“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Xander mengamati Gray, Baba, dan yang lain saksama. "Mereka mendapatkan luka yang lebih berat dibandingkan yang aku lihat di layar. Selain itu, aku tidak pernah melihat Miguel mendapatkan luka sebanyak itu selama ini. Pertarungan itu juga jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya. Anehnya, pelakunya justru berada di tengah-tengah pasukanku tanpa rasa bersalah."
Mikael mengepalkan tangan ketika melihat keadaan Miguel, Ryder, dan para pengawal. Ia teramat kesal ketika mengingat saat Baba menghipnotisnya untuk menyerang Xander. Kejadian itu seperti mimpi buruk yang menghantuinya selama ini. Miguel bahkan enggan melihat wajah dan matanya.
Xander menoleh pada Luc Besson. "Dia adalah ayah angkat Baba. Penampilannya agak berbeda dibandingkan dengan foto yang Baba berikan padaku. Dia terlihat seperti pria paruh baya biasa, tetapi dia sangatlah berbahaya sampai Miguel, Baba, dan yang lain terluka separah ini. Membawa Luc Besson ke rumahku adalah sesuatu yang sangat berbahaya, tetapi di saat yang sama aku harus bekerja sama dengannya saat ini."
Xander melirik Gray yang tengah memperhatikannya. Ia beralih pada Gavin di dalam kubah yang diapit oleh beberapa anjing robot. "Aku tidak menduga jika Gavin juga memiliki kemampuan. Kemampuannya sangat hebat sekaligus berbahaya."
Xander maju beberapa langkah ke depan. "Aku tidak akan banyak memberikan pertanyaan pada kalian sekarang. Kita akan bicara setelah makan siang nanti."
Xander dan pasukannya berangsur-angsur meninggalkan halaman, kecuali Miguel, Ryder, dan sebagian besar pengawal. Suasana yang ramai perlahan sepi.
"Baba!" teriak Xylorr seraya mendorong kursi rodanya ke arah Baba. Karnu segera mengikuti dari belakang. Keduanya mengabaikan beberapa robot anjing yang berada di samping Baba.
"Baha (Ayah), Kia (Kakek)." Baba membalas pelukan Karnu dan Xylorr. Ia sangat bersyukur bisa melihat mereka baik-baik saja setelah ia mendengar jika keluarganya di bagian lain dipastikan tidak selamat karena ulah UltraTech.
Luc Besson mengamati Karnu, Xylorr, dan anggota suku pedalaman. "Mereka mirip dengan orang-orang yang dijadikan sebagai obyek percobaan oleh UltraTech bertahun-tahun lalu. Aku bersyukur karena mereka masih hidup hingga saat ini."
"Baha (Ayah), Kia (Kakek), diab deba keunnalnge jihi mijal (Aku ingin mengenalkan seseorang). Najeunan Rio rangusasa nu tos watranga diab milasa eui (Dia adalah Rio seseorang yang sudah merawatku selama ini). Najeunna geo nu tos nganlunu diab ti maleje-maleje nu tos liknyu diab (Dia juga yang sudah menolongku dari orang-orang yang sudah menculikku)," terang Baba.
"Sunrapusam (Halo), diab Rio(Saya Rio). Diab nu tos nganlunu n rengsa watranga Baba (Saya yang sudah menolong dan merawat Baba)." Luc Besson mengangguk kecil.
Xylorr, Karnu, dan anggota suku pedalaman saling bertatapan satu sama lain. Mereka mengamati Luc Besson, berbisik.
"Turha hunnu geus nganlunu jeung suhnga cuin rangu lalisa eui (Terima kasih sudah menolong dan mengasuh cucuku selama ini)." Xylorr tiba-tiba memeluk Luc Besson sangat erat, menangis sesegukan. Kekhawatirannya sedikit terobati ketika melihat Baba datang dalam keadaan selamat. Bayangan buruknya menghilang.
"Baha (Ayah)," gumam Karnu seraya mengamati Luc Besson dan Baba bergantian.
"Baha (Ayah)." Baba memeluk Karnu, memejamkan mata erat-erat.
"Hei, pemandangan ini membuatku sangat iri. Aku sebaiknya segera beristirahat sekarang." Bruce menguap beberapa kali, mengawasi keadaan sekeliling. "Baba, aku ingin tidur bersama keluargamu di tenda-tenda itu."
"Aku tidak ingin tidur di sana. Aku ingin berendam air panas sebelum tidur." Bennet memutar bola mata. "Badanku terasa lengket sejak pertarungan semalam.”
Gray mengembus napas panjang. "Aku ingin menjaga Gavin, tetapi sepertinya aku tidak bisa jauh dari Luc Besson sekarang, begitupun dengan kalian."
Gray menoleh pada Bennet. "Kau bisa mandi di sungai, Bennet."
"Kau pasti gila, Gray. Aku tidak ingin mandi di sungai yang dingin," ketus Bennet seraya berkacak pinggang. Ia berdecak saat Gray menunjukkannya arahan dari Xander. "Baiklah, aku akan segera menyusul ke hutan setelah aku berendam air panas di kamarku."
"Kau pasti hanya ingin mengulur-ngulur waktu, Bennet," ucap Bruce.
"Diamlah, Bruce. Aku membencimu."
Baba, Xylorr, Karnu, dan suku pedalaman pergi menuju hutan, begitupun dengan Luc Besson yang dijaga ketat oleh para pengawal. Gray, Bruce, Luc Besson serta para pengawal mengikuti tak lama setelahnya.
Suasana halaman yang ramai menjadi hening. Axo dan si burung merpati tiba-tiba terbangun. Mereka menoleh ke arah jendela. Di saat yang sama, Alexis menggeliat, membuka mata, kemudian kembali tertidur di pangkuan Lizzy.
Samuel tersenyum di dekat jendela. "Ah, Xander semakin dekat dengan hal-hal yang sangat berbahaya. Tantangan yang dihadapinya lebih berat dibandingkan yang pernah aku, ayah, dan leluhurku lalui sebelumnya. Ini menarik sekaligus membuatku takut."
Samuel menoleh pada Lydia yang tertidur di ranjang. "Tidak ada pilihan selain melatih Alexis lebih awal mengingat situasi yang buruk bisa saja terjadi kapan pun. Selain itu, pengembangan alat-alat canggih itu harus dipercepat."
Samuel menekan tangannya yang bergetar, tersenyum.
Sementara itu, George mulai sadarkan diri, mengerjapkan mata berkali-kali, mengawasi keadaan sekeliling. Keadaan sekitarnya tampak temaram di mana cahaya hanya masuk melalui celah-celah kecil jendela dan pintu yang sedikit terbuka. "Di mana aku sekarang?"
George bergegas berdiri, terkejut menyadari keberadaannya. "Aku berada di sebuah kandang hewan yang kosong. Sial, sejak kapan aku tidur di tempat ini?"
George menoleh pada Gideon dan Gabriel yang masih terbaring di atas jerami. Ia memijat kepalanya yang pening, terjatuh di tengah-tengah Gideon dan Gabriel. "Aku sama sekali tidak mengingat apa yang sudah terjadi padaku.”
George mengecek keadaan Gideon dan Gabriel. "Mereka hanya tertidur, dan kondisi mereka tampak baik-baik saja."
George berlari keluar kandang, mengamati keadaan sekeliling. "Aku berada di peternakan yang aku amati. Sial, aku tidak bisa mengingat apa pun. Pikiranku benar-benar kosong."
Gideon dan Gabriel mulai sadarkan diri, bergegas berdiri. Mereka saling menatap satu sama lain, berlari mendekati George.
"Apa yang terjadi, George?" tanya Gideon sembari mengamati keadaan sekitar. "Aku mengingat jika aku dan Gabriel sedang berada dalam perjalanan menuju peternakan yang kau sebutkan karena kau bertemu dengan pria yang diduga sebagai Luc Besson."
"Kita harus segera mencari keberadaan pria itu dan membawanya ke markas secepatnya sesuai dengan perintah ketua," sahut Gabriel.
"Apa kalian menyadari jika alat-alat canggih kita sebagian menghilang dan sisanya tidak bisa digunakan?" George menatap Gideon dan Gabriel bergantian.
"Apa?" Gideon dan Gabriel terkejut, segera memeriksa alat-alat canggihnya.
"Sial, aku yakin sudah terjadi sesuatu pada kita selama kita tidak sadarkan diri di tempat ini. Melihat keadaan sekitar, tampaknya tidak ada orang di sekitar ini," kata Gideon seraya berjalan menuju halaman.
Gabriel mendengkus kesal. "Luc Besson tampaknya yang sudah melakukan sesuatu pada kita. Dengan tidak ada alat-alat canggih di tangan kita, kita akan kesulitan untuk mencarinya. Kita sebaiknya menghubungi markas."
Gideon dan Gabriel tiba-tiba saja terdiam. Kedua mata mereka menunjukkan deretan angka dan kode untuk sesaat.
George bergegas menoleh ketika merasa Gideon dan Gabriel tidak bersuara.