Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Reno dapat pencerahan
Saat jam pulang sekolah, Lusi dan Shanum baru akan keluar dari dalam kelas. Diana sudah pulang duluan bersama dengan teman-temannya. Mungkin karena mereka terlalu lelah membersihkan toilet, mereka tidak lagi mengganggu Shanum.
Namun seperti yang Shanum pikirkan sejak Diana pergi begitu saja. Rasanya tidak mungkin hal itu terjadi. Wanita itu pasti memiliki rencananya lainnya.
Benar saja, Shanum baru akan menuju ke pintu. Ketika Reno dan gengnya kembali masuk ke dalam kelas.
Shanum mulai berpikir, mungkin dia juga akan membuat geng. Di bayar satu juta sehari untuk menjaganya dari orang-orang kurang kerjaan ini.
Melihat Shanum memutar manik matanya malas. Reno membuat ekspresi wajah yang lebih serius.
"Aku sudah katakan padamu! jangan ganggu Diana. Kamu terlalu sombong sekarang, Shanum!"
Mendengar apa yang dikatakan Reno. Shanum terkekeh pelan.
"Jadi, dermawan mu itu mengadu apa padamu? apa dia bilang dia dan teman-temannya ingin mengerjai aku dan Lusi tapi salah alamat, lalu kena hukum pak Abas. Atau kuku mereka di cat seperti penyihir dan dihukum lagi oleh Bu Regina? yang mana yang dia ceritakan padamu?" tanya Shanum dengan sangat santai.
Davin terlihat mengernyitkan keningnya .
"Mana ada hal seperti itu. Firda mengatakan kamu sengaja menjebak Diana. Kamu yang merencanakan semua kejahilan itu, tapi menuduh Diana!" sahut Davin.
Arah pandangan Shanum segera beralih ke Davin.
"Oh dia bilang begitu? dan kalian percaya?" tanya Shanum.
"Tentu saja, Diana tidak akan berbohong padaku!" kata Reno dengan cepat.
Shanum kehabisan kata-kata. Pemuda di depannya itu bodohnya sepertinya sudah tidak baja diselamatkan.
"Oke kalau begitu kita ke ruang BK sekarang!" ajak Shanum.
"Kenapa harus kesana?" tanya Davin.
"Biar mata kalian terbuka! biar otak kalian yang bodohh itu dapat pencerahan. Heran deh! katanya populer, katanya kapten basket. Kok bloon sih?"
"Kamu..." Reno sangat tersinggung. Tapi pemuda itu juga punya prinsip, dia memang tidak akan memukul seorang perempuan.
"Apa?" tantang Shanum.
Gadis itu dengan berani bahkan melotot dan mendekatkan wajahnya ke arah Reno.
"Gak terima? ya udah, ke ruang BK aja sekarang. Kita tanya Bu Regina apa yang terjadi. Kalau mereka gak salah, apa bakalan di hukum? apa akan dipanggil juga orang tuanya. Buka pikiran kalian yang ketutup sendal jepit itu! capek banget ngomong kayak gini terus!"
Shanum mulai kehabisan kesabaran.
"Tidak mungkin! pokoknya kamu harus minta maaf besok sama Diana. Kalau ibunya sampai marah padanya, kamu harus menjelaskan. Kalian kan tinggal satu rumah, dia sudah sangat baik sama kamu. Dia juga yang membiayai sekolah kamu kan? tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu pada Diana!" Reno malah cosplay jadi kak Seto.
Dan mendengar ceramah Reno itu. Shanum makan kehabisan kata-kata baik.
"Ya ampun, kamu itu soft spoken sekali ya Reno. Ingin rasanya aku mengeluarkan kata-kata mutiara untukmu. Hehh, Reno. Tolong kalau punya otak itu diberdayakan dengan baik ya. Jangan cuma di pajang di kepala. Aku sekolah di sini 3 tahun ya, oke mau tiga tahun. Sedangkan Diana kebanggaan, malaikat, ibu peri kamu itu sekolah disini baru mau dua tahun. Jadi!!! kamu pikir siapa yang membiayai siapa?" tanya Shanum.
Reno terlihat diam dan berpikir. Namun tetap saja, selanjutnya dia bersikeras membela Diana. Karena Shanum sudah sangat jengah berdebat dengan Reno. Buang-buang waktu dan buang-buang tenaga. Belum lagi dia juga masih harus menyiapkan rencana untuk makan malam besok. Dia merasa sudah saatnya dia mengatakan kebenaran pada pemuda yang sepertinya kalau sudah merasa berhutang budi pada orang, akan mempersembahkan gunung dan laut pada si dermawannya itu.
"Kamu pokoknya harus minta maaf..."
"Mending kamu ke tata usaha deh. Tanya sama guru bendahara. Siapa yang membayar biaya sekolah kamu tiga tahun penuh!" kata Shanum sambil menepuk bahu Reno beberapa kali.
Davin dan yang lain cukup dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Shanum itu. Bisa-bisanya gadis itu dengan tenang menepuk bahu Reno. Dan Reno, juga tidak marah.
Shanum langsung menggandeng tangan Lusi setelah mengatakan semua itu.
"Tunggu, kenapa aku harus kesana. Aku tahu yang membayar semua biaya sekolahku adalah Diana. Dia sangat baik, bukan hanya aku, beberapa..."
"Stop!" sela Shanum, "makanya aku suruh kamu ke tata usaha. Pakai kacamata kalau mata kamu minus. Setelah tahu kebenarannya. Jangan lupa beritahu aku!" kata Shanum yang mengajak Lusi pergi dengan cepat dari tempat itu.
Davin yang melintas Reno terdiam, lantas mendekati Reno.
"Bos, apa mungkin yang dikatakan oleh Shanum itu benar? apa kita sekarang ke tata usaha?" tanya Davin.
Reno menggelengkan kepalanya.
"Gak mungkin dia benar, kita gak usah percaya sama dia..."
"Tapi apa yang dia katakan masuk akal bos. Dia sekolah disini lebih dulu dari Diana kan?" tanya Davin.
Reno kembali terdiam. Dia terlalu khawatir tidak bisa menerima kebenarannya. Masalahnya selama ini dia sudah terlalu kasar pada Shanum.
"Bos.."
Tapi kalau sampai dia salah, dan dia membuat kesalahan yang penuh besar. Bukankah dia akan lebih menyesal?
"Ayo ke tata usaha!" ajak Reno pada yang lain.
Dan benar saja, begitu mereka bertanya pada bendahara sekolah di tata usaha itu. Ternyata yang menjadi donatur adalah ibu kandung Shanum. Namanya Sofia. Tidak ada nama Diana. Karena ternyata, Diana hanya anak tiri ayah Shanum. Anak dari istri yang dinikahi ayah Shanum setelah ibu kandung Shanum meninggal.
"Bos, ternyata..."
Reno meremass kertas ditangannya. Ternyata selama ini dia sudah salah.
"Ck, Diana ini benar-benar pembohong. Ternyata dia sama sekali bukan donatur kita. Kenapa dia mengatakan kalau dia yang sudah membiayai sekolah kita?" tanya salah seorang teman Reno dan Davin.
"Kita dibohongi selama ini. Mana kita sudah jadi kaki tangan Diana. Kita harus gimana bos?" tanya Davin.
Reno masih diam. Dia tidak habis pikir. Kenapa juga dia tidak dari dulu memeriksa kebenaran ini. Malah menjadikan dirinya percaya pada Diana. Dia sudah banyak berkata kasar pada Shanum. Sudah sering mengancamnya. Padahal donatur sebenarnya adalah ibunya Shanum yang sudah tiada.
"Bos..."
"Apalagi? ya minta maaf sama Shanum! ayo!" ajak Reno pada teman-temannya.
***
Bersambung...
orang kalau masih bernafas di paru2 belum tobat kalau Udha tenggorokan baru