Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 32 FESTIVAL BATU GIOKZ
Begitu masuk ke dalam gedung besar itu, terlihat di sana sudah sangat ramai dengan orang-orang.
Ada berbagai bongkahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk yang sangat banyak terhampar di sana.
"Tidak lama lagi pertandingan akan segera di mulai," ujar Lisa kepada Evan.
Lisa memberikan sebuah kartu bank berwarna hitam kepada Evan.
"Di dalamnya ada 10 milyar, mengingat kemampuan mu sebelumnya, kamu coba cari batu yang berisi giok di dalamnya," sambung Lisa.
Lisa berharap pada pertandingan ini perusahaannya dapat memenangkannya. Dengan menjadi juara pada pertandingan ini, tentu dampaknya akan sangat besar sekali pada perusahaannya.
Sebelumnya dirinya dan kakeknya pernah mengikuti pertandingan ini dan hanya mampu menempati peringkat ke lima saja.
Lisa dan Evan mulai melihat-lihat bongkahan batu di sana. Aturan dalam pertandingan ini satu orang hanya bisa memilih maksimal 2 batu saja untuk di ikutkan pertandingan.
"Tuan, bukankah anda master yang menemukan banyak giok pada pasar judi batu tempo hari?" ujar seseorang kepada Evan.
Orang tersebut ternyata salah satu orang yang menyaksikan Evan memotong banyak bongkahan batu dengan kapak. Semua bongkahan batu yang di potong oleh Evan selalu berisi giok di dalamnya, tanpa ada satupun yang kosong.
Kejadian itu tentunya menjadi pembicaraan semua orang yang kagum dengan kemampuannya. Selain jarang terjadi, namun pasti hanyalah orang yang memiliki kemampuan hebat bisa melakukannya.
"Heh... master apa, apa dia pantas?" ujar seorang pria dengan janggut panjang sambil mengepalkan tangannya.
Semua orang juga langsung melihat ke arah pria berjanggut panjang itu. Pria berjanggut panjang itu tampak berjalan menuju ke arah Evan dan Lisa.
"Bukankah dia adalah Margono, seorang master dari kota barat daya," ujar salah seorang di sana mengenali pria berjanggut itu.
"Di rumorkan bahwa master Margono sudah banyak melihat batu dan menemukan giok dengan kualitas terbaik yang sangat banyak, dia adalah orang hebat yang sesungguhnya," ujar orang yang lain.
"Jarak dari kota barat daya ke mari lumayan jauh, tampaknya dia datang untuk mengikuti festival pertandingan batu ini," ujar orang yang lain lagi.
Margono adalah seorang master penilai batu yang berasal dari kota barat daya. Sudah banyak prestasi yang di torehkan oleh Margono dalam dunia perbatuan, sehingga membuatnya cukup terkenal sampai ke kota ini.
"Siapa kamu, aku sama sekali tidak ingat bila pernah menyinggung mu?" tanya Evan terhadap Margono.
Evan dapat melihat dari cara berbicara dan tatapan Margono, bahwa dia tidak suka terhadap dirinya.
"Kamu tidak menyinggung ku, tapi kamu sudah mencelakai adik seperguruan ku master Junaidi dengan sangat menyedihkan," jawab Margono sambil menunjuk Evan.
Evan dan Lisa tentu saja langsung mengingat siapa itu master Junaidi. Junaidi adalah orang yang sering mencari masalah dengan Lisa, kemudian bertanding dengan Evan dan mengalami kekalahan telak. Pada saat itu Junaidi kalah taruhan dan harus menggonggong layaknya seekor anjing di hadapan semua orang.
"Kalian telah membuat saudara seperguruan ku jadi bahan lelucon semua orang, hingga akhirnya mental dan psikologis nya jatuh, sekarang dia jatuh sakit terbaring di atas kasur, mengurus dirinya sendiri saja tidak mampu," ujar Margono.
Junaidi begitu terpukul sekali dengan kejadian memalukan itu, hingga membuatnya mentalnya jatuh yang membuatnya seperti orang stres.
Margono tampak kasian sekali dan tidak terima adik seperguruannya menjadi seperti ini. Kedatangan Margono ke sini adalah untuk membalaskan dendam.
"Dia layak mendapatkannya," ujar Lisa membela Evan.
"Dia tidak memiliki niat baik dan ingin menjebak kami, apa masih tidak mengizinkan kami menghukumnya," sambung Lisa
"Tidak ada gunanya banyak bicara," balas Margono.
"Bocah, apa kamu berani bertanding denganku?"ujar Margono sambil menunjuk Evan.
"Jika kamu memang, aku juga akan menggonggong di hadapan semua orang dan mundur dari industri batu ini," sambung Margono.
"Tapi jika kamu kalah, kamu harus patahkan sendiri kedua tangan dan kakimu, jadilah cacat seperti adik seperguruan ku," sambung Margono lagi.
"Ini tidak adil," sela Lisa.
"Evan ayo kita pergi, orang bodoh mana yang mau bertanding dengannya, lebih baik kita bersiap untuk perlombaan festival batunya," sambung Lisa.
Lisa menarik tangan Evan dan hendak membawanya pergi. Evan sendiri tidak menyangka, ini pertama kalinya Lisa membela dirinya.
"Tunggu!" ujar seorang pria muda dengan menggunakan setelan jas rapi.
Dua orang dengan tubuh besar dan berotot langsung menghalangi Evan dan Lisa untuk pergi. Dua orang pria tersebut adalah bawahan dari pria dengan setelan jas rapi yang baru saja tiba itu.
"Apa aku sudah menyuruh kalian untuk pergi?" ujar pria dengan setelan jas rapi tersebut.
Pria dengan setelan jas rapi tersebut adalah tuan muda dari Satrio group yang bernama Lukman Satrio. Satrio group adalah perusahaan terbesar di kota ini yang bergerak di bidang perhiasan giok.
Sebelumnya Satrio group hampir saja bekerja sama dengan tuan Jakson, namun tiba-tiba saja Jakson membatalkan kerja sama itu secara sepihak.
Mengetahui bahwa semua itu karena Darmawan group yang merebut kerjasama itu, tentu saja Lukman tidak dapat menerimanya.
"Jika bukan karena mereka, aku tidak mungkin kehilangan kerja sama ini," ucap Lukman dalam hati.
Sembari tadi Lukman ternyata sudah melihat keributan di antara mereka, sehingga Lukman ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk membalas dendamnya juga.
Bawahan dari Lukman juga telah menghalangi Evan dan Lisa, sehingga mereka tidak bisa pergi kemanapun.
"Bukankah hanya bertanding saja, aku menerimanya," ujar Evan.
Tampaknya datang lagi orang bodoh yang mencari masalah dengannya. Dengan mata api ini, tidak akan ada yang mungkin bisa mengalahkannya, pikir Evan.
"Apa bocah ini gila?" ujar salah seorang di sana mengatai Evan.
"Itu adalah master Margono yang begitu terkenal dan tidak terkalahkan di kota barat daya," ujar orang yang lain.
"Aku rasa dia sedang cari mati," ujar orang yang lain lagi.
"Evan, kamu jangan menyetujuinya, jelas dia memiliki rencana dan ingin menjebak mu," ujar Lisa.
Evan tidak menyangka, ini pertama kalinya Lisa terlihat mengkhawatirkannya. Di dalam hati Evan terasa senang dengan rasa peduli dari Lisa ini.
"Kamu tenang saja, jika hanya bertanding batu, aku tidak mungkin kalah," balas Evan kepada Lisa.
Evan menatap Lisa dengan penuh rasa percaya diri dan keyakinan. Lisa juga entah mengapa percaya bahwa Evan tidak mungkin bohong jika dia bisa menang.
"Baik, kamu sudah menyetujui di depan semua orang, kamu tidak akan mungkin mengingkari nya bukan?" ujar Margono kepada Evan.
"Tentu saja aku tidak akan menyesal," balas Evan.
"Dasar bodoh, kamu sendiri yang menantang ku, jadi jangan salahkan aku, aku ingin lihat anjing menggonggong dengan janggut yang panjang," ucap Evan dalam hati.
Kemudian mereka berdua menuju ke salah satu ruangan di sana. Di ruangan itu berisi begitu banyak potongan-potongan batu dengan berbagai macam ukuran.
"Tempat apa ini, kenapa aromanya seperti ini?" ujar Lisa.
Margono menjelaskan bahwa tempat ini adalah gudang yang menyimpan material sisa potongan batu pada festival batu ini. Batu yang berada di ruangan ini sudah terkumpul selama bertahun-tahun dan terus bertambah. Semua yang ada di sini adalah sampah dari potongan batu yang tidak berguna dan berharga.
"Ini adalah isi dari pertandingan kita, siapa yang bisa mendapatkan giok asli dengan nilai tertinggi dari hamparan batu tidak berguna ini, maka dia pemenangnya," ujar Margono.
"Batas waktunya hanya satu jam saja," sambung Margono.
Pertandingan ini juga di mulai, terlihat Margono yang sudah masuk ke dalam gudang dengan sangat tenang dan santai.