Miskin , dihina wajar. Diam di bully, biasa. Yang luar biasa adalah, Aqmal seorang remaja miskin yatim piatu, menolak menyerah pada nasib malang, penderitaan, hinaan dan perundungan, justru membuat nya tumbuh menjadi semakin tegar dan kuat.
Hingga alam berpihak kepada nya, memberikan sebutir gundu ajaib kepada nya.
setelah mendapatkan gundu ajaib itu, perlahan hidup nya mulai berubah, setapak demi setapak, dia mulai meniti takdir nya menjadi seorang kultivator utama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Paman Arun
Paman Arun masih terdiam mendengar cerita Aqmal yang sulit diterima nalar manusia itu.
Sebelum bicara, paman Arun terlebih dahulu menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan nya dengan kasar, seakan melepaskan beban kegundahan hati nya.
"Sudahlah nak, tidak usah dipikirkan lagi tentang kedua orang tua mu itu, mungkin juga mereka salah satu bagian dari klan klan itu, ketahuilah nak, menurut kepercayaan turun temurun, leluhur kita berasal dari luar angkasa sana, yang datang mengungsi kedunia ini ratusan tahun yang lalu karena Dunia yang mereka tempati di sana hancur akibat peperangan dua bangsa besar, menurut legenda, bangsa leluhur kita lebih maju dari Bumi ini ribuan tahun, namun justru karena kemajuan teknologi itulah, Dunia mereka hancur akibat perang, dari ribuan orang yang pergi meninggalkan Dunia mereka yang kacau itu, menyebar di jagat raya, namun ada satu pesawat yang tiba ke Bumi ini dengan selamat, berisi lima pasang muda mudi yang di kemudian hari, menjadi cikal bakal nenek moyang kita saat ini dan melahirkan lima Klan utama yaitu Klan Solom yang mendiami Kastil Solomon life di Utara, Klan Lion yang mendiami Kastil Jolosea star di barat, Klan Zolo yang mendiami Kastil Zolo Star di timur, lalu Klan Aries yang mendiami Kastil Aries Star di selatan serta Klan Lausen yang mendiami Kastil Lausen star di tengah, itulah Klan utama bangsa kita, bangsa kultivator dari angkasa luar yang terdampar di Bumi ini, berbaur menjadi mahluk Bumi" jawab paman Arun.
"Lalu apa bahaya yang paman bilang tadi?" tanya Aqmal.
"Kita terlahir sebagai mahluk kultivator memang suatu kelebihan, namun juga merupakan satu kutukan bagi kita, ada satu bangsa besar di Bumi ini yang juga memburu keberadaan kita untuk bahan penelitian, untuk menciptakan satu prajurit unggul di masa depan, banyak orang orang dari bangsa kita yang tewas karena penelitian rahasia mereka, mereka ingin merekayasa manusia biasa yang lemah ini menjadi mahluk kultivator yang handal, namun hingga hari ini, tindakan mereka tidak direstui oleh Tuhan, bukan nya menciptakan mahluk unggul, mereka justru menciptakan para mahluk Monster setengah manusia setengah binatang, ternyata genetika kita tidak bisa direkayasa secara ilmu pengetahuan, hanya bisa terjadi lewat perkawinan alami saja, itulah bahaya nya nak, mereka punya alat untuk mendeteksi tingkatan kultivasi kita, maka nya nenek moyang kita mencoba dengan berbagai cara agar tingkat kultivasi kita bisa di manipulasi seolah olah kita manusia biasa, bukan kultivator!" kata paman Arun lagi.
"Oooh itukah sebab nya sekilas saya bisa memindai paman sebagai seorang kultivator, namun sesaat lain nya tiba tiba lenyap begitu saja?" tanya Aqmal.
Paman Arun atau Khairun Solom dari klan Solom yang hidup berbaur dengan masyarakat biasa karena sudah bisa menekan kultivasi nya sedemikian rupa ke tingkat nol persen atau tingkat tak punya kultivasi.
"Apakah banyak bangsa kita yang hidup berbaur dengan masyarakat paman?" tanya Aqmal lagi.
"Banyak sih tidak juga, tetapi ada beberapa, mungkin diantara nya adalah ayah dan ibu mu, namun mereka menyembunyikan identitas mereka sedemikian rapat nya, sehingga dari klan mana pun mereka berada, mereka tidak ingin orang lain dapat mengetahuinya!" jawab paman Arun.
"lalu bagai mana cara paman bisa menekan kultivasi paman sehingga saya saja tidak bisa mendeteksi nya?" tanya Aqmal.
"Paman tidak bisa mengajarkan nya nak, karena paman tidak punya kebiasaan untuk itu, di timur antara Kastil Lausen star dan Zolo Star, ada sebuah hutan bernama Hutan Jati Lawang, nah ditengah tengah hutan Jati Lawang itu ada seorang wanita bergelar Nenek Marantowo atau Dewi Nawang Sari, beliau lah yang bisa memberikan semacam ilmu untuk menekan tingkat kultivasi kita agar terlihat lebih rendah, atau justru tidak terlihat sama sekali, carilah nenek itu nak sebelum orang orang jahat itu menemukan kamu!" kata paman Arun menjelaskan.
Tiba-tiba handphone Aqmal bergetar, panggilan dari nomor tak di kenal.
"Halo!, ini siapa?" tanya Aqmal.
"Mal!, ini aku Yuri Mal, ini Mal Lisa tidak mau pulang dari sekolah, kecuali kau yang menjemput nya!" ujar Yurike dari seberang sambungan telepon.
Mendengar itu, buru buru Aqmal mohon diri pada paman Arun dan berjanji akan sering berkunjung ke rumah orang tua itu.
Beberapa saat kemudian, motor Aqmal sudah melaju kearah sekolah nya kembali, saat itu, hari sudah lewat waktu ashar.
Satu jam kemudian, Aqmal tiba di lingkungan sekolah yang sudah sepi itu.
Baru saja dia memarkirkan motor nya, Yurike dan Eman sudah menunggu nya disana.
"Mal, Lisa tidak mau pulang, tolong bujuk dia dong, mamah nya sudah menelpon dari tadi!" sambut Yurike dengan berondongan kata kata nya.
Aqmal buru buru berjalan ke arah kelas Lisa, Yurike dan Joice.
Ternyata di dalam kelas, masih ada Joice dan Samsul, yang masih berusaha membujuk gadis itu agar mau pulang. Tetapi gadis keras kepala itu tidak bergeming sedikitpun juga.
Melihat Aqmal datang, Samsul dan Joice buru buru keluar ruangan, namun dua pasang muda mudi itu bukan nya pergi, tetapi diam diam mengintip dari balik jendela kelas.
Aqmal duduk di sebelah Lisa yang tertelungkup di meja sambil terisak isak. Ada rasa kepedihan dihati pemuda itu melihat keadaan gadis itu.
"Kita pulang yuk Lis!" ajak Aqmal.
"Enggak mau, Lisa tidak mau pulang, Lisa mau tidur di sini saja!" Isak tangis gadis itu.
Aqmal menyisir rambut Lisa yang kusut dengan kelima jari tangan nya, "yuk pulang, Aqmal antar ya!" bujuk Aqmal.
"Enggak mau, mau disini saja, Aqmal jahat sama Lisa, Lisa mau mati disini!" ucap gadis itu terisak pilu.
"Maafin Aqmal deh Lis, tadi Aqmal buru buru, ada hal yang harus Aqmal urus dengan seseorang di pinggiran kota!" kata Aqmal lagi.
"Sebenar nya Aqmal tidak ada rasa apa apa pada Lisa kan?, hanya Lisa saja yang terlalu banyak berharap pada Aqmal, hati Lisa sangat sakit Mal, sakit sekali, Lisa baru sadar jika Aqmal tidak punya perasaan pada Lisa, Lisa tidak sanggup menahan sakit nya hati Lisa sekarang, Lisa mending mati saja!" Isak tangis gadis itu.
Aqmal merangkul pundak gadis itu, menarik nya kearah dada nya.
Lisa merangkul tubuh Aqmal kuat kuat, melabuh kan wajah nya di dada pemuda itu, lalu menangis semakin keras. Hati nya terasa sangat perih sekali.
meletakan kedua telapak tangan nya di kedua pipi gadis itu, menatap nya beberapa saat, lalu, "cup!" ....
Entah keberanian yang datang dari mana, Aqmal mengecup bibir Lisa beberapa saat, dan gadis itu membalas dengan garang, seakan mengeluarkan segala keresahan isi kepala nya selama ini. Setelah nyaris tidak bisa bernafas, barulah mereka melepaskan pagutan bibir kedua nya.
"Lisa harus pulang, atau sekolah ini akan dihancurkan oleh papah nya Lisa nanti nya?" kata Aqmal membujuk.
"Lisa mau pulang, asal Aqmal mengatakan satu hal" kata dara itu lagi.
"Apa?" ....
"Katakan Aqmal sayang sama Lisa, Aqmal cinta Lisa!" pinta gadis itu.
"Baiklah, Aqmal sayang sama Lisa, Aqmal mencintai Lisa!" Aqmal menuruti permintaan dari Lisa. Meskipun terkesan gegabah, tetapi bagi siapa pun, tidaklah sulit belajar mencintai tai seseorang yang berwajah sangat cantik, bintang nya sekolah dan bergelar bunga kecantikan sekolah SMA Citra Mahardika itu. Begitupun pikiran dari Aqmal saat itu, yang penting, saat ini Lisa tidak mendatangkan masalah bagi nya.
Lisa, atau Elisabet, memeluk tubuh Aqmal erat sekali, tanpa ragu ragu, di cium nya kedua belah pipi pemuda itu, lalu kembali mengulum bibir merah itu cukup lama.
"Aku sangat mencintai mu Aqmal, melebihi kecintaan ku pada diri ku sendiri, aku menyayangi mu, hanya Aqmal seorang, dulu sekarang dan nanti, percaya lah, kalau bukan dengan Aqmal, maka tidak dengan siapapun juga, itu janji ku Aqmal!" ucap Lisa menarik tangan Aqmal keluar dari ruang kelas itu.
Yurike memegang bibir nya, sambil menatap Eman dengan sudut mata nya. membayangkan pemuda tampan ini melakukan hal yang sama pula pada diri nya. Pada saat yang sama, Eman juga menatap kearah nya, wajah kedua nya pun jadi memerah.
"Set!" ....
Yurike mencubit pinggang pemuda itu, membuat pemuda itu ter aduh, sambil menangkap tangan Yurike. Kedua nya kembali ber pandang pandangan, lalu tertunduk sambil tertawa.
Yurike mengacungkan jari kelingking nya, yang disambut Eman dengan mengaitkan jari kelingking nya juga. Lalu kedua nya berjalan mengikuti Aqmal dan Lisa sambil bergandengan tangan.
Sore luruh menyambut senja, ketika mereka meninggalkan sekolah SMA Citra Mahardika.
...****************...