Lariessa gadis yang putus asa setelah kehilangan saudara kembarnya, ia tidak memiliki semangat lagi. namun kedua orang tuanya berusaha membuat ia bangkit lagi, memberinya semangat dan motivasi, tapi semua itu tidak berhasih. Tapi kedatangan Sahabat lama lah yang perlahan membuat hidupnya kembali berwarna, Ethan adalah sahabatnya dari dia kuliah dulu. Tanpa Lariessa sadari Ethan menaruh hati padanya.
Namun disisi lain Keluarganya sudah menyiapkan seseorang untuknya, seorang lelaki bernama Finn Harisson seorang asisten CEO, yang di tuntut untuk menikah, namun sang kekasih yang juga wanita karier selalu menunda-nunda dengan banyak alasan agar ia bisa menunda sebuah pernikahan. Apakah pernikahan Finn dan Lariessa akan berjalan dengan semestinya? dan bagaimana dengan Ethan yang menaruh hati pada lariessa dan Kekasih Finn, Victoria yang di tinggal menikah oleh Finn karena paksaan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16. Honeymoon pt.2
#Kafetaria Hotel
Siang itu Finn dan Lariessa memutuskan untuk santai di cafetaria hotel, mereka menikmati kopi dengan kudapan lainnya, Finn masih menatap Lariessa dengan sinis sementara Lariessa sendiri hanya menikmati kopinya. “Kenapa kakak menatapku seperti itu? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?” tanya Lariessa, Finn mengangkat alisnya “Kau selalu melakukan sesuatu yang aku tidak suka.” Ujar Finn sambil menyandarkan punggungnya di kursi.
“Benarkah? Tadi kenapa kakak datang menghampiriku? tidak suka?” Tanya Lariessa.
“Lariessa, aku tidak suka kau memperlakukan pria itu dengan ramah.” Kata Finn. Lariessa melipat tangannya di dada dengan tatapan heran. “Kakak, kita harus ramah pada orang, jika orang itu bertanya, ya... tentu saja kita harus menjawabnya.” Tuturnya.
“Aku melihat cara pria tadi menyapamu dan memperlakukanmu, kakak tau mereka memiliki niat jahat padamu.” Ujar Finn. Lariessa kembali meminum kopinya “Kakak tidak menyentuhmu, tapi dia menyentuhmu!” gumamnya kesal. Lariessa yang melihat Finn kesal hanya tersenyum, terlihat jelas jika dia memang cemburu.
“Ohh oke, Jadi sebelum orang lain menyentuhku, Finn Harisson lah yang harus menyentuhnya dulu, begitu?” Tanya Lariessa, Finn mengerjapkan matanya ia terdiam beberapa saat.
“Sudahlah!” gumam Finn lalu memakai kaca mata hitamnya.
“Kenapa?”
“Lariessa, kalau kita membicarakan tentang hal ini, sampai matahari terbit pun tidak akan selesai! dan satu hal lagi, bisa tidak jika kau mau pergi kemana pun jangan sendirian? Bisa?” Pinta Finn. Namun Lariessa memalingkan pandangannya tak menganggap Finn.
“Suamimu sedang bertanya padamu, bisa tidak?!”
“Iya bisa kak.” Jawab Lariessa malas.
“Good!” pungkasnya.
Setelah dari kafetaria Lariessa memutuskan untuk kembali ke kamarnya, ia menunggu di depan elevator untuk naik ke kamar hotelnya.ketika sedang menunggu lift terbuka, Tiba-tiba tak sengaja ada seorang lelaki yang juga datang dan menunggu Lift. Lelaki itu tersenyum ramah padanya, dan Lariessa membalas senyumannya dengan ramah.
“Halo,” Sapa lelaki itu.
“Hai” balas Lariessa.
“Apa kau menikmati tempat ini?”
“Ya, tempat ini memang sangat cantik.”
“Iya setuju, cantik sepertimu.” Puji lelaki itu. Lariessa terdiam beberapa saat lalu tersenyum pahit, “T-terima kasih.”
“ngomong-ngomong, Namaku Kevin.” Tuturnya sambil memajukan tangannya, “Namaku Lariessa.” Ujar Lariessa sambil menjabat tangan lelaki itu. “...Dan namaku Finn.” Ujar Finn yang tiba-tiba datang sambil mengambil alih tangan Lariessa. Lariessa terdiam melihat tangannya yang tiba-tiba di genggam.
“Aku suaminya, jika ada sesuatu silahkan sampaikan padaku.” Ujar Finn.
“O-oh... M-maaf.” Ujar kevin lalu pergi.
“Kenapa banyak lelaki yang genit disini?” gumam Finn.
“Itu bukan genit, itu hanya mengetes nilai pasar saja.” Ujar Lariessa. “Maksudmu?”
“Sudahlah kak, kakak tidak akan mengerti.” Ujarnya lalu masuk ke dalam Lift yang sudah terbuka disusul oleh Finn.
#kediaman keluarga Rowan
Siang itu Ethan pergi kerumah Keluarga Lariessa dan bertemu dengan kedua orang tua Lariessa, ia menyembunyikan rasa kecewanya di depan kedua orang tua Lariessa dan bersikap biasa saja, dan berpura-pura tidak tau.
“Lama tidak bertemu Ethan.” Sapa Pak Brams sambil mempersilahkan Ethan untuk duduk. “Iya paman. Em... Lariessa ada?” Tanyanya, Ibu Mariana yang saat itu tengah menyajikan minuman bertukar pandang dengan pak Brams. Ibu Mariana duduk di samping pak Brams dengan raut wajah tidak enak “Sebelumnya ibu minta maaf, Sebenarnya tadi malam ibu mau mengirimmu pesan, tapi sayangnya ibu tidak berani.” Ujar Ibu Mariana
“Lariessa sudah menikah. Kita mengadakan pernikahan kecil-kecilan saja, jadi tidak banyak orang yang datang. Lariessa tidak mau mengadakan acara pernikahan yang besar. Kami minta maaf karena tidak mengabarimu.” Ujar Pak Brams.
“Tidak apa-apa paman, semoga Lariessa bahagia. Mungkin lain waktu kami akan bertemu, dan dia mungkin akan mengenalkan aku pada suaminya.” Ujar Ethan lalu terkekeh pelan sambil memijat keningnya. “Sebenarnya aku hanya terkejut saja. Apa pernikahan ini permintaan ibu dan paman? Atau Memang Lariessa sendiri yang mau menikah dengan orang yang tidak dia kenal.” Tanya Ethan.
“Sebenarnya dia anak kenalan paman. Tidak apa-apalah, yang penting Lariessa juga setuju, dan Finn juga setuju dan tidak ada paksaan dalam pernikahan mereka.”ujar Pak Brams.
“Syukurlah jika tidak ada paksaan, lagi pula paman kenal dengan ayah Finn. Tapi apa paman kenal dengan Finn itu sendiri?” Tanya Ethan.
“T-tidak begitu kenal sebenarnya, tapi saat melihat dia, dia anak yang baik dan dari keluarga yang baik juga.”
“Melihat saja tidak cukup paman. Di zaman sekarang itu kita harus kenal orang luar dan dalamnya. Seperti paman dan ibu kenal denganku. Ya, tapi mau bagaimana? Lariessa sudah menjadi istri orang sekarang." Tutur Ethan.
“Kau tidak senang dengan pernikahan Lariessa dengan Finn?” Tanya Ibu mariana.
“Tidak bu bukan seperti itu, aku hanya takut jika Lariessa tidak bahagia.”
“Nak, Dia bahagia dengan pernikahannya.” Ujar Pak Brams sambil menepuk bahu Ethan.
“Aku turut bahagia atas pernikahannya, paman dan ibu jangan cepat percaya pada Finn.” Ujar Ethan yang mengundang pertanyaan.
“Kenapa?” Tanya Pak Brams. “kau kenal dia?” Lanjut pak Brams
“Tidak, Aku tidak mengenalnya... Tapi zaman sekarangkan teknologi sudah canggih dan terbuka, kita bahkan bisa tau lewat media sosialnya saja. Kita bisa tau mereka dimana, dengan siapa, memiliki hubungan dengan siapa. Jadi itulah, kenapa aku khawatir dengan pernikahan Lariessa. Aku kesini mau bicara itu saja. Hanya bisa mendoakan, semoga Lariessa bahagia.
“Terima kasih, nak.” Ujar ibu mariana.
#Hotel
Malam itu hujan turun cukup deras disertai kilatan petir, Finn nampak begitu kelelahan setelah seharian jalan-jalan dan akhirnya ia bisa beristirahat dan tertidur lelap begitu ia sampai, dan tak lama kemudian Lariessa masuk setelah membersihkan wajahnya terlebih dahulu sebelum ia tidur. Lariessa mulai berbaring disamping Finn yang sudah tidur, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Good night, kak.” Bisiknya. “Ya tuhan tolong bukakan hatinya untukku.” Batin Lariessa sambil tersenyum.
perlahan ia mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Finn dengan lembut, lalu tidur dengan menghadap Finn yang tertidur dengan damai.
Di kemudian pagi Lariessa dan Finn kembali menelusuri pantai untuk melihat matahari terbit. Mereka berdua berjalan berdampingan. “Cantik sekali tempat ini.” Puji Finn, Lariessa tersenyum melihat Finn yang begitu menikmati pemandangannya.
“Ini pertama kalinya aku datang kesini.”Lanjutnya.
“Aku juga.” Sahut Lariessa “Ini pertama kali aku datang kesini dengan kakak. Sebelumnya aku sering aku datang kesini bersama seseorang.” Lanjut Lariessa. Seketika Finn menoleh dan menatap Lariessa. “What?” ujar Finn. Finn menghentikan Langkah Lariessa dan berdiri di hadapannya. “Tapi aku berterima kasih, karena membawaku kemari setelah sekian lama.” Kata Lariessa sambil tersenyum
“Untuk apa kau berterima kasih?”
“Untuk menjadikan aku sebagai istri kakak. Untuk memperlakukanku dengan baik. Dan...” Lariessa menggapai tangan Finn dan menggengamnya. “...Untuk membawaku kesini bersama kakak.”
Finn langsung membuang muka karena malu, sudut bibirnya naik tanpa ia sadari, melihat begitu manis dan cantiknya wajah Lariessa setiap kali menggodanya. Lariessa mengayunkan tangan Finn dengan manja. “Kenapa lagi?” tanya Finn. Lariessa membuka tangannya lebar-lebar. “Boleh aku meminta pelukan?” tanya Lariessa, Finn memutar bola matanya Lalu membuka tangannya, Lariessa langsung berhambur ke pelukan Finn menyandarkan kepalanya pada dada Finn yang bidang, Lariessa memejamkan matanya merasakan kehangatan, namun perlahan air matanya menetes begitu saja.
Saat malam tiba, mereka menyempatkan diri untuk bermain Jengga, Siapa yang meruntuhkan balok balok itu, maka akan mendapatkan hukuman untuk mengabulkan semua permintaan yang menang.
“Yang kalah akan mengabulkan tiga permintaan ya...” tawarnya.
Finn memutar bola mata malas “itu terlalu banyak Riss...”
“Tidak kak, bahkan jin dalam film aladin pun bisa mengabulkan beberapa permintaan.” ujarnya
“Tapi aku bukan jin Lariessa...”
“Tentu saja bukan. kakak bukan sebuah permintaan melainkan harapan. kakak adalah harapanku.” Ujarnya sambil tersenyum manis.
Finn memutar bola matanya malas “Ck! Riss jangan mengodaku.”
“Maaf. Ayo kita mulai.”
Lariessa memulai permainan. satu persatu balok mulai keluar silih berganti. Bagian bawah jengga sudah mulai bergoyang karena jumlah balok yang mulai berkurang, Lariessa berfikir keras bagian mana yang ia harus ambil. “Cepat Lariessa,” ujar Finn. Lariessa tidak menggubris. “Cepat Lariessa!” ujarnya lagi.
“Ck! Tunggu sebentar aku sedang berfikir!” protesnya.
“Yang itu saja.” Tunjuk Finn pada balok paling bawah yang tersisa dua.
“Tidak mau! Jangan menjebakku!” ujar Lariessa.
Finn memijat keningnya. “Sudahlah, tidak ada jalan lain lagi, kau harus mengambil balok yang itu!” ujar Finn.
“Tidak, aku akan mengambil jalan ke hati kakak saja.” Guraunya.
Finn tertawa sinis “Hahah! Sangat lucu.”
“Tunggu sebentar aku sedang menunggu cahaya.” Ujar Lariessa. “Cahaya? Cahaya apa?” Tanya Finn bingung.
“Cahaya yang menerangi jalan ke hati kaka.” Goda Lariessa. Finn menatap Lariessa dengan nanar. “Oke... oke... aku akan menurut pada suamiku tercinta.”
“Cepat cabut balok itu!” tutur Finn yang sudah kesal.
Perlahan Lariessa mencabut balok itu dan berhasil mecabutnya tanpa menggoyangkan tumpukan balok di atasnya. Lariessa membekap mulutnya menahan untuk tidak berteriak. “Terima kasih kak, kakak yang terbaik.” Ujarnya sambil menunjukan Love sign dengan jarinya. Finn menelan salivanya dengan susah payah, perasaannya sudah tidak enak.
“Oke, giliran kakak.” Ujar Lariessa. Finn bersiap untuk mencabut balok pilihannya, namun saat balok itu ditarik tumpukan balok itu ambruk, dan seketika Lariessa mengangkat kedua tangannya tanpa berteriak.
“Yes! I am Winn....” ujar Lariessa.
“Kau menang karena kau curang Riss...”
“Curang? Aku? Maaf kak tapi kata Cu-ra-ng itu tidak ada dalam kamus hidupku.” Ujar Lariessa sambil melipat tangannya di dada.
“Oke, Fine. Aku hanya akan mengabulkan 1 permintaan saja.”
“Hah? Kenapa satu bukankah tiga permintaan?” Rajuk Lariessa. Finn membuka matanya Lebar-lebar. “Mau atau tidak?”
“Oke..oke... baiklah 1 saja.” Tuturnya dengan raut wajah yang kecewa.
“Apa permintaanmu?” ujar Finn yang duduk di sofa sambil melipat tangannya di dada. “I want to kiss you.” Ujar Lariessa yang menatap Finn dengan penuh harapan. Finn terdiam sesaat, lalu ia menggelengkan kepalanya cepat. “T-tidak, kakak tidak mau.” Tolaknya.
Kedua mata Lariessa mulai berkaca-kaca sambil menatap Finn, ia memasang puppy eyes nya agar keinginannya di kabulkan.
Melihat raut wajah Lariessa yang memelas, Finn pun akhirnya mengabulkannya. “Oke...oke!” ujar Finn terpaksa, Senyuman Lariessa kembali merekah di bibir ranumnya.
“Tutup mata kakak.” Pinta Lariessa yang bersimpuh di hadapan Finn.
“L-lariessa, aku tidak suka ini. Jangan yang aneh aneh.” Gelagap Finn.
“Baiklah jika kakak tidak mau menutup mata. Its oke.” Lariessa bangkit dari duduknya, membuka kaki Finn yang saat itu duduk di hadapannya. Ia memiringkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Finn. Dan beberapa saat kemudian Lariessa pun melepaskan bibirnya lalu menatap Finn dengan senyumannya. “Terima kasih sudah mengabulkan permintaanku.” Bisiknya, Lariessa pun beranjak dan membereskan Jengga yang berantakan di meja, sementara Finn masih terdiam. Wajahnya memerah karena malu, dan dia pun pergi ke balkon untuk menanangkan perasaannya yang tak karuan.
To Be Countinue...