Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Angin
Dua penyidik itu melihat gelagat aneh pada Mahardika yang sedari tadi hanya tersenyum-senyum dengan aneh.
Penyidik bernama Eko memutar tubuhnya menghadap pada sebuah pintu yang berada dibelakang mereka.
Ia menatapnya, dan merasa ada yang tak biasa. Ia mencium aroma busuk yang sangat menyengat, namun desiran angin membuat aroma itu tersamarkan dengan aroma mawar yang menguar.
"Kami akan memeriksanya," penyidik itu berjalan mendekati pintu kamar yang dicat dengan warna hitam.
Penyidik kedua mengekori, dan berdiri diambang pintu. Sesaat mereka merasakan suhu ruangan yang terasa sangat dingin seperti didalam sebuah freezer, namun mereka mengira jika itu berasal dari pendingin ruangan.
Penyidik Eko menarik handle pintu dengan perlahan. Lalu penutup itu terbuka dengan lebar. Tidak ada sesiapapun disana, hanya ranjang kosong yang tidak berpenghuni.
Kedua petugas itu memeriksa ruangan tanpa melewatkan sedikitpun, bahkan kamar mandi dan juga lemari tak luput dari pemeriksaan mereka.
"Dimana wanita bernama Yanti itu?" tanya penyidik Eko saat melihat Mahardika berdiri didepan pintu kamar.
"Kan saya katakan tadi disebelah bapak, tapi karena bapak menanyakan kamarnya, ya saya tunjukkan kamarnya," jawab pria itu santai.
Jangan bermain-main dengan kami, Pak! Kami sedang menyelidiki kasus kematian yang berturut-turut terjadi pada karyawan, Bapak!" sepertinya petugas itu tampak mulai terpancing kesabarannya.
"Ya ampun, Pak. Sini keluar, saya tunjukin orangnya!" Mahardika bersikeras dengan ucapannya.
Penyidik Eko meminta rekannya untuk keluar dan mengikuti Mahardika.
Petugas itu menganggukkan kepalanya, dan mengikuti Mahardika keluar dari kamar.
"Nih, Orang...," pria itu mengakhiri ucapannya, sebab tak menemukan Dayanti diruangan tersebut.
Penyidik itu tampak.geram, sebab menganggap Mahardika sudah mempermainkan mereka. "Jangan mempermainkan kami, Pak! Sebab kami dapat menyeret anda dalam kasus ini!" ancam penyidik tersebut.
"Hah! Siapa yang mempermainkan, Bapak! Tadi emang dia disini!" Mahardika masih dengan pendiriannya.
Sementara itu, Penyidik Eko masih memeriksa kamar tersebut. Tiba-tiba ia merasakan bulu kuduknya meremang, dan semilir angin menyapu wajahnya.
Wuuuusssh...
Sekelebat bayangan hitam melintas dari arah belakangnya, dan ia menoleh untuk mencari apa yang baru saja dilihatnya. Namun tak ada yang terlihat.
Duuukkk... Duuuk... Duuuk...
Tiba-tiba terdengar suara pintu lemari pakaian berguncang dengan sangat kuat.
Penyidik Eko merasa penasaran dan curiga dengan apa yang terjadi. Ia berjalan perlahan dan mendekati lemari pakaian tersebut dan dengan tangan yang sedikit ragu, ia membuka pintu lemari dengan gerakan yang cukup cepat.
Kwaaak...kwaaak...kwaaaak...
Terdengar suara teriakan nyaring dari burung gagak yang entah dari mana datangnya tiba-tiba saja berada didalam lemari dan terbang melayang dengan cukup lincah berputar-putar diatas kepala Penyidik Eko denngan dua bola mata yang bersinar merah.
Penyidik itu berusaha menghalaunya, namun tak juga mau pergi.hingga mengagetkan rekannya dan juga Mahardika yang masih berdebat diruang tengah.
Penyidik Eko terpaksa keluar dari kamar tersebut karena burung gagak itu terus mengacaunya dan seolah ingin menyerang.
"Sebaiknya kita lanjutkan besok saja!" Penyidik Eko bergegas keluar dari kamar karena merasa terganggu dengan burung tersebut.
Saat keduanya keluar dari kamar, satu jasad dibalik pintu kamar berdiri dengan kepala tertunduk dan rambut panjang sebahu dengan menutupi wajahnya tiba-tiba menegak dengan kedua matanya yang menghitam legam. Asap hitam merasuk ketubuhnya.
Mahardika terlihat kebingungan melihat dua penyidik yang pergi dengan tiba-tiba. kemudian ia menutup pintu kamar dengan cepat.
"Uhuuuk... Uhuuuuk!" Mahardika terbatuk, sepertinya ia mengalami kesehatan yang menurun, dan berjalan menuju dapur untuk mencari Dayanti yang tadinya pergi menghilang.
Sementara itu, sosok jasad yang sudah terlihat sangat pucat itu berjalan perlahan dengan wajahnya yang berubah sangat cantik dan berbeda dari sebelumnya yang cenderung berkulit eksotis dengan wajah yang sangat sederhana, dan terbilang buruk rupa.
Langkahnya yang semula lamban, tiba-tiba berubah menjadi cepat, lalu melesat menghilang dalam sekejap.
Mahardika sudah tiba diambang pintu yang menghubung ke dapur. Benar saja dugaannya, ia melihat Dayanti sedang berdiri menghadap kompor dengan panci penggorengan. Ia tidak tahu apa yang sedang dimasak oleh wanita berwajah cantik tersebut.
"Kamu disini rupanya, Sayang. Padahal pak Polisi nyariin kamu tadi ingin wawancara," ucap Mahardika, lalu menghampiri wanita tersebut.
"Apakah kamu ingin makan lagi, Kang?" tanya Dayanti dengan suara yang begitu lembut mendayu.
"Nanti saja, Akang mau ada urusan diluar," tolaknya.
"Oh, baiklah." Dayanti menghentikan memasaknya dan mematikan kompor.
"Assalammualaikum," terdengar seseorang mengucapkan salam dari arah luar.
Mahardika menoleh ke arah sumber suara, lalu berjalan menuju pintu depan.
Sesampainya didepan pintu, ia melihat Yuli berdiri diambang pintu. Seketika wajah Mahardika terlihat pucat dan sedikit gugup.
"Kamu mengapa ke rumah saya? Ada urusan apa? Suami kamu kan sudah tidak bekerja diperkebunan saya, jadi tidak.ada urusannya lagi!" pria itu tampak begitu berbeda.
"Aku yang memintanya, Kang. Bukankah dirumah ini tidak ada asisten rumah tangga, sebab yang lama sudah berhenti bekerja karena mengurus cucunya," tiba-tiba Dayanti menyahut dari arah belakang.
Sontak saja Yuli terkejut, sebab jujur saja ia tidak pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya, dan bagaimana ia tahu niat kedatangannya ke rumah ini? Ia hanya mendengar cerita dari Jojo puteranya, jika wanita itu sangat cantik, ya, tentu saja rupawan, dan berbeda dari Dayanti sang majikan lamanya yang berwajah buruk rupa.
"Oh, kalau kamu yang minta aman mungkin aku bisa menolaknya," Mahardika tersenyum manis pada wanita tersebut, dan hatinya akan melunak dengan seketika."Ya sudah, kamu boleh bekerja disini, dan tanyakan pada Yanti apa saja yang harus dikerjakan, sebab saya ada urusan penting," Mahardika memberikan intruksi pada Yuli, lalu ia berpamitan pada Dayanti dengan memberikan kecupan mesra pada pipi wanitanya.
Mahardika mengendus aroma bangkai, namun segera menghilang berganti dengan aroma mawar.
Setelah kepergian Mahardika, Yuli menghampiri wanita cantik dihadapannya. "Terimakasih, Mbak!"
Wanita berkulit pucat itu hanya menganggukkan kepalanya, lalu mengulas senyum yang tipis yang sangat misterius.
"Bisa minta tolong antarkan makanan kepada bu Sutini, ia bosan dengan makanan rumah sakit, dan tolong disuapin ya, katakan padanya dari Pak Mahardika," ucap wanita itu yang berjalan menuju dapur.
Yuli menganggukkan kepalanya, lalu mengekori Dayanti dan melihat serakit rantang yang sudah berisi berbagai makanan untuk dibawa kerumah sakit.
"Saya naik apa ke rumah sakit?" tanya Yuli dengan bingung.
"Nanti diantar sopir," wanita itu menjelaskan, dan ia juga memberitahu dimana letak ruangan Sutini dirawat.
Yuli meraih rantang tersebut, dan menjalankan perintah pertamanya, agar ia diterima bekerja dirumah tersebut.
Saat ia melintasi kamar Dayanti, bulu kuduknya terasa meremang dan ia bergegas keluar untuk pergi ke rumah sakit.