Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 : Keberangkatan Liana
Liana menikmati kesendiriannya di dalam kamar sambil membaca buku katalog belanja pakaian dan tas mewah. Beberapa ada yang menarik perhatiannya dan beberapa ada yang sudah ia masukkan ke daftar belanja kalau seandainya ia jadi pergi ke Bali.
"Nya...." Tuti tiba-tiba membuka pintu kamar sambil membawa jus apel di nampan kecil.
"Makasih Bi, taruh saja di sana...." Liana menunjuk ke arah meja buffet panjang yang ada di bagian bawah kaca rias di samping kiri.
Pelayan itu masuk dengan hati-hati membawa minuman tersebut dan meletakkan di tengah-tengah agar tidak kesenggol nanti kalau diletakkan terlalu pinggir.
"Nya, makan malam sudah siap. Nyonya mau ke depan atau makan di kamar? Biar Bibi antar kalau mau di kamar saja." Tak lupa ia pun melaporkan makan malam yang sudah selesai dibuat oleh Sri.
"Bapak gimana? Dia mau ikut makan malam?" Tanya Liana tanpa menoleh dari buku katalog belanjaan.
"Pak Yudis dia memilih buat makan di kamar, Nya...," jawab Tuti yang terlihat cemas, tapi dia juga enggak bisa berbohong 'kan.
Liana secara tiba-tiba menutup buku katalog itu dengan kasar. Napasnya naik-turun tak beraturan berulang-kali setelah mendengar penjelasan Tuti barusan.
"Mau kamu itu sebenarnya apa sih, Mas...!" Geramnya berbicara sendiri. Parasnya yang cantik berubah mengeras.
Tuti yang menyadari Liana sedang marah hanya berani menundukkan kepala. Wanita itu segera menggeser tubuhnya dari posisi duduk bersandar di atas kasur, dengan menurunkan kedua kakinya ke bawah ranjang, meletakkan buku katalog itu di atas tempat tidur, lalu berdiri tanpa menoleh lagi ke arah Tuti yang masih berdiri kaku di dekat meja buffet, Liana segera membuka pintu kamar dan berjalan keluar.
Liana berjalan menuju ke lantai atas, sementara Tuti mengikuti dengan berjalan pelan di belakang dan berhenti di depan pintu dapur yang terbuka.
"Ada apa, Mbok...?" Bisik Sri yang mendekati Tuti di depan pintu dapur.
"Aduh, kayaknya Nyonya bakal berantem lagi sama Pak Yudis!" Balas Tuti dengan wajah khawatir. Ia menatap ke arah tangga atas sambil mendekap nampan bekas jus.
"Udah ah, Bi. Jangan diliat, kita ke dalam saja!" Sri menarik Tuti untuk masuk ke dapur.
...----------------...
Liana yang kini berada di depan pintu kamar ruangannya Yudis langsung mengetuk keras pintu tersebut. Itu bukan hanya sekedar ketukan pintu, tetapi juga luapan emosinya yang selama ini tertahan dan baru ia keluarkan. Pertemuannya dengan Tiara di mall, bagaimana dia melihat suaminya sendiri perhatian kepada wanita lain dan fakta kalau selama ini keduanya masih menjalin hubungan dan Tiara hamil. Semua bercampur aduk menjadi satu sekarang.
Tak lama Yudis membuka pintu kamarnya. Ia menatap tajam ke arah Liana. Jelas lelaki itu merasa terganggu karena ulah Liana yang membuat ruangan kamarnya jadi berisik.
"Kenapa sih kamu? Gak bisa ya, kamu ketuk pintu pelan-pelan?" Ujar Yudis setengah frustasi dan mencoba untuk menahan suaranya agar tidak pecah keluar.
"Kenapa? Justru kamu yang kenapa!" Liana yang sudah tak bisa kontrol diri langsung bersuara keras dan menunjuk ke arah Yudis. "Apa maksud kamu mau makan di kamar? Sengaja ya supaya gak ketemu sama aku? Iya? Sebegitu bencinya 'kah, kamu ke aku?" Liana berdiri tegap di hadapan Yudis dengan sikap menantang.
"Aku capek! Butuh waktu sendiri, gak ada hubungannya sama kamu!" Balas Yudis yang masih saja beralasan.
"Kenapa kamu gak jujur aja sama aku, Mas? Kamu sudah bosan sama aku 'kan?" Liana langsung frontal.
"Kamu ngomong apa sih? Lebih baik kamu turun sekarang!" Yudis gak mau menanggapi pertanyaan dari Liana dan langsung memaksa perempuan itu untuk pergi dengan sengaja mendorong agar menjauh.
"Aku tahu kamu masih berhubungan sama Tiara! Iya 'kan, Mas?" Akhirnya hal yang beberapa hari terakhir ini dipendam oleh Liana diluapkannya juga.
"Tiara lagi, Tiara lagi! Hidup kamu kayak enggak puas kalau gak bahas dia ya?" Yudis terlihat jengah tapi tetap berusaha menutupi mengenai hubungannya dan Tiara. Dia sudah janji sama Tiara untuk bertahan 2 bulan lagi.
"Kenapa, Mas? Kenapa gak jujur saja kamu? Bilang, kamu mau kita cerai? Aku bersumpah kalian gak bakal bahagia!" Omongan Liana semakin membabi-buta bahkan mulai mengeluarkan sumpah-serapah.
"Berhenti bicara, Liana!!" Suara lantang Yudis menggema. Liana reflek terdiam. Pria itu terdengar sudah benar-benar muak.
Liana mau pun Yudis sama-sama terdiam sambil berdiri dan saling menatap. Liana mencoba mencari sisa cinta pada sorot mata Yudis. Dalam hatinya ia bertanya, apakah masih ada sedikit saja rasa kasih, cinta atau bahkan kasihan untuk dirinya bagi pria itu. Namun, Yudis menatapnya dengan lelah dan frustasi. Satu-satunya alasan dirinya masih bertahan karena Tiara yang meminta dan desakan dari beberapa kerabat lain yang memintanya untuk bersabar menunggu. Tapi dia sudah muak. Kalau bukan karena Tiara dia pasti sudah menceraikan Liana sejak lama.
"Kalau kamu sangat tidak menginginkan aku, baik...," ucap Liana secara tiba-tiba, "aku akan pergi Mas, jadi kamu gak akan lihat aku di sini...."
Liana membalikkan badannya dari Yudis dan segera pergi menuruni tangga dengan langkah cepat menuju ke ruangan kamarnya. Yudis akhirnya mengejar perempuan itu.
"An, tunggu dulu An, maksud aku gak begitu. Tolong jangan salah paham!" Yudis mengikuti Liana yang sudah masuk ke dalam kamar dan langsung membuka pintu lemarinya.
"Gak usah ngomong apa-apa lagi, Mas. Gak perlu karena semua udah jelas!" Liana dengan cekatan mengambil baju-bajunya dari dalam lemari yang kemudian dia lempar sembarang ke atas tempat tidur.
"An, aku ga pernah benci sama kamu, tapi kadang kamu terlalu mendesak aku!" Yudis berusaha memberi penjelasan yang mungkin bisa diterima oleh Liana. Lelaki itu kini berdiri di samping Liana sambil memijat keningnya sendiri.
"Aku? Mendesak kamu, Mas?" Liana tiba-tiba berbalik sambil memegang sebuah dress hitam miliknya. "Sikap kamu berubah! Aku cuma ingin kejelasan soal hubungan kamu sama Tiara tapi kamu anggap itu desakan?"
Yudis terdiam, karena dia tahu apa yang dikatakan oleh Liana adalah benar. Dia hanya meminta sebuah jawaban dan kejelasan, tapi Yudis bereaksi keras karena sejujurnya dia belum siap akan segala konsekuensi yang akan diterimanya nanti. Ia bisa kehilangan perusahaan yang diberikan oleh orang tuanya Liana, dan dia belum siap kehilangan itu semua, apalagi Tiara akan melahirkan anak pertama mereka dan anak itu masih butuh masa depan. Dia enggak mau membuat Tiara dan anak mereka menderita, setidaknya tidak sekarang.
"Aku minta maaf, An, tapi tolong jangan lapor ini ke Mama sama Papa." Akhirnya pria itu meminta maaf.
"Aku akan pergi selama beberapa hari untuk menenangkan pikiran, dan soal Mama dan Papa, kita lihat saja nanti," jawab Liana hang pandangannya kembali fokus ke dalam lemari pakaiannya dan ia mengeluarkan beberapa pakaian lagi yang ia letakkan di atas ranjang.
"Mas, aku ingin sendiri, tolong tinggalan aku...," ujarnya sambil menoleh ke arah Yudis dengan tatapan mata yang perih.
Bagaimana kelanjutan hubungan rumah-tangga Liana dan Yudis? Apa keputusan Liana setelah menenangkan pikirannya??"
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...