Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapat kekaisaran
"Hattcih!!! Hattcih!!!"
Ruby bersin tiba-tiba saat diatas kuda putihnya.
"Nona muda, Nona baik-baik saja? Apa Nona merasa tidak enak badan?" tanya Leona yang langsung khawatir mendengar Ruby bersin-bersin.
"Aku tidak apa-apa, Leona! Hanya tiba-tiba bersin saja, mungkin karena suasananya dingin dan lembab sehingga hidungku kemungkinan sensitif dengan udara dingin. Atau jangan-jangan ada yang sedang membicarakan aku dibelakangku sehingga bisa bersin tiba-tiba," jawab Ruby dengan dugaan absurb nya.
"Itu tidak mungkin, Nona! Tidak ada bukti jika kita membicarakan orang dan orang yang kita bicarakan bersin-bersin tanpa sebab. Kemungkinan besar Nona ada alergi dingin sehingga hidung Nona sensitif terhadap cuaca tersebut," bantah Leona yang memiliki keahlian Medis dengan tegas.
"Yah, mungkin saja kau benar!" sahut Ruby dengan tidak lagi mempermasalahkan hal itu.
Keana yang juga peka dengan Ruby, meminta bawahannya mendekati kudanya yang sengaja berjalan agak pelan. Ia mengambil jubah tebal yang sudah dipersiapkan Darya dari kotak tempat khusus jubah untuk sang Nona muda. Tanpa disuruh, Sera membantunya dari atas kuda dengan memegang tali kekang kuda karena posisi posisinya ada didepan Keana.
Bawahan Keana mundur teratur setelah gadis itu memberikan kembali kotak yang diambil lalu menaruhnya di punggung bersama kotak-kotak yang lain.
Keana sedikit kuat menarik tali kekang kudanya guna mengejar kuda Ruby yang jauh didepan bersama Leona.
"Nona, ini jubah anda! Setidaknya tubuh Nona sedikit hangat dan terlindungi dari udara dingin!" panggil Keana seraya mengulurkan tangannya yang memegang jubah hitam dengan sulaman bunga tulip putih khas simbol keluarga Caleste, yang terbuat dari kain sutra tebal yang halus dan lembut dengan penutup kepala yang dibuat dari kulit asli serigala.
"Terimakasih," ucap Ruby dengan tulus sambil tersenyum kecil didalam cadarnya.
Mata bulat Ruby yang mengecil pertanda gadis itu sedang tersenyum dibalik cadarnya membuat Keana dan Sera ikut tersenyum dibalik cadar masing-masing.
Ruby mengenakan jubah yang diberikan Keana dari atas kudanya dan menutupi kepalanya dengan atas jubah sehingga tubuhnya yang mungil tertutup semua kecuali matanya.
🌿🌿🌿
Aula Kekaisaran Venezia.
Kaisar Aldrick dan para pejabat istana serta beberapa pejabat wilayah sedang mengadakan rapat internal di aula kekaisaran. Duke Caleste ikut dalam rapat tersebut karena dirinya adalah petinggi di wilayah Dukedom Caleste yang ada di wilayah Selatan Kerajaan Venezia.
Kerajaan Venezia mempunyai lima batasan wilayah yang menaungi masing-masing tiga hingga empat desa didalam wilayah tersebut. Termasuk Dukedom Caleste yang berada di wilayah Selatan yang berbatasan langsung dengan desa Keno yang berada diwilayah Kerajaan tetangga,yaitu Kerajaan Winter.
Pembatas wilayah selatan Dukedom Caleste dengan desa Keno hanya berupa danau besar yang menjadi dermaga kecil tempat para pedagang yang keluar masuk Kerajaan Winter dan Venezia untuk berdagang.
Meskipun demikian, Kerajaan Winter tetap menjadi pesaing Kerajaan Venezia dalam hal perdagangan dan pelatihan para prajurit militer Kerajaan Venezia. Kedua Kerajaan ini sering kali mengadakan pertandingan persahabatan guna menguji kemampuan masing-masing prajurit mereka setiap tahunnya tanpa ada peperangan seperti Kerajaan Oxien yang selalu bersinggungan dengan Kerajaan disekelilingnya hanya karena iri dan dengki.
Kerajaan Oxien selalu mengganggu wilayah perbatasan Kerajaan tetangga sehingga memicu peperangan seperti yang terjadi saat ini di perbatasan yang di kunjungi Ruby saat ini.
Putra Mahkota dan para Pangeran juga ikut dalam rapat tersebut disamping para menteri-menteri.
"Ada kabar dari perbatasan jika musuh dari Kerajaan Oxien bertambah bukan dari prajurit mereka! Kita harus mencari jalan agar peperangan ini bisa kita menangkan dan merebut kembali wilayah kita yang mereka duduki saat ini!" ucap Kaisar Aldrick dengan suara tegas menatap tajam para menteri-menteri nya.
"Maaf Baginda, jika memang begitu kabarnya, berarti Kerajaan Oxien mendapatkan bantuan dalam peperangan kali ini?" tanya Perdana Menteri Blair pada sang Kaisar.
"Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Jadi, apa saran dan usul kalian semua atas masalah ini?" jawab Kaisar sambil bertanya kembali.
"Ampun, Baginda! Saya punya usul, bagaimana jika kita mengirim mata-mata untuk masuk ke sarang musuh guna mencari tahu pasukan dari mana yang membantu mereka?" ucap Menteri Pertahanan dengan ditatap semua orang.
"Saya setuju, Baginda!" sahut Menteri yang lainnya ikutan bersuara.
Terdengar beberapa sahutan setuju dari beberapa menteri atas usulan yang dikemukan Menteri Pertahanan.
"Bagaimana, Duke Caleste? Apa anda punya usul lain karena saat ini Jenderal muda kita dan Panglima kekaisaran kita saat ini juga berada disana?" tanya Kaisar menatap dalam Duke Caleste.
"Maaf, Baginda! Saya rasa itu bukan hal yang rumit untuk dilakukan, hanya saja yang menjadi permasalahannya, siapakah yang akan kita kirim untuk memata-matai musuh? Kedua Putra saya saat ini sedang menunggu kiriman bahan makanan dan obat-obatan yang saya kirim dari wilayah kami. Kabar yang saya terima, banyak prajurit yang terluka dan butuh menanganan cepat serta obat-obatan karena saat ini situasi disana begitu pelik untuk mereka," jawab Duke Caleste dengan pendapat nya.
Kaisar dan para Menteri terdiam mendengar jawaban Duke Caleste. Kaisar kembali menatap semua peserta rapat dengan tatapan yang rumit termasuk para pemimpin wilayah.
"Putra Mahkota, apa ananda punya usul?" tanya Kaisar menatap dalam sang Putra Mahkota.
"Ampun Baginda, bagaimana jika saya dan Putra Mahkota pergi keperbatasan dan menjadi mata-mata menyusup ke sarang musuh? Dengan adanya kami berdua, pastinya kami akan dengan mudah untuk keluar dari sana jika misi kami berhasil," usul Pangeran kelima Oscar De Alonso membuka suaranya.
"Pangeran kelima, ananda yakin ingin melakukan hal ini? Ini bukanlah hal yang mudah dengan memasuki sarang musuh," tanya Kaisar lagi pada Pangeran kelima.
"Tentu saja saya yakin, Baginda! Saya rasa dengan kemampuan yang kami berdua miliki, kami akan dengan mudah menyelesaikan misi dibandingkan mengirim prajurit biasa," jawab Pangeran kelima dengan sangat yakin.
Nada suaranya terdengar begitu sombong ditelinga Duke Caleste sehingga pria paruh baya itu menyunggingkan senyuman tipis yang sinis. Senyuman sinis yang tipis itu terlihat jelas oleh mata elang Putra Mahkota Alexis Zion Alonso dari kursinya yang tidak jauh dari tempat duduk Duke Caleste.
"Sepertinya Duke Caleste terlihat tidak menyukai Pangeran kelima, apa karena nada bicara nya yang terdengar sombong atau ada yang lainnya?" batin Putra Mahkota dengan heran.
Bersambung...