Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Setelah menempuh perjalanan jauh yang cukup melelahkan. Akhirnya mereka pun tiba di negara yang di tuju.
Setelah keluar dari bandara, mereka langsung di bawa ke sebuah rumah milik Mr Thomas. Di dalam mobil, Seruni merasa takjub dengan pemandangan yang ada di depan matanya.
Apalagi saat melewati sebuah menara yang menjadi ciri khas negara tersebut. Seruni bersyukur dalam hati atas nikmat yang Allah berikan kepadanya.
Bermimpi pun tidak pernah dia akan menginjakkan kaki di negara ini. Namun kali ini, dia benar-benar sudah berada di negara ini.
"Alhamdulillah Ya Allah," batin Seruni.
Kosim dan Sari juga tidak kalah bahagia, karena ini adalah pengalaman pertama mereka keluar negeri. Sekalinya keluar negeri langsung pergi ke negara P.
Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah bergaya klasik. Rumah yang tidak terlalu besar, namun indah untuk di pandang.
"Untuk sementara bapak dan ibu serta Seruni akan tinggal di sini. Jika perlu apa-apa hubungi saya. Oh iya, bapak masih menyimpan nomor kontak saya, kan?" ujar Ferry.
"Ada, iya nanti kami akan hubungi Pak Ferry jika perlu apa-apa," kata Kosim.
Mereka pun di bawa masuk, karena di sini tidak ada pelayan, jadi mereka harus mengerjakan sendiri, seperti memasak dan sebagainya.
Pelayan hanya akan datang dua hari sekali untuk membersihkan rumah. Setelah selesai mereka akan kembali dan akan datang lagi saat ingin membersihkan rumah.
Ferry membawa mereka untuk melihat-lihat dan memperkenalkan seisi rumah tersebut. Seperti kamar yang akan mereka tempati, dapur dan peralatan memasak. Bahkan persediaan bahan makanan juga sudah di sediakan.
Ferry juga melarang mereka untuk membersihkan rumah seperti mengepel lantai dan sebagainya. Karena akan ada orang khusus yang membersihkan nya.
"Sudah mengerti Pak, Bu?" tanya Ferry.
"Iya kami mengerti," jawab keduanya serentak.
"Pak Ferry, apa di sini ada alat untuk melukis?" tanya Seruni.
"Tidak ada, kamu istirahat saja dulu. Jangan terlalu lelah, karena saat pameran nanti kamu akan ke capean," jawab Ferry. Seruni mengangguk mengerti.
Kemudian Ferry pun pamit, karena dia harus kembali ke rumahnya untuk menemui keluarganya.
Ya, Ferry dan keluarganya menetap di negara ini. Karena sering jalan-jalan keluar negeri, jadi ia jarang berkumpul dengan keluarganya.
Namun anak dan istrinya juga mengerti dengan kesibukannya, karena itu memang pekerjaannya.
"Bapak lapar?" tanya Seruni.
"Iya, tadi bapak lihat ada roti di dalam kulkas, kita makan itu saja dulu," jawab Kosim.
Sari pun mengolah roti tersebut dengan isian daging dan sayuran juga telur. Sari yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah orang, jadi dia mengerti mengolah roti menjadi makanan enak.
Beberapa menit kemudian semuanya sudah siap. Sari menyuapi Seruni karena dia cukup kesulitan untuk memakannya.
Setelah selesai makan, Seruni meminta izin untuk istirahat. Kebetulan dia sangat lelah setelah lama berada di dalam pesawat.
Sari pun mengantar Seruni ke kamar yang sudah di tunjukkan oleh Ferry tadi. Sari duduk di pinggir ranjang saat Seruni berbaring.
"Sayang, semoga ini awal kesuksesan mu untuk berkarir," ucap Sari dengan tulus.
"Aamiin Bu, setelah ini kita akan pergi umroh bersama ya Bu, kita sekeluarga akan pergi ke sana," ujar Seruni.
Air mata Sari langsung mengucur deras keluar dari pelupuk matanya. Perkataan Seruni membuatnya terharu sampai tidak bisa berkata apa-apa.
"Bu." Seruni bangkit saat mendengar ibunya sesegukan.
"Bu, apa Seruni salah bicara?" tanyanya. Sari hanya menggeleng lalu memeluk putrinya itu.
Walau pun tanpa ikatan darah, namun ikatan kasih sayang ternyata lebih kuat. Berkat didikannya dan suaminya, Seruni menjadi anak yang tangguh dalam segala hal.
Tapi mereka tidak tahu, apakah Seruni akan kuat menerima kenyataan, jika mereka bukanlah orang tua kandungnya?
Kosim dan Sari tidak sanggup untuk memberitahu kalau dirinya tidak di inginkan oleh orang tua kandungnya.
Seruni bisa menahan setiap hinaan dan cacian, namun belum tentu siap mendengar kenyataan yang pasti sangat menyakitkan.
"Ibu tidak apa-apa? Kenapa ibu menangis?" tanya Seruni.
"Ibu terharu Nak, ibu sangat terharu dengan ucapanmu. Kamu anak baik, teruslah berbuat baik," jawab Sari.
Seruni mengangguk, tanpa di minta pun dia akan tetap berbuat baik. Karena yang berbuat baik akan mendapatkan balasan yang baik pula.
"Istirahatlah, ibu mau menemui bapak mu dulu," kata Sari. Seruni mengangguk, ia kembali berbaring.
Sari menunggu sebentar hingga Seruni tertidur. Sari mencium kening dan pipi Seruni, kemudian Sari keluar dari kamar tanpa menutup pintu dengan rapat.
"Seruni sudah tidur?" tanya Kosim saat Sari menghampirinya di ruang tamu. Sari hanya mengangguk.
"Apa yang membuatmu menangis?" tanya Kosim saat melihat mata Sari sembab.
Sari menghela nafas lalu duduk di samping suaminya. Sari menceritakan apa yang di katakan Seruni tadi.
Kosim tersenyum, lalu berdoa agar keinginan Seruni akan terkabul. Sari pun mengaminkan nya.
"Pak, aku khawatir jika Seruni mengetahui kalau kita bukan orang tua kandungnya," kata Sari.
"Lambat-laun akan ketahuan juga Bu, hanya perlu menunggu waktu saja. Apalagi jika nanti Seruni akan menikah. Aku tidak bisa menjadi wali nikah Seruni, otomatis tetap ayah kandungnya yang menjadi wali nikah," ujar Kosim.
Kosim sudah lama mempersiapkan mentalnya, jika suatu hari Seruni meninggalkan mereka dan kembali ke orang tua kandungnya.
Walau bagaimanapun sayangnya mereka kepada Seruni, ikatan darah tidak bisa di pungkiri. Apalagi soal wali nikah yang tidak bisa di anggap main-main.
"Sudahlah Bu, kita hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya. Jadi ibu harus siap untuk kehilangannya," ujar Kosim.
Sari semakin menangis, sungguh dirinya tidak sanggup jika itu terjadi. Dari sejak lahir dia merawatnya, jadi kasih sayang semuanya tercurah kepada Seruni.
Di tambah lagi, mereka tidak memiliki anak. Maka akan sangat menyakitkan jika orang tua kandung Seruni mengambilnya kembali dari mereka.
"Sudahlah jangan menangis. Aku berharap Seruni tidak akan kembali kepada orang tuanya. Apalagi setelah mengetahui jika dirinya tidak di inginkan," ujar Kosim.
Sari tidak dapat menjawab, ia hanya mampu menangis memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi.
Kosim menghapus air mata Sari dan memintanya untuk tidak menangis. Kosim tidak mau jika Seruni curiga.
Keesokan harinya ...
Ferry datang untuk menjemput mereka untuk menghadiri acara pameran lukisan. Ferry datang bersama istri dan anaknya yang baru berusia 9 tahun.
"Sudah siap?" tanya Ferry.
"Sudah," jawab Kosim.
"Oh iya, kenalkan Ma, ini Pak Kosim dan Bu Sari dan ini Seruni yang aku ceritakan itu," kata Ferry memperkenalkan mereka.
"Kamu Seruni? Cantik sekali," ujar Mira istrinya Ferry.
Kemudian Mira pun memeluk Seruni. Baru setelah itu bersalaman dengan Kosim dan Sari. Karena tidak banyak waktu, mereka pun tidak bisa ngobrol terlalu lama.
02
11.10
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁