kisah ini sekuel dari novel Karma pemilik Ajian Jaran Goyang.
Adjie merasakan tubuhnya menderita sakit yang tidak dapat diprediksi oleh dokter.
Wati sang istri sudah membawanya berobat kesana kemari, tetapi tidak ada perubahannya.
Lalu penyakit apa yang dialami oleh Adjie, dan dosa apa yang diperbuatnya sehingga membuatnya menderita seperti itu?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Lolos
Wanita berhijab itu berteriak memanggil warga yang sedang melayat dirumah pak RT untuk prosesi pemakaman bayi Adjie.
Sontak mereka menjadi penasaran dengan apa yang terjadi pada tetangga mereka.
Sebagiannya bergegas membawa bayi Adjie ke pemakaman, sedangkan yang lainnya memeriksa rumah Mukhlis.
Setibanya didepan pintu rumah, mereka melihat wanita itu sedang menangis pilu. "Ada apa, Bu?" tanya salah satu warga.
"Suami saya, itu." tunjuknya kedalam dan bergegas masuk le dalam rumah dengan wajah yang panik dan mata yang sembab.
Warga ikut mengekori, dan saat tiba didepan pintu gudang yang terhubung ke dapur, mereka dikejutkan oleh kondisi Mukhlis yang sudah tidak bernyawa.
"Astaghfirullah!" teriak warga secara bersamaan. Lalu mereka mengangkat tubuh itu dan memindahkannya ke ruang depan.
Seketika sang istri merasakan tubuhnya lemas bagaikan tak bertulang, dan pandangannya menggelap, lalu ia tersungkur dilantai karena tidak sanggup menerima kenyataan jika suaminya telah pergi meninggalkannya tanpa pesan apapun.
Warga bergotong-royong untuk menyempurnakan fardhu kifayah Mukhlis, maka hari itu juga, dua orang yang meninggal dalam satu RT, dan mereka harus berbagi kerjasama untuk menyelesaikannya.
*****
Siang itu, seorang tetangga datang menjenguk Adjie yang masih dalam kondisi memperihatinkan.
Mereka bergantian untuk memberi makan pria itu karena tidak ada yang membantunya, disebabkan Wati masih dirumah sakit pasca melahirkan.
Saat malam hari, para warga juga melakukan tahlilan dirumahnya untuk sekedar menghibur hatinya karena ditinggalkan oleh puterinya yang sudah lama ia nantikan, namu takdir berkehendak lain.
Beberapa warga sudah datang. Mereka membagi jemaah, karena harus tahlil dirumah Mukhlis juga.
Mereka memulai membacakan ayat-ayat suci, dan saat pembacaan Yasin dimulai, Adjie merasakan tubuhnya seolah terbakar dan rasa panas yang membuatnya tak dapat menahan rasa sakit yang begitu kuat.
Semakin lama, keringat mulai mengucur ditubuhnya, ia sangat lemah, dan tubuhnya bagaikan terasa dirajam dan ditusuk ribuan jarum, sehingga membuat ia menggigil untuk menahan rasa sakitnya.
Wuuuusssh....
Wuuuuussssh...
Adjie merasakan ada sesuatu yang pergi dari tubuhnya saat pembacaan Yasin untuk tahlilan puterinya.
Hal tersebut tak luput dari perhatian seorang warga. Ia melihat jika apa yang dialami oleh Adjie bukanlah sakit biasa, melainkan sesuatu yang berhubungan dengan hal ghaib.
Akan tetapi, ia tidak berani untuk bertindak sembrono, sebab kekuatan hitam yang saat ini sedang menguasai tubuh pria malang itu terlihat sangat begitu besar.
Sementara itu, ayat-ayat suci terus dilantunkan, dan hal itu membuat Adjie yang tidak pernah lagi mengingat Rabb-Nya merasakan jika rasa sakitnya mereda.
Namun, semua itu hanyalah bersifat sementara, sebab akan kembali lagi dan menyiksa dirinya ketika para warga telah kembali ke rumah masing-masing.
"Run, aku lihat kalau Adjie itu sepertinya terkena teluh," ungkap Radit pada sahabatnya, ketika mereka berjalan menuju pulang kerumah.
Harun yang mendengar ucapan Radit menoleh dengan kedua alisnya yang ditekuk. "Darimana kamu tahu?" tanyanya dengan rasa penasaran yang begitu kuat.
"Aku merasakan ada banyak hawa negatif yang bersarang ditubuhnya. Bahkan saat pembacaan yasin, aku melihat wajahnya berubah menjadi sangat menyeramkan." Radit bergidik membayangkannya.
"Apa Kang Mukhlis meninggal karena mencolek Adjie, ya?" tiba-tiba Jojo nimbrung dari arah belakang, lalu ia mensejajarkan langkahnya mengapit Radit.
Ketiganya terdiam. "Kamu jangan ngawur, Kang Mukhlis meninggal ya karena sudah ajalnya," Harun menyangkal ucapan tetangganya.
Sesaat Radit mencerna apa yang diucapkan oleh Jojo barusan. "Kenapa kamu bisa menduga seperti itu?" tanyanya dengan nada serius.
"Pagi tadi kami bertiga datang memberi kabar pada Adjie, kalau puterinya meninggal dan akan disemayamkan dari rumah pak RT. Lalu Kang Mukhlis menyentuh pundak Adjie, dan tiba-tiba dia seperti tersengat sesuatu gitu, dan buru-buru pulang," Jojo membeberkan kejadian yang sebelumnya.
Radit merasakan tubuhnya bergidik. Bahkan saat ini ia merasakan jika ada sesuatu yang sedang mengintainya dan terlihat terus mengawasi gerak dan geriknya.
"Kok aku merinding, ya?" Harun menyapu tengkuknya.
Hal yang sama dirasakan oleh Jojo. Lalu ketiganya saling pandang, dan tanpa dikomando, mereka lari ngacir dan menuju rumah masing-masing menuju komplek.
Radit bergegas masuk kedalam rumah. Ia merasakan jika punggungnya menebal. Ia mengetahui jika sosok yang bersemayam didalam tubuh Adjie mengetahui niatnya untuk mencarikan seorang dukun ataupun ahli spritual yang dapat mengusir para makhluk bedebah itu.
Radit yang merasa terancam, lalu mengambil wudhu, ia duduk bersila dan memulai dzikir untuk melawan kekuatan kegelapan yang saat ini sedang mengancamnya.
Pria itu meyakini jika si pengirim teluh memiliki rasa sakit hati yang teramat dalam, disertai ilmu hitam yang tinggi, sehingga dapat mengirimkan penyakit pada Adjie yang tidak terdeteksi oleh ilmu medis.
Ia terus melantunkan dzikirnya dan memohon perlindungan pada Sang Rabb dari segala bentuk kejahatan iblis.
Sesaat ia merasakan angin bertiup kencang diluaran dan membuat tirai jendela berkibar dengan menimbulkan bunyi yang begitu berisik, dan tiba-tina suara petir berdentum sangat kuat seolah menyambar sesuatu.
Duuuuuuuaaar...
Bersamaan dengan hal itu, seorang pria dikejauhan yang sedang memegang tali kain kafan berwarna putih dengan tengkorak yang berputar terpental kebelakang.
Sedangkan Radit mengakhiri dzikirnya dengan perasaan lega, sebab punggungnya sudah kembali normal, dan ia meyakini jika sosok yang mengikutinya sudah pergi.
Sementara itu, sosok pria yang tak lain adalah Anton meringis menahan sakit akibat sikunya menyentuh tanaman berduri dan membuatnya terluka.
Rasa amarahnya semakin kuat dan membuat ia akan kembali mengerahkan para dedemit untuk menyerang siapa saja yang mencoba menghalangi rencananya.
Ia membenci mereka yang ikut campur urusannya dan akan menghabisi siapapun yang berniat untuk mengobati dan menyembuhkan Adjie.
Pria itu meringis menahan sakit. Perlahan ia bangkit, dan berdiri dengan menenteng tengkorak tersebut pulang kerumah.
Jalanan yang gelap dan sunyi seolah tak membuatnya takut, sebab hatinya saat ini lebih gelap dari malam.
Langkahnya terhenti saat melihat sebuah bola api melayang diudara dan masuk menembus kedalam atap rumahnya, tepatnya dibagian kamar Mawar.
Sontak ia membolakan kedua matanya dan tanpa dikomando, ia berlari kencang menuju pulang kerumah.
"Mawar!" pekiknya dengan nada tertahan dan ia berlari dengan langkah yang begitu cepat, dan menerobos masuk ke dalam rumah.
Nafasnya tersengal saat ia membuka pintu kamar dengan paksa.
Sebuah pemandangan yang terlihat sangat menyayat hati, ketika ia menyaksikan sang istri sedang disenggamai oleh dua sosok mengerikan yang berupa sosok berbulu dan juga banaspati.
Terlihat sang istri terus melenguh menahan rintihan yang begitu memuaskannya.
Seketika darah Anton mendidih. Ia meyakini jika seseorang yang ikut campur dengan urusannya tengah mengirimkan para dedemit suruhannya untuk kembali menodai sang istri.
ternyata kamu kembang desa tapi kekurangan. sehingga orang semena-mena sama kamu...😥
yang pasti bukan Mande kan... jauh dari kriteria...
tapi masalahnya, kenapa mereka teriak-teriak dirumah Mande . minta pertanggungjawaban...
ada apakah gerangan...???