Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Beginning (Permulaan)
Kama melajukan mobilnya dengan cepat dari area halaman, seperti terburu-buru keluar dari rumah mewah bergaya belanda kuno yang klasik tersebut.
Setelah memberikan senyum sopannya kepada penjaga gerbang, dia memutar setir mobilnya ke kanan. Semakin cepat tatkala melihat jalanan perumahan cluster itu lenggang.
Setelah berkendara di jalan lurus selama dua menit, barulah Kama tiba di pos jaga. Dia membuka kaca mobilnya dan menyapa penunggu pos jaga perumahan.
"Oh pak Kama?Siap Pak?" Sapa Pak Zaini yang langsung buru-buru membuka portal penutup agar mobil Kama bisa lewat.
"Buru-buru Pak Jen, duluan!" Kama hanya sekilas menyapanya dan langsung tancap gas begitu portal telah membuka dengan sempurna.
Kama gelisah, matanya nyalang mencari tempat sepi untuknya berhenti. Tepat setelah minimarket di jalan utama, ada deretan ruko yang sedang dalam proses pembangunan, gelap dan sepi.
Kama segera menepikan mobilnya, turun dengan tergesa dan untuk kemudian memuntahkan seluruh isi perutnya.
Keringat dingin membanjiri wajahnya yang pucat pasi. Namun rupanya, perut Kama tidak mau berkerja sama, dia kembali memuntahkan cairan kuning pahit yang berasal dari lambungnya.
Brengsek
Kama meninju pintu mobilnya setelah berhasil menguasai diri dari muntahnya. Napasnya pendek-pendek tak beraturan.
Dengan tangan yang gemetar, dia meraih handle pintu mobilnya, membukanya dengan kasar dan kemudian masuk kembali.
Hembusan angin sejuk dari ac mobil membuatnya sedikit lebih baik. Dia menyandarkan dirinya dan menutup mata.
Selalu saja seperti ini setiap kali dia bertemu dengan laki-laki itu, laki-laki yang dia sebut papi.
Pantas saja pelayan baru itu terlihat familiar, ternyata itu adalah wanita yang tempo hari di lihatnya bersama papinya di club. Di bawah remang-remang lampu, sedang berciuman penuh nafsu dengan papi.
Kata-kata Pak Har kembali menyeruak ke dalam pikiran Kama.
"Asri mau merubah nasib keluarga"
Kama tertawa sumbang. Tentu saja, dia pasti sudah sangat mengubah nasib keluarganya saat ini. Papinya orang to lol yang dermawan terhadap siapapun yang jadi selingkuhannya. Uang, emas, bahkan mungkin apartemen sudah dia berikan kepada pelayan baru itu.
Saat Asri kembali sembari membawa troli makan malam tadi, dia melihat celemek yang di gunakannya miring dan terlihat kusut, serta lipstik merahnya yang berantakan.
Mereka bahkan melakukan itu di rumah
Kama meninju setir mobilnya dengan penuh emosi. Luapan kemarahan ini butuh di lampiaskan, tapi kondisi tubuhnya sedang tidak memungkinkan. Serangan panik yang baru saja di alaminya, menyedot hampir lima puluh persen tenaganya.
Brengsek, brengsek, brengsek
Kama terus saja meninju setir mobilnya dengan membabi buta. Meninggalkan jejak kemerahan darah dari punggung tangannya.
Tak pernah mengira kehidupan sempurnanya bisa jadi sehancur ini.
Kama adalah putra tunggal sekaligus cucu tunggal dari pemilik De Overwinnaar grup, perusahaan properti yang menguasai hampir sebagian besar properti di kota besar ini. Mulai dari perumahan tipe terendah sampai bertipe cluster. Mulai dari deretan ruko biasa, sampai pusat perbelanjaan, bahkan merambah ke bidang perhotelan.
Hidupnya sempurna sejak dia dilahirkan, dengan sendok emas di mulutnya, apa yang tidak bisa dia dapatkan.
Kakek nenek yang memujanya, orang tua yang menyayangi dan selalu mendukungnya turut memuluskan setiap langkahnya.
Kama adalah gambaran dari kecerdasan, ketampanan serta kemakmuran. Paket lengkap sekali bukan?
Setidaknya sampai usianya mencapai lima belas tahun. Kama yang mulai beranjak remaja dan telah duduk di bangku SMA itu pun terlihat semakin menonjol.
Ketampanan serta status sosialnya tentu saja menjadi magnet bagi orang-orang di sekitarnya. Setiap hari Kama akan mengajak teman-temannya hang out. Makan di restoran mewah atau hanya sekedar nongkrong di cafe.
Kala itu adalah jum'at ketiga di bulan maret. Seperti weekend biasanya, Kama akan pergi nongkrong sepulang sekolah dengan beberapa temannya.
Dia dan temannya akan pergi ke sebuah mall di kawasan elit, makan-makan di salah satu restorannya dan kemudian pergi nonton lalu di akhiri dengan nongkrong di cafe langganannya.
"Bosen Kam kesitu terus" Celetuk Ferdi, salah satu dari rombongan yang selalu mengikuti Kama kemanapun.
"Iya nih, apa gitu yang lain, lo kan tajir, masa tempat nongkrongnya itu-itu terus lah" Saut Andri menambahi.
Di dorong oleh layangan protes dari teman-temannya, Kama remaja kemudian memiliki ide agar mereka semua menginap di hotel milik keluarganya. Mereka akan menghabiskan akhir pekan dengan menginap disana dan bermain sepuasnya.
Setelah meminta izin mami, Kama pun berangkat bersama keempat teman dekatnya.
"Wah gila!" Decak Andri kagum saat mereka baru saja tiba di hotel Lumina. "Ngapain ke sini Kam?" Tanyanya heran.
Begitupun ketiga teman Kama yang lain. Mereka terlolong demi memandangi bangunan megah bergaya klasik di hadapan mereka.
"Kita nginep di sini, besok pagi kita bisa renang, atau main di playground juga bisa" Jawab Kama.
"Eh ntar dulu" Cegah Adam. "Ini hotel permalamnya bisa satu juta bos, itu pun yang kamar biasa. Nggak cukup duit saku gue" Selorohnya kemudian sambil mengedikkan alis ke arah Kama.
Kama yang paham betul ke empat temannya ini memang selalu minta di traktir hanya tersenyum. "Tenang aja, it's on me (gue yang traktir)" Balas Kama santai lalu mengajak mereka semua masuk.
Setelah menyelesaikan urusan administrasi yang tentu saja telah lebih dulu di atur maminya, Kama mengajak teman-temannya menginap di kamar president suit yang ada di lantai dua puluh.
"Wah gila sih ini, president suit coy!" Niko merebut key card yang di bawa oleh Kama dan memandanginya dengan takjub.
"Gue tau lo emang tajir, tapi nggak gue sangka setajir ini" Kali ini giliran Ferdi angkat suara, dia meraih pundak Kama dan merapatkan diri. "Pokoknya apapun yang terjadi lo best friend gue" Lanjutnya lagi. Sementara Adam dan Andri terlihat saling berebut key card untuk kemudian memotretnya dan mengunggahnya di laman facebook mereka.
Mereka berlima menunggu di depan lift. Kama melirik lift indicator yang ada di sebelah kanan, sedang bergerak turun dari lantai dua puluh juga. Menandakan orang yang sedang naik lift mungkin juga berada di kamar president suit, sama seperti dirinya nanti.
"Eh Kam jadi nggak nih lo ngedate sama si Mita?" Adam yang sudah selesai dengan facebook-nya itu bertanya kepada Kama. "Buset sih dia, gpl (slang: ga pake lama) banget. Gue barusan update kalau lagi sama lo, dia langsung sms gue nih" Menunjukkan layar ponsel nokia keluaran terbarunya.
"Gue nggak ada niat pacaran" Balas Kama ogah-ogahan. Pembicaraan mereka berlima selalu saja berujung ke arah cewek. Dan Kama tidak suka itu. Dia lebih suka pembicaraan yang berbau olahraga atau otomotif.
"Ah elah lempeng banget idup lo" Kali ini Andri ikut menimpali. "Kalau gue jadi lo nih ya, udah gue ratain deh tuh cewek satu sekolah, rugi banget muka lo"
"Iya nih, perasaan tiap cewek yang minta kenalan sama gue ujung-ujungnya pasti ke arah lo, gedek banget gue cuma jadi jembatan doang" Ujar Niko sembari mengembalikan key card kamar hotel mereka pada Kama.
"Kalau muka lo nggak mendukung, minimal dompet lu kudu setebel dompet Kama lah" Ferdi juga ikut nimbrung dan kemudian menoyor kepala Niko. "Dompet kagak gablek segala mau punya pacar. Yoi nggak Kam?" Ejeknya kemudian tergelak.
"Kenapa sih lo anti banget sama pacaran?" Tanya Adam penasaran, heran dengan keteguhan hati Kama yang sekokoh gunungnya sun go khong. Sekalipun tidak tertarik dengan yang namanya cewek.
"Gue udah punya role model kalau urusan cinta-cintaan" Balas Kama santai. "Jadinya gue mau kayak tuh orang" Lanjutnya sembari melirik lagi ke arah lift indicator. Sebentar lagi lift mereka akan tiba.
"Buset omongan lo role model" Niko tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Kama.
"Emangnya lo ngerti role model, main ngakak aja" Ferdi lagi-lagi menoyor kepala Niko.
"Tau lah" Niko yang tidak terima balas akan menoyor kepala Ferdi, namun berhasil di hindari. "Kama pengen jadi model kan?" Niko melayangkan tendangan ke bokong Ferdi sebagai gantinya.
Semua tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Niko.
"Udah muka pas-pasan, dompet kagak gablek, otak kosong lagi" Andri ikut-ikutan menimpali.
Kama hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya. Dia kembali melirik lift indicator, masih saja lift itu naik turun. Tidak biasanya harus selama ini.
"Siapa nih role model lo?" Tanya Andri kemudian.
"Ada deh" Balas Kama santai.
"Ah nggak asik lo, selalu aja sok misterius" Adam ikut menimpali.
Kama bukan bermaksud untuk menjadi misterius seperti kata teman-temannya. Hanya saja Kakeknya selalu berpesan agar tidak terlalu mengumbar tentang keluarga mereka kepada banyak orang. Hal itu justru bisa menjadi boomerang suatu saat nanti.
Ceritakan hanya sebatas yang perlu di ceritakan, lainnya simpan untukmu sendiri.
Dua orang lelaki di keluarganya semua melakukan itu, Kakek dan Papinya.
Mereka selalu terlihat misterius di mata Kama, mereka seperti dua orang berbeda saat di rumah dan juga saat sedang berkerja.
Kakek yang hangat dan suka memanjakannya, dan sangat family man akan sangat berbeda dengan saat dia mengunjunginya di kantor. Kakeknya akan terlihat menjaga jarak dan tegas meskipun itu dengannya.
Begitu pun Papi, saat di rumah dia akan perhatian kepadanya juga kepada maminya, bertanya ini dan itu tentang sekolah atau kegiatan harian lainnya, tapi saat sedang berkerja, mereka seolah-olah orang asing.
Dan begitulah role model yang Kama anut. Kakek dan Papinya. Tipe penyayang hanya kepada yang spesial di hidupnya.
Ting!
Suara bunyi pintu lift yang terbuka membuyarkan lamunan Kama, Kama dan teman-temannya sedikit menyingkir ke samping agar nantinya orang yang berada di dalam lift bisa keluar terlebih dulu.
"Anjir!" Pekik Adam tiba-tiba.
Kama yang berada di barisan paling belakang dari temannya itu terkejut dan mencoba melihat ada kejadian apa.
Namun apa yang di lihatnya sungguh di luar bayangannya, jauh jauh jauh sekali. Bahkan mungkin ada di galaksi lain.
Seorang laki-laki bersetelan jas lengkap berwarna abu-abu sedang memeluk mesra seorang perempuan yang cukup cantik dan masih muda.
Mata mereka saling mengunci, tapi ekspresi di wajah keduanya terlihat kontras. Kama yang syok dengan wajah pucat pasi hanya bisa melolong diam. Sedangkan Papi sepertinya sama sekali tidak terkejut.
Wajahnya bahkan masih sanggup di hiasi senyuman sambil melewatinya begitu saja.
"Kam! Ye malah bengong, ayo buruan!" Suara teriakan Adam lagi-lagi membuyarkan pikirannya.
Membuat perasaan berkecamuk aneh di dalam dirinya berubah menjadi perih di iringi percikan emosi yang perlahan-lahan merangkak naik dari hatinya dan kini sedang menguasai kepalanya.
Ingin rasanya dia berbalik dan mengejar papinya, sosok laki-laki yang sedang melingkarkan tangannya di pinggang ramping seorang gadis muda.
Untuk kemudian menyerangnya dengan pertanyaan membabi buta yang penuh dengan tuduhan-tuduhan kekecewaan juga kemarahan, namun masih berharap papinya punya jawaban logis yang bisa menenangkan kembali singa kelaparan di dalam dirinya yang kini sedang ngaum hebat menuntut sepotong daging.
Namun seolah takdir masih belum memperbolehkan dia lepas kendali, tangan Ferdi yang tidak sabaran sudah lebih dulu menariknya masuk ke dalam lift. Hanya menyisakan punggung Papinya yang semakin menjauh di sana.
"Anjir anjir!" Adam kembali memekik sambil meninju udara kosong di depannya. "Lo semua pada lihat kan?" Tanyanya lagi antusias.
"Bangsat!" Kali ini suara Ferdi pun terdengar tak kalah antusias. "Gila baru kali ini gue lihat adegan plus plus langsung di depan gue. Nyata coy tanpa sensor"
"Yoi coy!" Andri pun rasanya tak ingin kalah antusias dalam obrolan ini. "Gila cipokannya.... Beeuh bisa sampe muter-muter begitu ya" Dia menggelengkan kepalanya.
"Ternyata emang bener ya hotel itu pasti isinya yang begitu-begituan" Niko pun turut ambil bagian dalam euforia tersebut. "Gue yakin seratus eh nggak deng seribu persen kalau tu om-om sama tante-tante itu bukan pasangan laki bini" Dia menjentikkan jarinya mantap.
"Sotoy amat lu" Kali ini Adam menyangsikannya.
"Yee di bilangin nggak percaya, kalau mereka laki bini, ngapain harus ke hotel, di rumah aja enak, kagak perlu bayar alias gratis" Adam kembali menguatkan opininya. "Ya nggak Kam? Bener nggak omongan gue?" Tanyanya pada Kama, di ikuti ke enam pasang mata lainnya yang kini menatapnya lekat-lekat.
"Nih anak polos jangan di nodain sama pertanyaan begono, liat noh mukanya, pucet banget kayak abis ngegepin bokapnya yang lagi main serong" Ledek Niko asal bunyi.
Tapi yang tidak mereka berempat tahu, bahwa yang di katakan Niko adalah fakta yang sebenarnya. Orang yang tadi mereka lihat sedang berciuman mesra di dalam lift adalah Papi Kama.
"Wah omongan lu ngasal aja" Ferdi menoyor kepala Niko. "Nggak mungkin lah bokap Kama begitu, emangnya bokap lo yang doyan gonta ganti mama baru"
Namun bukannya tersinggung dengan ucapan Ferdi, Niko malah cengar cengir mendengar ejekan Ferdi. Sudah bukan rahasia lagi di antara mereka kalau ayah dari Niko sering kawin cerai, terhitung mungkin sudah lebih dari empat kali.
"Canda Kam" Niko menyenggol bahu Kama. "Abis muka lo pucet begitu, sama persis kayak waktu pertama gue ngegepin bokap gue waktu punya selingkuhan" Lanjutnya dengan cengengesan.
"Mana mungkin bokap gue sama kayak bokap lo yang gila cewek!" Kama yang kesal melampiaskannya pada ke empat temannya. Wajahnya semakin memerah memendam amarah.
Mereka semua syok dan terdiam karena melihat Kama marah untuk pertama kalinya. Dan memutuskan untuk menghentikan pembicaraan ini.
"Lu sih pake nyenggol-nyenggol bokapnya Kama" Bisik Andri marah kepada Niko.
"Ya kan gue cuma bercanda" Niko membela diri.
"Sstt" Ferdi mengingatkan temannya agar berhenti, demi melihat wajah Kama yang semakin kusut tak karuan.
Tin tin...
Suara klakson mobil yang lewat membuat Kama tersadar dari bayangan masa lalunya. Dia memusatkan pikirannya, menelisik sekelilingnya. Lalu menghela napas panjang.
Masih berada di tempat yang sama. Dan hal itu membuat Kama lega. Sejak kejadian yang mengguncang hidupnya itu, Kama sering tidak sadar melakukan hal yang impulsif saat kemarahan sedang menguasainya, dia bisa menjadi seseorang yang lepas kendali dan melakukan hal yang tidak di ingatnya.
Ddrrt... Ddrrtt... Ddrrtt...
Kama mendengar suara getar samar-samar namun tidak bisa merasakannya. Dia merogoh sakunya, nihil. Ponselnya tidak ada di sana. Dia bingung, seingatnya ponselnya jelas berada di saku celananya.
Kama diam, mendengarkan dengan seksama bunyi getaran dari ponsel yang dia sendiri tidak tau dimana keberadaannya.
Dia mencari di bawah kakinya, tidak ada. Dia mencari di armrest mobil, juga tidak ada. Dia mencari di jok sebelahnya, juga tetap tidak dia temukan.
Dia berpikir mungkinkah ponselnya di jok belakang, tapi bagaimana bisa?
Dia memanjangkan lehernya menoleh kebelakang, ingin memastikan dan ternyata benar, ponselnya sedang bersembunyi di bawah jok belakang dengan posisi terlengkup.
Dengan sedikit mencondongkan tubuhnya dia berusaha meraih ponselnya yang masih terus bergetar.
"Brengsek, siapa sih yang nelpon?" Rutuknya kesal. Setelah sedikit lebih berusaha, barulah ponselnya berhasil di raih. "Awas aja kalau nggak penting, gue maki ab..." Wajah Kama langsung pias begitu melihat layar ponselnya.
Hara calling...
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????