Di Kota Pontianak yang multikultur, Bima Wijaya dan Wibi Wijaya jatuh hati pada Aisyah. Bima, sang kakak yang serius, kagum pada kecerdasan Aisyah. Wibi, sang adik yang santai, terpesona oleh kecantikan Aisyah. Cinta segitiga ini menguji persaudaraan mereka di tengah kota yang kaya akan tradisi dan modernitas. Siapakah yang akan dipilih Aisyah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bintang yang Menuntun Jalan
Beberapa minggu setelah kabar kerja sama dan pameran internasional datang, suasana di Toko Kreatif Din, Sal yang terletak di Jalan Gubeng Surabaya semakin ramai. Setiap hari ada yang baru mulai dari pelanggan yang datang dari luar kota bahkan luar provinsi, hingga peserta kursus yang baru saja mendaftar dari berbagai daerah di Jawa Timur. Malam harinya, toko seringkali menjadi tempat berkumpulnya tim untuk merencanakan langkah berikutnya, dengan secangkir teh hangat dari warung tua di dekat Pasar Gubeng dan camilan buatan tangan Salma yang menggunakan bahan lokal dari daerah sekitar Surabaya.
Satu malam, ketika mereka sedang membahas detail program pelatihan bersama yayasan, pintu toko dibuka dengan suara pelan. Seorang anak muda berusia sekitar 17 tahun masuk dengan wajah yang sedikit gugup, mengenakan baju sekolah yang sedikit kusut. Dia berasal dari Sidoarjo dan harus naik angkot selama hampir satu jam untuk sampai ke Surabaya. Dia melihat sekeliling dengan mata penuh kagum, kemudian mendekat ke arah Andini.
"Permisi Bu," ucapnya dengan suara lembut. "Saya bernama Ayu. Saya sering melihat toko ini dari jauh ketika saya datang ke Surabaya untuk belanja kebutuhan sekolah. Saya sangat suka dengan produknya terutama boneka rajut yang lucu lucu. Saya ingin belajar membuat kerajinan tangan tapi saya tidak punya uang untuk membayar kursus. Apakah ada cara untuk bisa belajar di sini?"
Andini melihat Ayu dengan pandangan penuh perhatian. Dia ingat bagaimana rasanya dulu ketika dia harus naik kereta api selama dua jam dari Surabaya ke Solo hanya untuk mencari bahan baku berkualitas dan belajar membuat kerajinan dari pengrajin tua di Pasar Klewer. Tempat itu yang pertama kali membuka mata dia tentang keindahan kerajinan tangan Indonesia. "Kamu mau belajar apa Ayu?" tanya Andini dengan senyum hangat.
"Saya ingin belajar membuat boneka rajut Bu. Saya sering melihat ibu membuatnya dan itu sangat menarik. Saya juga ingin bisa menghasilkan uang sendiri untuk membantu orang tua saya yang bekerja sebagai petani cabai di Sidoarjo," jawab Ayu dengan mata yang bersinar penuh harapan.
Tanpa berpikir panjang, Salma berdiri dan membawa Ayu ke arah rak boneka. "Kamu tahu tidak, kita baru saja membuka program beasiswa untuk anak muda yang berprestasi tapi tidak mampu secara ekonomi. Kamu bisa mendaftar lho. Kalau diterima, kamu akan belajar secara gratis dan bahkan bisa mendapatkan honor jika hasil karyamu bisa dijual. Bahkan kita akan memberikan uang transportasi jika kamu harus datang dari luar kota Surabaya."
Ayu langsung menangis senang. Dia mengucapkan terima kasih berkali kali sebelum mengambil formulir pendaftaran yang diberikan Salma. Setelah Ayu pergi, mereka semua saling melihat satu sama lain dengan senyum bangga.
"Itu alasan kenapa kita melakukan semua ini bukan?" ucap Pramudya sambil menepuk meja ringan. "Membantu orang lain mewujudkan impian mereka. Terutama anak muda dari daerah sekitar Surabaya yang punya bakat tapi tidak punya kesempatan."
Beberapa hari kemudian, pendaftaran program beasiswa mulai dibuka secara resmi. Banyak anak muda yang datang mendaftar, masing masing dengan cerita dan impian mereka sendiri ada yang dari Mojokerto, Gresik, hingga Malang. Abi dan Rina mulai menyusun kurikulum kursus kerajinan kayu, menggunakan bahan kayu lokal dari daerah sekitar Jawa Timur. Sementara Pramudya membuat sistem pendaftaran online agar lebih mudah diakses oleh anak muda yang tinggal jauh dari Surabaya. Andini dan Salma sendiri mengajar langsung kelas boneka rajut dan desain stiker, dengan penuh kesabaran bagi setiap peserta.
Saat persiapan untuk program pelatihan semakin matang, kabar tentang Toko Kreatif Din, Sal, semakin banyak terdengar di berbagai media. Sebuah stasiun televisi lokal di Surabaya bahkan ingin membuat liputan khusus tentang perjuangan mereka dan program pelatihan yang akan diluncurkan. Pada hari syuting, seluruh tim bekerja sama untuk menunjukkan proses pembuatan produk dan juga berbagi cerita tentang perjalanan mereka dari awal membuka toko kecil di Jalan Gubeng hingga sekarang.
Ketika wawancara sampai pada bagian tentang harapan masa depan, Andini berdiri di depan kamera dengan percaya diri. "Kita tidak hanya ingin menjual produk yang baik dari Surabaya. Kita ingin menciptakan komunitas di mana setiap orang bisa berkembang, belajar, dan menemukan nilai diri mereka sendiri. Setiap orang punya bakat yang luar biasa, hanya perlu kesempatan untuk menunjukkan nya. Saya sendiri belajar banyak dari pengrajin di Pasar Klewer Solo, dan sekarang saya ingin berbagi ilmu itu dengan anak muda di sini."
Liputan itu tayang pada malam hari, dan banyak orang yang menghubungi toko untuk memberikan dukungan atau bahkan ingin menjadi sukarelawan. Beberapa pengrajin berpengalaman dari Pasar Klewer Solo yang sekarang menetap dan berjualan di Surabaya, serta pengrajin dari Pasar Gubeng juga menawarkan diri untuk mengajar secara sukarela. Mereka membawa ilmu dan keterampilan yang sudah terbukti selama bertahun tahun di pasar tekstil dan kerajinan terbesar di Jawa Tengah, sehingga program pelatihan bisa memberikan materi yang lebih beragam dan sesuai dengan kebutuhan pasar lokal maupun nasional.
Hari peluncuran program pelatihan tiba dengan suasana yang meriah. Ratusan peserta datang dengan penuh semangat, bersama dengan keluarga dan teman mereka dari berbagai daerah di Jawa Timur. Booth penjualan produk juga dibuka di halaman depan toko, dengan sebagian hasil penjualan akan digunakan untuk membantu biaya program pelatihan. Abi bahkan membuat sebuah patung kayu bentuk bunga besar yang ditempatkan di depan toko sebagai simbol dari program ini diberi nama "Bunga Harapan" dengan ukiran kecil di bagian bawah: "Dari Tanah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk Seluruh Indonesia".
Pada acara peluncuran, wanita tua yang bertemu mereka di pameran Jakarta juga datang sebagai tamu kehormatan. Dia berdiri di depan semua orang dan memberikan pidato singkat. "Saya telah bekerja dengan banyak pengrajin kecil selama puluhan tahun di seluruh Indonesia, termasuk mereka yang berjualan di Pasar Klewer Solo. Tapi yang saya lihat di sini di Surabaya adalah sesuatu yang berbeda. Ini bukan hanya tentang kerajinan tangan, ini tentang semangat untuk saling membantu dan membangun masa depan yang lebih baik bagi anak muda kita."
Setelah acara berakhir, mereka semua berkumpul di belakang toko, di mana kebun kecil yang mereka tanami sudah mulai tumbuh dengan baik. Setiap bunga di sana semakin besar dan indah, mewakili setiap anggota tim dan peserta program pelatihan dari berbagai daerah di sekitar Surabaya, bahkan ada beberapa peserta yang datang khusus dari Solo setelah mendengar cerita tentang hubungan toko dengan Pasar Klewer.
"Apa kabar pameran internasional di Singapura?" tanya Salma sambil menyiram bunga dengan air dari ember kecil.
Abi tersenyum dan mengambil sebuah amplop dari kantongnya. "Surat resmi baru saja datang kemarin. Kita telah diterima sebagai peserta. Mereka bahkan memberi kita booth yang cukup besar dan juga kesempatan untuk menjadi pembicara dalam sesi diskusi tentang kerajinan tangan lokal dari daerah di Indonesia, khususnya dari Surabaya dan Jawa Timur, serta kolaborasi kita dengan pengrajin dari Pasar Klewer Solo."
Semua langsung berteriak senang. Pramudya bahkan mulai menghitung berapa banyak produk yang harus dibuat dan bagaimana cara mengirimkannya dari Surabaya ke Singapura dengan aman dan tepat waktu. Beberapa pengrajin dari Pasar Klewer juga sudah siap membantu membuat produk khusus untuk pameran tersebut. Andini hanya berdiri di belakang mereka, melihat kebun yang sudah penuh dengan bunga beragam warna dan toko yang sudah menjadi rumah bagi banyak orang.
"Kamu tahu tidak," ucap Andini dengan suara lembut sambil menyentuh daun bunga yang tumbuh subur. "Dulu aku berpikir kebahagiaan itu datang dari mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi sekarang aku tahu, kebahagiaan itu datang dari memberikan apa yang kita punya untuk orang lain dan melihat mereka tumbuh menjadi yang terbaik. Dan aku bangga bahwa semua ini dimulai dari ilmu yang aku dapatkan dari Pasar Klewer Solo, hingga sekarang bisa berkembang menjadi sesuatu yang besar di Surabaya."
Mereka semua berdiri bersama, melihat ke arah kebun yang indah dan toko yang sudah menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dengan impian yang sama. Matahari mulai terbenam di ufuk barat Surabaya, memberikan warna jingga keemasan pada langit yang semakin gelap. Di antara rerumputan yang hijau dan bunga yang berwarna warni, terlihat bayangan mereka yang saling berdekatan seperti sebuah keluarga yang telah melalui banyak hal bersama dan siap menghadapi masa depan yang penuh dengan harapan.
Cerita mereka masih panjang dan penuh dengan misteri tentang apa yang akan terjadi besok. Ada pameran internasional yang harus disiapkan dengan baik untuk memperkenalkan produk dari Surabaya dan kolaborasi dengan Pasar Klewer Solo ke dunia internasional, program pelatihan yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, dan banyak impian yang harus diwujudkan bersama dengan anak muda dari seluruh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tapi mereka tidak takut karena mereka tahu, tidak peduli apa yang terjadi nanti, mereka akan melewatinya bersama. Seperti bintang yang selalu ada di langit malam Surabaya untuk menuntun jalan, mereka akan saling menjadi panduan dan dukungan satu sama lain dalam setiap langkah perjalanan mereka.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*