baginya. Meira yang selama ini tinggal bersama keluarganya, melakukan segala cara untuk menghancurkan Tiffany.
Membuatnya dibenci oleh keluarga kandungnya, dikhianati kekasihnya. Hingga pada akhirnya, mengalami kematian, penuh kekecewaan.
"Jika dapat mengulangi waktu, aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi."
***
Waktu benar-benar terulang kembali pada masa dimana dirinya baru dijemput keluarga kandungnya.
Kali ini, dirinya tidak akan mengharapkan cinta lagi.
"Kalau kamu menolakku, aku akan bunuh diri." Ucap seorang pemuda, hal yang tidak terjadi sebelum waktu terulang. Ada seseorang yang mencintainya dan mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Adik
"Jangan bertingkah seperti ayahmu." Safira berusaha tersenyum, benar-benar berusaha. Beberapa bulan ini Tiffany memang pendiam, tapi sekali rajin bicara, sudah seperti Yahya versi wanita."Hanya ini? Kamu tidak beli untuk dirimu sendiri?"
"Tidak! Aku sudah beli satu. Aku ingin memakai pakaian yang dibeli Martin. Agar selalu terbayang Martin yang memeluk tubuhku." Ucap Tiffany penuh senyuman tengil.
"Kamu ini! Belajar yang benar dulu!" Gerutu sang ibu."Tiffany, bagaimana jika kamu memutuskan hubungan dengan Martin. Kontrak kerjasama jangka panjang dapat dibatalkan. Tidak akan ada masalah, tapi ini demi masa depanmu. Ada banyak pria yang lebih sempurna dari Martin." Sang ibu menghela napas kasar.
Ada apa dengan ibunya? Kenapa tiba-tiba peduli padanya?
"Tidak bisa, karena cinta sejati. Siapa yang tidak jatuh cinta pada pria tampan, ditambah senyumannya memesona. Bentuk tubuhnya bagus, dompetnya juga tebal. Dialah cinta sejati...." Jawab Tiffany.
"Anak teman arisan ibu---" Kalimat Safira yang tidak ingin putrinya menikahi pria lumpuh disela.
"Sudahlah ibu, biarkan kakak bahagia akan pilihannya. Aku selalu mendukung keputusan kakak." Ucap Meira memegang jemari tangan ibunya. Tiffany akan menikah dengan pria lumpuh, itu sudah merupakan hal yang membahagiakan bagi Meira. Tapi ada yang kurang, dirinya akan membuat Tiffany dibenci oleh suaminya sendiri. Namun segalanya hanya hal yang tersimpan dalam otaknya.
Dibalik wajahnya yang cantik bak malaikat. Dibalik senyumannya yang teduh bagaikan hujan di musim panas. Dibalik rupanya yang mendayu-dayu bagaikan tahi.
"Terserah! Tapi, Tiffany ibu tetap ingin memperkenalkanmu dengan anak teman ibu." Ucap Safira menghela napas.
"Sudah! Ayo kita ke kasir!" Meira tersenyum membawa tiga set pakaian yang dipilihnya. Ingin segera melihat bagaimana wajah pucat Tiffany, setelah syal ditemukan di dalam tasnya.
Segalanya hanya miliknya dari awal. Apa hak Tiffany merebutnya?
Tiga set pakaian, berserta berapa boxer pria dimasukkan ke dalam dua paperbag terpisah. Sekarang tinggal membawa Tiffany ke alat detektor yang terdapat di pintu depan.
"Ayo..." Meira menariknya, tapi Tiffany menghentikan langkah.
"Nyonya yakin tidak ingin membeli pakaian untuk menggoda ayah?" Tanya Tiffany.
"Jangan bicara vulgar! Kamu itu anak perawan yang belum menikah. Jaga sikapmu!" Geram sang ibu, antara malu dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi putri gilanya ini.
"Ayo! Kita pergi!" Meira yang geram karena Tiffany menghentikan langkah. Tiba-tiba menarik tangan Tiffany, hingga mereka melewati detektor bersamaan.
Suara alarm terdengar, pertanda ada yang membawa barang yang belum dibayar. Wajah Meira perlahan tersenyum, sementara wajah Tiffany terlihat pucat kebingungan.
Seorang security dan kasir menghentikan mereka.
"Kalian mencuri!?" Ucap sang kasir menuduh.
"Pasti ada yang salah dengan detektor nya. Tidak mungkin Meira dan Tiffany mencuri." Bela sang ibu.
"Aku dan kakak tidak mencuri. Kalian boleh menggeledah barang-barang kami." Ucap Meira menunduk, bagaikan tidak berdaya dan ketakutan.
"Ini! Pacarku kaya, untuk apa aku mencuri!" Dengan percaya diri Tiffany melemparkan tasnya.
"Sebentar lagi..." Batin Meira ingin melihat rasa percaya diri Tiffany hancur.
Tas milik Tiffany di geledah. Begitu juga dengan tubuhnya yang diperiksa oleh kasir wanita.
Menunggu, bagaimana syal itu ditemukan. Ingin melihat bagaimana murkanya sang ibu, melihat anak kandungnya mempermalukan namanya.
"Kasih sayang ibu hanya untukku. Ingin melebihiku? Mati saja." Gumaman Meira dengan suara kecil tidak didengar siapapun.
Kantong pertama di geledah, isinya hanya foto Meira yang dipenuhi dengan lubang, dari paku. Bagaikan teknik santet?
Safira melirik kesal ke arah Tiffany. Sedangkan Tiffany tersenyum tidak berdosa."Itu artinya aku begitu mencintai Meira. Seperti mencintai calon presiden, sehingga aku mencoblos fotonya berkali-kali."
Sang ibu hanya dapat menghela napas mendengar alasan konyol putrinya.
Di kantong kedua, tidak ditemukan apapun, isinya benar-benar kosong. Pada akhirnya resleting besar dibuka. Isi dalam tas diambil, hanya pembalut, handphone dompet berisikan KTP dan beberapa lembar uang ratusan ribu, sisa uang jajan dari Martin kemarin.
"Kenapa belum ada..." Itulah yang ada dalam otak Meira menelan ludah.
"Masih ada lagi." Ucap sang kasir, membuat jantung Meira berdegup cepat. Sudah pasti isinya syal bukan?
Hal yang membuatnya benar-benar penasaran. Tapi tidak, isinya boneka dengan banyak jarum tertancap di tubuhnya.
"Tiffany..." Geram sang ibu berusaha tersenyum.
"Yah... kalau itu artinya aku benar-benar membenci Meira." Tiffany terkekeh, tersenyum tanpa dosa.
"Tidak ada lagi." Ucap sang security yang menggeledah.
"Tidak ada lagi?" Tanya Meira kebingungan, wajahnya pucat pasi. Menggeledah isi dalam tas, dan benar saja dibalik pun, isi dalam tas itu sudah benar-benar kosong."Tidak mungkin..." gumamnya.
"Sekarang berikan tasmu." Perintah sang security.
Meira berfikir sejenak, apa mungkin syal itu terjatuh. Dengan segala beban yang ada di otaknya, dirinya memberikan tasnya pada sang security. Tubuhnya di geledah oleh kasir.
Tidak ditemukan apapun di tubuh dan pakaian Meira."Aku tidak mencuri, sudah aku bilang." Ucapnya menghela napas.
Cukup banyak barang dalam tas Meira. Produk perawatan kulit, maupun set peralatan makeup, hanya untuk dua kantong bagian depan. Sedangkan untuk kantong utama, karena isinya terlalu banyak, sang kasir membalik, mengeluarkan semua isi dalam tas.
Hasilnya, ada handphone, pernak-pernik, sisir, pembalut, dompet, vitamin, serta benda-benda lain. Tapi satu hal yang menarik perhatian Safira. Satu kotak penuh alat kontrasepsi pria.
Sedangkan Meira masih menatap ke tempat lain. Melupakan benda-benda yang ada dalam tasnya.
Sang kasir mengernyitkan keningnya. Menemukan bungkusan plastik klip kecil, dengan cepat mengeluarkan isi bagian dalamnya. Dan benar saja, syal dengan bahan sutra itu mengembang, begitu dikeluarkan. Membuat sang kasir mengernyitkan keningnya.
"Tidak mencuri? Lalu ini apa?" Tanya sang kasir geram.
Kalimat yang membuat Meira menoleh pada sang kasir. Wajahnya pucat pasi kala menatap ke arah syal sialan itu. Mengapa saat dicari tidak ada, tapi berharap tidak ada malah muncul.
"I...itu..." Meira berfikir sejenak, jemari tangannya gemetar. Pada akhirnya menunjuk ke arah Tiffany adalah cara untuk menyelamatkan diri."Kakak pasti menjebakku kan? Aku tahu kakak membenciku karena selama 18 tahun menggantikan posisi kakak. Tapi aku tulus menyayangi kakak. Kenapa kakak begini padaku? Aku tau aku hanya anak angkat." Ucapnya terisak.
Tapi.
Plak!
Tamparan yang cukup kencang didapatkan olehnya. Tiffany kini berdiri di hadapannya, menarik rambut Meira."Aku menganggap kamu sebagai adikku. Karena itu, aku membencimu karena mempermalukan nama nyonya (ibu) dengan jalan mencuri."
"Sakit...ibu tolong!" Pekik Meira.
"Meira selalu mengeluh tentang aku yang tidak menganggapnya adikku. Karena itu mulai sekarang aku akan memperlakukannya sebagai adik nakal yang berani-beraninya mencuri." Kalimat penuh senyuman menyeringai dari Tiffany.
Perlahan Tiffany mendekati telinga Meira kemudian berbisik."Bagaimana permainannya adikku tersayang? Karenamu aku belajar, untuk menginjak tikus sampai mati."
bener kata Tiara, Tiffany keren calon istri siapa dulu dong 😁
ternyata Meira blm kapok juga
si author memang psikopat, selalu buat cerita yg buat emosi Naik Turun..
aku suka Thor...
lope Lope lah pokok nya
lanjut ko chii
🤭🤭🤭🤭🤭🤭