Reina, seorang siswi yang meninggal karena menjadi korban buly dari teman temannya.
Di ujung nafasnya dia berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberikan dia kesempatan kedua, agar dia bisa membalas dendam pada orang orang yang telah berbuat jahat padanya.
Siapa sangka ternyata keinginan itu terkabul,
dan pembalasan pun di mulai.
Tetapi ternyata, membalas dendam tidak membuatnya merasa puas.
Tidak membuat hatinya merasa damai.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya?
Ikuti kisahnya dalam
PEMBALASAN DI KEHIDUPAN KEDUA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Mulut Reina menganga, sambil memegang dadanya. Apa yang baru saja dialaminya itu, sungguh menakjubkan.
“Hei… ayo turun…!” Baim menepuk-nepuk pipi Reina yang masih saja betah melongo.
“Ah… iya…!” Reina tersentak kaget. Buru-buru dia turun dari motor.
“Ayo sini, ikut aku…!” Baim langsung menggandeng tangan Reina dan membawanya ke satu ruangan yang ada di dalam mobil boks tersebut.
Reina semakin tercengang. "Ini bukanlah mobil, tapi ini lebih tepat jika dikatakan sebagai rumah berjalan," gumam Reina dengan takjubnya.
“Ini, minumlah! Kau pasti haus kan…?” Tiba-tiba saja Baim sudah kembali ke hadapannya, dengan dua buah minuman kaleng di tangan. Reina menerimanya, dengan masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dia bahkan tidak menyadari bahwa Baim sudah menarik tangannya dan membawanya duduk di sofa yang ada di sana.
“Sekarang bisa kau ceritakan apa yang sudah terjadi denganmu…?” Baim seperti sedang menagih janji.
Glek…
Reina meneguk ludahnya kasar. Pertanyaan Baim adalah sesuatu yang sebenarnya sangat tak ingin dia dengar. Dia enggan mengingat begitu buruknya kehidupan sebelumnya.
“Im, itu, aku lupa kalau aku harus segera pulang untuk membantu pekerjaan Ibuku di rumah…!” Reina berusaha menghindar agar dia tak perlu menceritakan masa lalu kehidupannya kepada Baim.
“Jangan khawatir, tadi aku sudah mengirim pesan pada Ibumu kalau kau akan pulang terlambat karena ada tugas ekstrakurikuler…!” Tenggorokan Reina lagi-lagi tercekat mendengar ucapan Baim; ternyata Baim sudah melakukannya, dan itu artinya dia tak bisa lagi menghindarinya.
Ya, Baim memang sudah menghubungi Ibu Reina tadi lewat pesan singkat yang dititipkan kepada tetangga Ibu Reina yang tinggal di samping rumah. Karena memang Ibu Reina sendiri tidak memiliki dan tidak bisa menggunakan ponsel.
Baim mengetahui nomor tetangga Reina tersebut karena sebelumnya Reina pernah meminjam ponsel Baim untuk mengirim pesan pada tetangganya ketika akan pulang terlambat, dan Baim masih menyimpan nomor itu di ponselnya.
Reina menghela napas lemah. Ada rasa ragu untuk berbicara, ada rasa khawatir dia akan ditertawakan.
“Apa kau percaya dengan adanya kehidupan kedua…?” Tetapi akhirnya dia memang harus bercerita, kan?
“Maksudmu…?” Baim masih mencoba mengerti ke arah mana pembicaraan Reina.
“Apa kau akan percaya jika aku katakan bahwa aku sudah pernah mati, lalu hidup kembali…?” Reina menatap datar ke arah Baim.
Baim diam. Dia masih mencoba mencerna apa yang baru saja terucap dari bibir Reina. Matanya bertatapan dengan Reina yang masih menunggu jawaban darinya.
“Apa maksud Reina? Apa mungkin dia juga,,,? Tapi mana mungkin? Bagaimana aku bisa tidak tahu?" batin Baim bergejolak.
"Aku akan percaya jika kau yang berbicara…!” Ucapnya kemudian.
Reina menghela napas berat. Dia tahu yang akan diceritakan ini adalah hal yang bagi sebagian orang mungkin tak masuk akal.
“Aku tahu, walau kau tak percaya sekalipun, kau akan tetap bilang percaya!” Ucap Reina. Entah dia sedih atau senang, tak ada perbedaan dari rautnya.
“Apa kau baru saja mengatakan bahwa kau meragukanku…?!” Tanya Baim. Suaranya berubah kembali menjadi dingin. Ada nada kecewa dari suara itu, dan Reina mengetahuinya.
“Tidak, aku tahu kau yang paling baik dan selalu mempercayaiku selama ini. Aku sangat berterima kasih untuk itu…!” Reina mengambil napas dalam-dalam.
Baim hanya diam, tapi sorot matanya menandakan dia sedang menunggu Reina bercerita.
“Hari itu, hari di mana aku mulai berubah, di hari itulah aku dihidupkan kembali dari kematian,” ucap Reina setelah keduanya hening beberapa saat.
Ingatan Baim menerawang ke masa beberapa bulan yang lalu, saat Reina berubah drastis. “Hari itu kau sangat cantik sekali!” Ucap Baim. Reina mendongak mendengar itu.
“Maksudku, biasanya kau juga cantik, tapi hari itu kau berbeda, kau lebih cantik dan lebih hidup!” Puji Baim jujur.
"Bukan sekadar cangkang kosong yang hanya bisa bergerak jika mendapat komando dari Sena!" Baim hanya bisa melanjutkan dalam hati.
Blush…
Ingin rasanya Reina mengupas saja kulit wajahnya agar dia tidak memperlihatkan rona merah di depan Baim.
“Omonganmu tidak nyambung…!” Reina mengalihkan pandangannya karena tidak tahu harus menanggapi apa ucapan Baim itu.
“Baiklah, lanjutkan. Aku akan mendengarkannya dengan serius.” Ucap Baim kemudian.
“Sehari sebelum itu, Starla dan teman-temannya merundungku." Reina memulai cerita tentang dia dan Starla, dan Baim mendengar tanpa menyela.
"Entah apa yang membuat mereka merasa iri kepadaku. Sejak awal masuk sekolah itu, Aku tidak boleh mengurai rambut, tidak boleh melepas kacamata, bahkan Starla selalu melaburkan serbuk hitam di wajahku."
"Starla selalu mengatakan bahwa aku tidak boleh mendekati Sena!, karena aku sama sekali tak pantas berada di dekat Sena. Aku yang bodoh, aku malah merasa Sena adalah pelindungku. Karena dengan aku dekat dengan Sena, Starla tidak akan berani menyentuhku." Reina memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.
Setelah itu mengalir lah segala cerita apa yang pernah dialaminya di sekolah akibat perundungan dari Starla dan teman-temannya, hingga akhirnya di hari terakhir perundungan dan bahkan sampai mengakibatkan Reina menemui ajalnya.
Reina juga menceritakan di mana dia merasa tidak terima dalam hatinya, tidak bisa menerima kematiannya, dia menyimpan dendam terhadap Starla, dan dia memohon kesempatan kedua untuk hidup kembali agar dia bisa membalaskan dendamnya.
Air mata mengalir dari kedua pelupuk Reina; dadanya terasa sesak mengingat segala sesuatu yang pernah terjadi dalam hidupnya.
"Jadi benar? Dia juga jiwa yang hidup kembali?" Baim menghembuskan napasnya yang terasa berat, ada yang terasa ikut sesak di dalam dadanya. Dia kemudian meraih kedua tangan Reina dan menggenggamnya.
“Jangan khawatir, ada aku di sini. Percayalah, aku selalu mendukungmu. Dan aku akan membantumu untuk membalaskan dendammu…!” Ucapnya tanpa ragu.
Reina mengangkat kepalanya dan menatap lekat ke arah Baim. Benarkah apa yang didengarnya barusan? Benarkah Baim membenarkan tindakannya? Benarkah Baim mendukungnya dan tidak menyalahkannya?
“Percayalah padaku!” Ucap Baim sambil tersenyum. Dia tahu mungkin Reina tak percaya padanya sepenuhnya. Tidak masalah. Yang penting kini dia bisa melindungi Reina.
Mungkin ini definisi dari orang bucin, dia tahu apa yang dilakukan Reina salah, dia tahu membalas dendam bukanlah hal yang baik, dia tahu jika dia melakukan balas dendam, sama saja bahwa Reina juga sama jahatnya dengan Starla. Akan tetapi dia tidak peduli; apa pun itu, jika itu adalah Reina, maka dia akan mendukungnya, dan apa pun tentang Reina itu adalah benar.
“Aku dulu bodoh ya, Im?” Reina terkekeh mentertawakan dirinya sendiri. “Aku tidak sadar jika aku hanya dimanfaatkan. Aku pikir Sena juga menyukaiku. Semua berakhir saat aku dengan bodoh menyatakan perasaan pada cowok bajingan itu. Semua penderitaanku berawal dari sana!”
“Setelah Sena menghinaku habis-habisan, seakan semua orang merasa pantas untuk menindasku!” Reina mengambil napas dalam, seraya menghapus setitik bening yang meluncur dari sudut matanya.
“Tapi sekarang hal seperti itu tidak akan terjadi lagi. Sekarang saatnya menunjukkan pada mereka, akupun bisa menindas mereka!”
baru komen setelah di bab ini✌️✌️. maaf ya kak Author
ini setting murid SMA kan? kalau di sebelah kuliah, apakah kaka author berkolaborasi dalam membuat cerita?
bagaimana ya kira² klo tahu reina ternyata justru anak kandungnya 🤔🫣