NovelToon NovelToon
Dion (2)

Dion (2)

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Yatim Piatu / Cinta Beda Dunia / Cinta Seiring Waktu / Kebangkitan pecundang / Hantu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: K. Hariara

Kenyataan menghempaskan Dion ke jurang kekecewaan terdalam. Baru saja memutuskan untuk merangkak dan bertahan pada harapan hampa, ia justru dihadapkan pada kehadiran sosok wanita misterius yang tiba-tiba menjadi bagian dari hidupnya; mimpi dan realitas.

Akankah ia tetap berpegang pada pengharapan? Apakah kekecewaan akan mengubah persepsi dan membuatnya berlutut pada keangkuhan dunia? Seberapa jauh kenyataan akan mentransformasi Dion? Apakah cintanya yang agung akhirnya akan ternoda?

Apapun pilihannya, hidup pasti terus berjalan. Mengantarkan Dion pada kenyataan baru yang terselubung ketidakniscayaan; tentang dirinya dan keluarga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon K. Hariara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

‘My Hot Roommate’

Sepulang dari kantor, Dion menyempatkan diri menonton televisi yang baru ia beli. Mungkin karena kelelahan, Dion malah tertidur setelah beberapa menit menyaksikan program yang menayangkan drama komedi.

Ketika Dion terbangun, ia mendapat Melati sudah duduk di dekatnya menatap pesawat televisi mengenakan piama yang dibeli Dion.

“Hai, Kak!” sapa Dion sambil bangkit dari tidurnya dan berjalan ke dispenser untuk menuang segelas air.

“Suara televisinya terlalu keras, ya?” tanya Melati sambil melirik ke arah Dion.

“Nggak, kok. Cuma haus saja,” jawab Dion sebelum meneguk airnya. “Gimana TV-nya, Kak? Tadi aku baru nonton sebentar, eh malah ketiduran.”

“Bagus. Kan masih baru.”

“Itu ada DVD player-nya, Kak. Bisa buat dengerin radio juga, tapi aku belum sempat nyoba,” jelas Dion sambil menunjuk ke arah perangkat di bawah TV.

“Oh iya? Lumayan, bisa denger berita lokal. Dion memang nggak suka nonton TV, ya?”

“Bukan nggak suka, Kak. Cuma nggak terbiasa aja.”

Melati mengerutkan kening. “Kamu ini aneh. Mana ada orang yang nggak terbiasa sama TV?”

Sebenarnya Dion ingin menceritakan alasan mengapa tidak terbiasa dengan televisi tapi mengurungkan niatnya. Dion tak ingin mengganggu Melati yang tampak menikmati tayangan drama itu.

“Mungkin tak terbiasa menonton sendirian saja,” ujar Dion kemudian.

“Ya udah, Dion nonton sama kakak biar tidak sendirian,” ajak Melati.

Dion kemudian duduk melantai dekat wanita itu. “Ini film tentang apa, Kak?”

“Percintaan.”

“Ada adegan dewasanya nggak?

“Maksudmu yang porno-porno gitu?” tanya Melati malah balik bertanya sambil menatap aneh ke Dion.

“Bukan yang begitu. Yang mesra-mesra gitu, lho. Yang ada adegan berkasih-kasihan, seperti orang pacaran,” jawab Dion.

“Ada dong. Tuh sebentar lagi akan ada lagi.”

“Wah, kalau gitu kakak deh yang tonton. Dion malu.”

“Payah anak kecil. Liat orang berciuman saja langsung malu.”

Dion tidak mengacuhkan ledekan Melati. Ia coba menyimak tayangan televisi. “Pria ini siapa Kak? Selingkuhan atau cuma teman?” 

“Itu suaminya. Masak selingkuhan?”

“Kalau suami kenapa curi-curi pegangan tangannya? Seperti sedang selingkuh,” tanya Dion masih penasaran. 

Kesal dengan komentar Dion, Melati lalu mencubit lengan Dion. 

“Otakmu langsung berpikir perselingkuhan. Suami-istri itu habis bertengkar. Baru berbaikan jadi mesra-mesraannya masih malu-malu,” jelas Melati.

“Drama apaan sih? Gak seru. Kalau cuma begitu sih setiap pasangan suami-istri juga biasa,” gerutu Dion.

“Ih, cerewet! Tonton saja! Ada pembunuh psikopatnya, lho. Tapi belum tahu siapa,” Melati sewot.

Berikutnya Dion dan Melati sudah terlibat perdebatan mengenai siapa sesungguhnya tokoh antagonis yang merupakan pembunuh psikopat pada drama thriller itu.

Meskipun sudah bisa menebak, Dion sengaja memberikan tebakan salah, yakni pada tetangga suami-istri yang diteror. Tebakan yang sama seperti dugaan sang suami, tokoh protagonis dalam drama itu.

Sementara Melati memberi tebakan pada tokoh lain yang merupakan teman SMA kedua suami-istri itu karena mereka ternyata kekasih sejak remaja.

Ketika kedok aslinya terbuka menjelang akhir drama, Melati meledek Dion yang menebak salah. “Dion payah. Masak menebak begitu saja salah.”

“Iya, Kak! Maklum aku kan jarang menonton film.”

Dion kemudian berdeham ketika di akhir drama suami-istri mengakhiri drama dengan adegan ciuman panjang.

“Apaan sih? Memangnya Dion belum pernah berciuman?” protes Melati yang merasa malu juga dengan dehaman Dion yang dimaksudkan untuk meledeknya.

“Melakukannya sendiri dengan melihat orang lain melakukannya kan berbeda,” jelas Dion.

“Asyik, masih ada film berikut,” Melati merasa senang ketika membaca pemberitahuan di layar bahwa acara berikutnya masih merupakan film.

“My Hot Roommate. Wah judulnya provokatif. Sebaiknya Dion tidur deh. Pasti buat 18 tahun ke atas,” ujar Melati.

“Judulnya apa, Kak? Kedengarannya asyik. Dion mau nonton sama Kakak, ah,” Dion malah merapatkan duduknya dekat Melati.

Melihat tingkah Dion, Melati meraih remote control dan mengganti kanal televisi. 

“Kok diganti?” Dion protes.

“Anak kecil tidur saja. Tontonan orang dewasa,” sahut Melati yang kesal karena digoda terus oleh Dion.

“Iya deh. Aku tidur,” sungut Dion dan rebahan memunggungi Melati.

...***...

Pagi itu, Dion terbangun dan mendapati dirinya masih tergeletak di depan televisi dengan tubuh berselimut. Seketika ia teringat kejadian sebelum tertidur dan refleks menoleh ke sekeliling, mencari sosok Melati. Namun, perempuan itu tak terlihat di mana pun. Televisi pun sudah dalam keadaan stand-by.

Saat bersiap untuk joging, Dion terkejut menemukan piama Melati berada di antara tumpukan pakaian kotornya. Rasa penasaran membuatnya meraih pakaian itu, lalu mendekatkannya ke hidung. Aroma parfum khas Melati masih melekat di sana.

Sepanjang lari pagi, pikirannya terus dipenuhi oleh Melati. Ia masih belum bisa memahami kehadiran wanita itu dalam hidupnya. Meski mereka hanya bisa berkomunikasi dalam mimpi, Dion merasa setiap kebersamaan mereka begitu nyata.

“Piama itu adalah bukti,” pikirnya. “Tadi malam dia benar-benar mengenakannya, bukan hanya dalam mimpi.”

Memikirkan Melati membuat Dion merasa iba. Sudah lebih dari setahun berlalu, tetapi Melati masih belum menemukan jalan pulang—tak tahu di mana keluarganya atau ke mana seharusnya ia kembali.

Dion harus mengakui, Melati begitu banyak membantunya melewati masa-masa sulit. Dan kini, ia merasa terbeban untuk membantunya menemukan jawaban.

“Aku harus menemukan cara,” tekadnya, sebelum menutup sesi lari pagi dengan sprint.

...***...

Usai joging dan sarapan, Dion kembali ke kamar dengan niat mencuci pakaian kotor yang mulai menumpuk. Namun, saat memeriksa keranjang, ia tak lagi menemukan piama Melati di sana.

Bingung, ia mencari pakaian itu di sekitar kamar, bahkan sampai ke kamar mandi. Tetap tidak ada. Namun ia terpaku ketika membuka lemari. Piama itu sudah terlipat rapi di antara tumpukan pakaian bersih di rak bagian kiri.

Sejenak ia terdiam, mencoba memahami bagaimana pakaian itu bisa berpindah ke sana. Rasa herannya semakin menjadi saat ia kembali mendekatkan piama itu ke hidung. Aroma khas yang tadi pagi masih melekat kini sudah hilang.

Dion termangu. Dua jam lalu, pakaian itu ada di keranjang pakaian kotor. Sekarang, tiba-tiba sudah bersih dan tersusun rapi di lemari.

Tak ingin berlama-lama dalam kebingungan, ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Setelah mencuci pakaian dan merapikan kamar, Dion menghabiskan sisa pagi hingga siang hari dengan mulai mendesain undangan pesanan Kiki. Namun, pikirannya sesekali masih terusik oleh pertanyaan yang belum terjawab—tentang Melati.

1
ElbeeThor
.
ElbeeThor
Thanks ...…!
Kue Mutiara
cukup menggibur
Juniar Yasir
bagus ini
K. Hariara: Terima kasih, Mbak!!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!