NovelToon NovelToon
Surat Terakhir Ayah

Surat Terakhir Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.

Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.

Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku pintar kan bang?

Pagi itu seperti biasa Anam dan Zayan bersiap-siap pergi ke sekolah terlebih dahulu, lalu berangkat mencari barang bekas kemudian. Dia tidak membuat sarapan, beras di rumah habis. Anam menghela nafas panjang, padahal niat hati ingin membayar LKS agar bisa ikut ujian satu minggu lagi. Tapi, malah beras di rumah mereka habis.

"Bang.. Abang nggak bikin nasi?"

Zayan sudah membawa piring kosong, hendak mengisinya dengan nasi. Tapi, mejikom yang ada di dapur terlihat kosong tanpa ada apapun di sana.

"Berasnya habis Za." Anam berkata tanpa menoleh ke arah adiknya.

Hembusan nafas berat terdengar bersamaan dengan bunyi piring yang diletakkan kembali pada tempatnya. Zayan mendekati Anam sekarang.

"Terus kita nggak makan bang?" Mungkin bukan 'kita' maksudnya tapi lebih mengacu pada kata 'aku'. Namun Zayan memilih memperhalus bahasa dengan menyebut kata 'kita',

Zayan terbiasa sarapan sedangkan Anam, dia sarapan jika ada sisa nasi milik adiknya. Jika habis untuk Zayan sendiri, ya sudah.. Anam tidak makan.

"Bang aku punya ide, kita minta bi Ria aja yuk bang! Dia pasti udah masak jam segini." Zayan memberi solusi.

"Mau dimarahi suaminya bi Ria kamu? Semalam aja suami bi Ria ngamuk gara-gara dia bawa makanan ke sini. Za, nggak sarapan sehari nggak bakal bikin kita busung lapar. Jangan minta-minta ke tempat orang. Ngerti?"

Berkata begitu karena semalam Sengkala mendatangi rumah mereka, dia ngamuk sambil nunjuk-nunjuk ke arah Anam dan Zayan karena Ria yang memberikan jatah makan malamnya untuk kedua anak Tegar. Ria pikir, Sengkala yang bekerja sebagai supir tidak akan pulang malam itu. Tapi ternyata dia salah, kebakaran membuat arus lalulintas sedikit tersendat. Dia memutuskan pulang saja.

Setelah pulang, yang Sengkala dapatkan adalah rumah yang sepi tanpa adanya orang. Yang lebih membuat Sengkala kesal, ketika mau makan, tidak ada apapun di dapur rumahnya. Emosi menuntun Sengkala pergi ke rumah Tegar, dan di sana dia melihat dua orang bocah sedang makan lahap bersama wanita yang berstatus istrinya. Pertengkaran terjadi, Ria harus menahan malu karena Sengkala yang murka tidak lihat situasi dan kondisi. Perdebatan sepasang suami istri itu berakhir ketika Ria memilih pulang ke rumah, di susul Sengkala tentunya.

Kejadian malam tadi cukup membuat Anam dan Zayan kapok menerima bantuan makanan dari orang lain. Anam saja yang kapok, Zayan sepertinya masih belum mengerti keadaan mereka saat ini membuat siapapun ogah mengulurkan bantuan pada mereka.

"Nggak busung lapar tapi kelaparan bang.. Lihat, perutku sekarang udah kempes." Bocah itu membuka bajunya, memperlihatkan perutnya yang sengaja dilipat ke dalam. Sengaja dibuat ramping!

"Ku pukul mau?! Tutup perutmu, masuk angin nanti!" Anam agak kesal. Mana ada perut sebesar balon itu dibilang kempes?

Berangkat sekolah dengan berjalan kaki, keduanya melewati orang-orang yang masih membicarakan kebakaran kemarin pagi. Benar saja.. Dari penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian, kebakaran itu terjadi karena ledakan dari kompor gas yang sedang menyala dan ditinggal pergi pemiliknya. Marpuah merupakan satu-satunya orang yang dianggap paling bersalah di sini.

Dari pembicaraan para warga, Anam bisa mendengar jika Riki dinyatakan meninggal dunia karena luka bakar serius di sekujur tubuhnya. Lelaki itu tidak bisa bertahan lebih lama dengan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Oh kasihan!

"Kasihan ya bang." Kata Zayan sambil terus berjalan.

"Siapa?" Anam bertanya.

"Itu, pak Riki itu, meninggal kan dia? Lagi tidur malah dibakar api. Kena cipratan minyak goreng pas lagi dadar telur aja sakit banget, lha dia malah dibakar hidup-hidup. Kayak apa rasanya ya bang?"

"Ya panas."

"Iya tau kalo panas bang. Lagian pagi-pagi tidur, masa nggak denger ada suara duaaar gitu? Tidurnya nyenyak banget pasti itu ya bang?"

Pagi sewaktu kejadian kebakaran, Riki memang berada di dalam rumah. Dia tidur karena kelelahan sebab malam hari sebelumnya dia harus berbelanja kebutuhan warung ke pasar. Dia baru tiba jam tiga dini hari, baru tertidur beberapa jam saja sampai dia tersadar sudah ada api yang mengepung rumahnya.

"Kamu ngomong terus nanti makin laper Za. Udah diem." Anam membuat adiknya terdiam karena teguran darinya.

Benar, perut Zayan sudah keroncongan kembali. Dan ketika mereka tiba di sekolah, Anam membeli roti, nasi bungkus juga air putih dari warung di dekat sekolahnya. Uang dari mana, sehingga Anam bisa membeli semua itu? Dia mengambil uang yang diberikan Aji dulu.

Dia bukan anak bodoh yang tidak bisa melihat situasi. Adiknya kelaparan, dia belum membayar tunggakan sekolah. Ada uang di rumah, ya dipakai saja. Toh uang itu bukan hasil mencuri. Masa bodoh dengan niat mengembalikan, nyatanya Aji tidak pernah datang lagi ke tempat mereka. Hanya dua kali mereka bertemu dan itupun sudah lama.

"Makan. Jangan kemana-mana. Ini buat pegangan, tunggu abang sampai jam istirahat. Oke?" Anam membuka bungkusan plastik hitam yang berisi nasi, roti dan air mineral.

"Asiiik.. Siap bang! Emmmm.. Bang, ini uangnya nggak boleh buat jajan? Buat dipegang aja? Dipegang doang gitu?" Sungguh Zayan tidak mengerti. Dia membentangkan uang lima ribu itu agar abangnya melihat nominal uang yang dia bawa.

"Buat pegangan maksudnya kalau kamu butuh apa-apa, uang itu boleh kamu gunakan!" Anam jadi kesal.

"Oowh.. Harusnya bukan buat pegangan tapi buat jajan, gitu kan bang?" Zayan sudah senyum-senyum senang.

"Terserah kamu aja lah Za. Abang mau masuk kelas dulu. Ingat jangan kemana-mana!"

"Siap bang! Bang.. Yang semangat belajarnya ya!"

Dan begitulah, Anam dan Zayan melewati pagi ini dengan rasa syukur. Bersyukur karena masih bisa bersama-sama!

Setelah menyelesaikan pelajaran di sekolah, Anam terlihat lelah. Dia menghampiri adiknya yang masih setia menunggu di dekat pohon mangga. Zayan terlihat sumringah melihat kedatangan abangnya.

"Bang! Aku tadi ngambilin ini. Dapet banyak bang. Liat deh, kita bisa masak nasi nanti!"

Anam memperhatikan raut wajah gembira adiknya. Di tangan Zayan ada kantong plastik hitam, dia buka. Isinya beras, beras yang bercampur kerikil dan tanah. Anam kembali melihat Zayan.

"Dapet dari mana?" Anam bertanya. Karena jelas, uang lima ribu yang dia berikan tidak mungkin bisa untuk membeli beras. Apalagi melihat kondisi beras yang ada di plastik hitam itu sangat memprihatikan. Kotor sekali! Mungkin lebih banyak tanahnya dari pada beras yang ada di sana.

"Tadi, pemilik warung itu nuang beras ke tempatnya yang kotak-kotak itu bang. Tapi pada tumpah, karena banyak yang tumpah terus disapu sama yang punya warung mau di buang. Karena kita nggak punya beras, aku minta aja berasnya! Terus sama yang punya warung, aku disuruh ambilin beras yang masih ada di bawah (tanah). Dapet segini deh bang, banyak kan bang? Aku pinter kan nyari beras?" Zayan bercerita dengan berbangga diri.

Hati Anam sedih mendengar penuturan adiknya. Mau dimarahi tapi dia tidak mengerti, ya sudah Anam hanya bisa tersenyum kecut menanggapi cerita Zayan yang merasa dirinya sudah sangat pintar sudah bisa nyari beras.

"Tadi kata pemilik warung apa, dia nggak marah?" Tanya Anam pelan.

"Masukin dulu ini bang ke tas. Takut nanti tumpah. Plastiknya tipis soalnya!" Masih bisa memberi saran, bocah yang polos dan pintar.

"Yang punya warung tanya.. Mau buat apa? Aku jawab mau dimakan. Di rumah berasnya habis. Gitu! Dia nggak marah. Malah ngasih ini!"

Zayan memperlihatkan lagi satu plastik kresek putih yang juga ada beras di dalamnya, mungkin sekitar dua atau tiga liter. Juga telur, dan minyak goreng, yang dibungkus terpisah. Bagaimana Zayan tidak senang dan berbinar karena mendapat semua itu? Dia bisa makan dengan lauk lagi nanti!

Dulu, sewaktu bapak mereka masih bersama mereka, Zayan hanya senang jika dibelikan jajan atau makanan kesukaannya.. Seperti ayam goreng atau martabak telor. Tapi sekarang, matanya berbinar hanya karena mendapatkan sembako cuma-cuma dari orang lain. Anam hanya bisa mengangguk sambil mengusap pundak Zayan pelan.

"Jangan lupa bilang makasih..." Lirih Anam pelan.

"Udah bang!" Zayan mengacungkan jempolnya.

"Besok jangan mungutin beras jatuh lagi ya.. Nggak usah. Abang masih punya uang buat beli beras bersih." Kata Anam membuat kening Zayan berkerut.

"Aku salah ya bang?" Tanya Zayan melihat ke arah Anam.

"Nggak. Tapi jangan kayak gitu lagi, ya?." Sakit rasanya membayangkan adiknya dengan semangat memunguti beras yang berceceran di tanah.

"Za.." Panggil Anam, Zayan menoleh.

"Iya bang." Jawab Zayan cepat.

"Makasih."

Hanya itu yang bisa Anam ucapkan. Dia berjalan lebih dulu setelah memasukkan semua plastik berisi beras hasil Zayan munggut di warung tadi beserta pemberian orang ke dalam tas nya. Ingin rasanya menangis, tapi dia tahan sebisa mungkin. Haaaah.. Rasanya...

1
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
klo sikapmu sprti itu trs, lama² anakmu juga ogah idup samamu..
arogan bener jadi manusia, udah kek Fir'aun bae
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
masih ada aja manusia yang hormat hanya karna hartanya🤦🏻‍♀️
🍊 NUuyz Leonal
susah sih kalau orang nya modelan kayak Aline ini semua semua di salah kan ke orang lain padahal dia sendiri yang membuat hidup nya seperti itu
🍊 NUuyz Leonal
sepertinya lebih berbahaya jika celine bersama kamu
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
heh alin berkaca lah sebelum terlambat bgt menyadari kesalahan mu😒😒😒dari tadi asik nyalahin orang dasar 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
sebenarnya sangkala itu kenapa benci banget sama zayan dan Anam yaa🤔🤔🤔🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Dewi kunti
dipecat aj sopir yg gak tahu diri kong
Rahmawati
km sudah gk dianggap anak lagi line, mending km pergi aja, celine akan lebih terurus kl tinggal sm engkongnya
Rahmawati
ini knp kok sengkala benci bgt sm anam dan zayan,,
🍊 NUuyz Leonal
apapun bisa terjadi jadi jangan pernah melihat atau menilai apalagi membenci seseorang dengan kadar porsi yang berlebihan
𝐙⃝🦜尺o
si mandor so iye, gak tau apa2 mau tuduh sembarangan akhirnya dipecat kan
Rahmawati
bagus anam km pinter kl mau sukses
Was pray
belajar terus anam dan zian, harta dipakai habis , tapi kl ilmu dipakai bertambah
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lagian, org kerja itu nyari duit..
bukan nyari muka
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
baru mandor tapi udah petantang petenteng
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
nam sibuk masak pak, gak bisa ikut olimpiade /Facepalm/
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍: kesian..
masih sekwildapa aja dari dlu😌
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: mana ada.. nam sibuk ngelus dada dan paha
total 2 replies
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚
aih bulu 😱
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: aih dah diganti kertas 🤭
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: typo Thor
total 4 replies
🍊 NUuyz Leonal
buktikan namza Klian pasti bisa
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
🍊 NUuyz Leonal
bulu 😳😳😳
bulu apa ini 🤔🤔🤔
🍊 NUuyz Leonal: bulu apa itu???
Dfe: apa apa?
total 2 replies
Dewi kunti
sokoooooorrr 🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!