Syifana Khoirunnisa yang biasa di sapa Syifa, harus menelen kekecewaan saat mengetahui rahasia suaminya yang tidak ingin menyentuhnya.
Di usia pernikahan yang menginjak Minggu ke empat, Syifa memutuskan untuk bercerai. Bahkan meninggalkan kota kelahirannya demi melupakan kegagalan rumah tangganya juga mantan suaminya yang sebenarnya sudah ada di hatinya.
Hingga ia harus kembali ke kota itu setelah tujuh tahun berlalu dengan sudah ada banyak perubahan pada kehidupannya.
Apa yang terjadi jika ia kembali bertemu mantan suaminya di saat ia sudah memiliki calon suami. Lalu apa yang akan terjadi saat ada laki-laki yang dengan berani menyatakan cintanya bahkan mengejar cinta Syifa tanpa lelah.
Kemana hati Syifa akan berlabuh? Siapa pemilik hati Syifa?
Happy Reading
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 21 Benarkah?
Pemilik Hati (21)
" Tak ada alasan bagiku untuk menolakmu. Sudah kewajiban seorang istri melayani suaminya." jawab Syifa menundukkan wajahnya.
" Benarkah?," David antusias.
Syifa hanya mengangguk.
" Tapi, sebelum itu sepertinya ada yang harus kita lakukan agar hubungan kita tidak sekaku ini."
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Apa?," tanya Syifa bingung.
" Ayo ubah panggilan kita. Kita sekarang suami istri. Jangan hanya memanggil dengan sebutan aku dan kamu."
" Ingin di panggil apa?," tanya Syifa.
" Honey, Hubby..."
Wajah Syifa memerah. Rasanya malu jika harus memanggil dengan sebutan itu di hadapan orang lain.
" Kalau didepan orang lain, panggila Mas juga boleh. Kalau hanya berdua, panggil dengan sebutan yang lebih mesra apalagi jika di kamar..." goda David membuat Syifa merona.
David hanya tersenyum. Rasanya menyenangkan menggoda perempuan yang kini menjadi istrinya. Janda hanya sekedar status. Tapi, untuk hal yang lainnya sepertinya Syifa belum berpengalaman. Masih terlihat malu-malu kucing.
" Menggemaskan,"
"Apa?,"
" Istriku sangat menggemaskan." David kembali mengulang perkataannya.
" Aku mencintaimu, sekarang, esok dan seterusnya,"
Ah, hati Syifa merasa berbunga. Hatinya menghangat. Davi sepertinya adalah sosok yang hangat.
" Apa mas seperti ini pada setiap perempuan?,"
" Hah?,"
" Berbicara manis,"
" Tidak. Mana mungkin. Aku begini hanya padamu, sayang. "
Pada perempuan yang pernah jadi pacarku juga sih. Tapi, setelah jadi mantan tentu saja tidak.
Syifa rasanya tidak percaya. Tapi, memang pada dasarnya sikap David memang seperti itu. Pada wanita yang pernah memiliki status sebagai pacarnya. Jika sudah putus? Otomatis berubah seratus delapan puluh derajat.
" Yakin?,"
Di tatap penuh selidik oleh perempuan yang ia cintai di pandangan pertama sungguh membuatnya gusah.
Cup
Davi mengecup bibir Syifa sekilas
" Pada perempuan yang pernah jadi kekasihku." jawabnya tak bisa berbohong.
Tak ada perubahan. Syifa masih menatap David penuh selidik mencari kebohongan.
" Tapi, setelah kita putus, tidak lagi." jawabnya.
" Ayo kita lanjutkan yang semalam. Katanya aku boleh mengulanginya lagi,"
" Mas David!!," teriak Syifa terkejut.
David langsung berjalan menuju kamarnya setelah menggendong Syifa tanpa memberi kesempatan Syifa berbicara lagi. Tak ingin ada pertanyaan lain tentang masa lalunya. Bisa-bisa Syifa bertanya apa saja yang sudah ia lakukan saat berpacaran.
Jika sudah seperti ini, rasanya ia menyesal karena sudah memacari banyak wanita. Walaupun ia memacari satu dan yang lainnya setelah putus. Tak pernah memacari dua sekaligus.
Baginya aktivitas pacaran yang ia lakukan ya, seperti kebanyakan orang. Tapi, tidak bagi Syifa yang selalu menjaga batasan dengan lawan jenisnya.
Meninggalkan sepasang pengantin baru, pengantin lama yang baru bertemu kembali sedang berbicara di dalam kamar. Benar-benar bicara tanpa ada kegiatan lain.
" Apa yang akan terjadi nanti saat kita menjemput Reza pulang?," tanya Alya khawatir
" Tidak akan terjadi apa-apa. Kita akan pamit. Itu saja. " jawab Daniel santai tetap memeluk istrinya yang duduk bersandar pada dadanya. Sementara Daniel sendiri duduk bersandar pada headboard. Kedua kaki Daniel mengapit tubuh Alya.
Rasanya Daniel tak ingin melepaskan Alya sedikitpun. Sesekali ia menciumi kepala Alya menghirup aroma rambut istrinya.
" Bagaimana tanggapan mereka?," Ada perasaan khawatir. Tentang Penolakan dari keluarga Daniel yang lain. Seperti penolakan kedua orangtua dari suaminya itu.
" Mereka tidak seperti ayah dan ibuku. Kamu tenang saja."
Tenang? Sulit bagi Alya. Dia belum mengenal keluarga Daniel yang lainnya. Belum memahami seperti apa mereka. Kemarin hanya bertemu sekilas.
" Bagaimana dengan Celin? Kita langsung mengajaknya juga?,"
" Aku belum membicarakan apapun pada Om dan Tante juga kakekku,"
Alya mengangguk.
" Jangan cemaskan apapun. Aku akan selalu ada di sampingmu. Dan aku harap kamu pun akan selalu di sampingku, sayang," Daniel mencium pipi Alya yang langsung merona.
...******...
" Kenapa malah bolos sekolah?," tanya Reza pada Celin yang sedang duduk di sampingnya. Bermain ayunan berdua.
" Aku tidak mau kalau nanti ketika pulang Kak Reza sudah tidak ada."
Celin merasa senang dengan keberadaan Reza.
" Apa kakak bisa minta ayah mengajak aku juga saat ayah nanti menjemput kak Reza?" kedua tangan Celin saling bertautan.
Berharap bisa tinggal dengan ayahnya. Merasakan kasih sayang ayahnya.
" Aku tidak bisa berjanji. Aku baru mengenal ayah. Belum terlalui dekat."
" Kalau meminta tolong pada bunda kak Reza? Bukankah Bunda kak Reza istrinya ayah?,"
Ya, Celin mencuri Dengan obrolan orang dewasa semalam saat Daniel menitipkan Reza. Daniel juga memperkenalkan Alya sebagai istrinya.
" Aku coba."
" Terimakasih." binar bahagia terlihat dari wajah Celin.
Ia tak mempermasalahkan keberadaan Alya sebagai istri dari ayahnya. Karena ibunya sendiri tak tahu ada dimana.
Menjelang sore, Daniel dan Alya sudah tiba di kediaman Adiyaksa. Keduanya sudah duduk di ruang tamu menunggu Reza yang sedang di panggilkan oleh pelayan.
" Kuta pulang sekarang, Bun?," tanya Reza saat ia sudah mendekati ibunya.
Celin hanya menundukkan kepalanya saat mengekori Reza.
" Kalian sudah mau pulang?," tanya Flower, ibunda David yang langsung turun saat tahu Daniel sudah datang dengan istrinya.
" Iya, Tan. Kami rencananya mau sekalian beres-beres karena aku akan mengajak Alya dan Reza pindah ke rumahku."
Mendengar pindah rumah, Flower langsung melihat ke arah Celin yang terlihat murung.
" Kami juga akan membawa Celin turut serta." tambah Daniel seolah tahu kekhawatiran tantenya.
Flower terkejut sekaligus senang mendengar penuturan Daniel. Bgitu pun Celin yang langsung mengangkat wajahnya.
" Kamu mau tinggal dengan ayah kan , Celin?,' tanya Daniel melihat ke arah Celin.
" Mau ayah." jawab Celin antusias.
Melihat wajah senang Celin, Flower ikut senang. Begitupun Alya dan Reza. Tanpa ia minta, ternyata ayahnya sudah mengajak Celin.
" Kamu sudah berbicara dengan Om dan kakkekmu?,"
" Belum."
" Kamu sendiri tidak keberatan, Al?," tanya Flower menanap istri dari keponakannya.
Alya tersenyum. " Tidak. Saya malah senang."
Flower tersenyum. "Jangan terlalu formal. Aku tantenya Daniel."
Alya hanya mengangguk.
" Kalau begitu pulang nanti sore saja. Beres-beresnya bisa besok lagi. Kamu harus berbicara dulu dengan Kakek dan Om mu. Tapi, sekarang kakek sedang istirahat sementara Om mu sedang mengecek keadaan perusahaan."
Daniel melihat ke arah Alya seolah meminta persetujuan. Alya pun mengangguk.
"Baiklah, Tan."
" Oh ya,David mana? Bukannya kalian menginap di rumah David? Kalian tidak kesini sama-sama?,"
" Tante seperti tidak tahu apa yang sedang dilakukan pengantin baru. Kami saja kesini hanya pamit melalui pelayan tidak pamit secara langsung." Daniel terkekeh.
" Dia mengurung istrinya di kamar?,"
Daniel mengangguk.
" Haish,, anak itu." Flower menggelengkan kepalanya.
" Eh, tapi bagaimana ceritanya David bisa langsung menikah begitu?," tanya Flower penasaran.
" Itu bisa Tante tanyakan langsung pada David, Tan."
Flower menghembuskan nafasnya. Merasa tak puas karena harus kembali menunggu.
" Menunggu anak itu kapan datangnya?,"
" Sore ini sepertinya David akan kesini. Dia bilang ingin menemui kalian untuk memperkenalkan istrinya,"
" Harusnya dia datang dulu untuk meminta restu. Agar kami bisa menilai calon istrinya. Tapi, sudahlah. Sudah terlanjur juga."
" Maaf soal itu. Tapi, Tante tidak perlu khawatir Syifa wanita baik-baik. Aku jamin karena aku sangat mengenalnya. Dia sahabatku." ucap Alya.
" Benarkah?,"
" Iya. Tante tidak perlu khawatir. Aku dan David sudah mencari tahu sebelumnya tentang Syifa. Dan perlu Tante tahu, David memang jatuh hati pada Syifa saat pertama bertemu. Bahkan saat itu Syifa sudah berstatus calon istri orang."
" Benarkah?
TBC
👍❤❤❤
favorit
👍❤