NovelToon NovelToon
Kamu Diantara Kita

Kamu Diantara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / JAEMIN NCT
Popularitas:889
Nilai: 5
Nama Author: Sunshine_1908

Kisah cinta diantara para sahabat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunshine_1908, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkelahian

"Gue mau berangkat ke rumah sakit dulu. Untuk pindah tugas ke AT Medical, gue harus laporan sama dr. Mario Jerra." Adrian berpamitan tepat setelah mereka menyelesaikan santap pagi mereka.

Meninggalkan Jery dengan ribuan tanda tanya di balik tatapan matanya kepada Nicya.

Tuhan aku ingin bertanya, tapi aku begitu takut

Bagaimana jika jawaban yang akan kudengar nanti adalah kata-kata yang selalu kutakuti untuk keluar dari bibir Hazel

Bagaimana jika ini hanyalah sandiwara yang akan berakhir begitu aku membuka mata di esok hari?

Apa aku harus terus menahan Andrian disini?

Apa aku harus berlutut dan memohon agar kamu tak pernah mengakhiri mimpi ini. Batin Jaryan lirih.

Drtttttt......

Sebuah pesan masuk di ponsel Jaryan.

"Gimana semalam? Gak ditalak kan lo sama Cya?" pesan itu masuk dari nomor pribadi milik Juan.

"Maksud lo?"

"Datang ke Bar sekarang, atau lo bakal jadi duda malam ini juga." belum sempat Jery membalas, sebuah pesan baru muncul, sebelum Jery sempat membalas.

"Pasti ini dari Kak Zavian. Dia adalah langganan tetap kan di barnya Juan. Gue harus kesana, sebelum dia berbuat sesuatu kepada Juan." ujar Jaryan membatin.

"Aku ada perlu sama Juan, kamu kalau ditinggal..." Jery mengatakannya dengan penuh keraguan. Seolah-olah Nicya akan merasa keberatan,

"Iya, gak apa-apa kok." Jawab Nicya tanpa menunggu Jery menyelesaikan kalimatnya.

"Apa dia memang bersandiwara?" batin Jery gugup.

Nicya memilih diam dan tak memberikan komentar apapun. Rasanya ia masih begitu canggung jika harus melarang Jaryan pergi. Meskipun sebenarnya ia tak ingin Jery pergi dan kembali meninggalkannya sendirian.

Untuk menghilangkan perasaan canggung, Nicya pun memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya membersihkan meja makan sekaligus dapur yang telah ia acak-acak sejak pagi.

"Hazel, sebentar!" Cup!!

Belum sempat dirinya menghindar, Jery sudah keburu mengecup keningnya tanpa permisi. Sebelah tangannya tergerak untuk menahan kepala Nicya agar tidak berpindah, dan anehnya tangannya itu terasa begitu gemetar.

Nicya yang tadinya ingin menghindar, malah ikutan gugup dan membiarkan Jery melakukan apapun yang ia inginkan.

"Aku pergi dulu." Nicya hanya mengangguk pasrah, dengan sedikit senyuman manis yang berusaha keras untuk ia sembunyikan.

Namun Jery terlalu peka untuk bisa menyadarinya. Ia melihat pipi gadis itu bersemu merah. Sebuah hal sederhana yang membuat hatinya menghangat.

"Kalau kamu bisa tersipu seperti itu, apa itu berarti bahwa kamu juga memiliki perasaan itu?" batin Jery gembira.

*--------------*

Selepas kepergian Jaryan, Nicya juga mendapatkan telfon dari Caelen yang mengatakan bahwa Jishan tengah bertengkar dengan Khaizan di pinggir jalan dekat klinik, tempat prakteknya Ranendra.

Khaizan adalah langganan tetap disana. Entah untuk sekedar mencurahkan isi hatinya, atau memang untuk melakukan sesi konseling bersama para dokter ahli disana.

Kondisi mentalnya sering naik-turun akibat perlakuan tidak adil orang tuanya kepadanya. Terkadang, ia juga membutuhkan beberapa obat-obatan untuk membantunya mengontrol emosi. Ia butuh perantara untuk membuatnya tetap menjadi normal dan bisa bergabung di tengah-tengah masyarakat kebanyakan.

Disaat itulah Nicya muncul. Datang bersama Clarissa ke rumahnya dan mengisi tawa di tengah-tengah kediamannya yang biasanya sunyi.

Terkadang Nicya juga mendengarkan ceritanya. Meskipun kebanyakan hanya dongeng klasik yang ia modifikasi menjadi cerita lucu. Atau isi curahan hatinya yang ia samarkan dengan identitas menarik. Seperti, Pangeran semut dan Putri Lidah Batu.

Karena Nicya yang mendengar ceritanya, membuat ia berfikir bahwa Nicya adalah teman curhat yang sepadan. Gadis itu begitu memahaminya. Ia bahkan ikut tertawa dan menangis bersamanya.

Disaat perasaan hangat itu muncul, perasaan yang awalnya hanya sebatas kagum, seketika berubah menjadi cinta. Bukan lagi cinta monyet semasa SMA. Dimana ia terpana untuk kali pertamanya menatap gadis itu di tengah kerumunan para siswa baru peserta orientasi. Juga bukan cinta karena mata lelaki yang ia miliki hanya berfokus pada gadis cantik.

Ini adalah cinta yang sesungguhnya. Cinta yang membuatnya begitu terobsesi untuk memiliki gadis itu. Serta cinta yang membuatnya diliputi oleh perasaan cemburu yang tak terbendung.

Namun bodohnya ia belum berani untuk mengungkapkannya secara langsung. Namun sebisa mungkin ia berusaha keras untuk menahan Nicya agar bisa terus berada di dekatnya.

Pemilihan King and Queen Kampus. Jishan juga menjadi kandidat seperti biasa, begitu juga dengan Jaryan. Kandidat dipilih bukan hanya dari paras, namun juga hati serta prestasi yang dimiliki.

Khaizan berusaha begitu keras. Ia bahkan mengambil jurusan Management bisnis sama seperti Nicya demi mendapatkan tempat yang lebih dekat dengan gadis itu.

Ia bahkan menolak tempat terbaik di bidang seni musik dan hanya menjadikan musik sebagai selingan saja.

"Itu baru anak papa, kamu belajar bisnis dan teruskan usaha keluarga." untuk pertama kalinya ia merasakan pelukan hangat dari sang ayah. Dan itu semua adalah buah dari perjuangannya untuk Nicya.

"Dia siapa?" pertama kali ia bertemu dengan Nicya di rumah keluarganya adalah ketika adiknya Clarissa meminta bantuannya untuk mengantar Nicya pulang dikala hujan lebat.

"Adik kelasku di kampus Pa. Temannya Cla juga. Aku mau antar dia pulang." kebetulan sekali, karena mereka berpapasan dengan sang ayah saat ayahnya baru saja pulang dari aktifitas kantor.

"Kamu putri keluarga Quincy kan?" seringai sang ayah seolah begitu bangga dengan pencapaian putranya.

"Aku Hazel Quincy om." Nicya memperkenalkan dirinya dengan menyematkan identitas keluarganya.

"Good boy." bisik ayahnya bangga.

Pada dasarnya, Khaizan memang tak pernah mencurahkan lukanya secara terang-terangan kepada siapapun termasuk Nicya. Jadi wajar jika tak pernah ada yang tahu perihal perlakuan kasar yang diterimanya di dalam mansion utama keluarga Alberto.

Karena itulah, pilihan terakhirnya untuk masalahnya hanya tinggal klinik psikologi milik Dokter Raksha. Juga Ranendra yang selama ini membantunya untuk terbuka dan bisa bersikap lebih dewasa.

Tentunya secara professional serta jaminan keamanan rahasia. Bukan sebagai sahabat yang suka ngomel dan jago ngebantah.

Ranendra sendiri notabenenya adalah mahasiswa Kedokteran bidang psikologi. Ia memang selalu berada di klinik milik dosennya, jika tidak ada jam kuliah.

Klinik milik dr. Cipta Raksha yang juga merupakan sahabat dari ayahnya. Ia juga adalah Kepala Dokter Psikologi di AT Medical, yang juga membuka praktik kliniknya sendiri.

Posisi merekalah yang sebenarnya membuat Khaizan menjadi tidak begitu sungkan. AT Medical adalah sesuatu yang diperuntukkan ayahnya untuknya, namun sempat ia tolak.

dr.Cipta dan dr. Jerra cukup paham akan kisahnya. Karena itulah, Ren, dan dr.Cipta seakan adalah tempat untuk melampiaskan segalanya, selain dongeng-dongengnya untuk Cya.

"Lo datang mau konsultasi, apa mau bikin ribut Hah!" Bentak Ranendra kepada Khaizan yang begitu sulit untuk ia kendalikan.

Ia telah kewalahan menahan tubuh Khaizan yang tengah diliputi oleh emosi. Ia kesulitan menahan Khaizan meskipun sudah memegangnya bersama Marvin.

Sementara Jishan, ada Juan, juga Jaryan yang berusaha keras untuk menahannya tanpa harus melukainya. Caelen jangan ditanya? ia begitu takut dan memilih untuk bersembunyi di balik pohon dan menelfon Nicya yang menjadi topik pertengkaran.

"Lo pernah dekat sama dia, dan gagal. Kenapa lo masih harus ngerecokin gue, Hah!" emosi Khaizan kepada Jishan.

Jishan datang di saat yang tidak tepat. Ia hanya berniat untuk bertemu dengan Ren untuk membahas kegiatan sosial mereka di kampus. Namun malah menerobos masuk, di sesi konsultasi Khaizan.

Disaat itulah ia mendengar segala keluh kesah Khaizan soal pemotretan itu. Emosinya seakan terpancing, lantaran mendengar cerita Khaizan yang mengumpatnya seolah Nicya adalah piala yang harus diperebutkan.

"Jangan perlakukan dia seperti barang taruhan, A*nj*ng. Gue gak terima!" tanggap Jishan tidak terima.

Sementara Jaryan yang sebenarnya juga emosi, hanya bisa diam tanpa berkomentar. Karena disamping ia tengah berusaha menahan Jishan bersama dengan Juan.

Ternyata Juan juga ikut menahan lengannya, dibalik genggaman kuatnya di lengan Jishan.

"Jangan." isyaratnya dengan gelengan kepala berulang.

Mungkin dibanding Ranendra, yang notabene juga tipical orang yang emosian. Juan lebih cocok untuk menjadi seorang dokter psikologi. Terutama karena selama ini ia cukup cakap dalam menangani Jaryan yang juga memiliki luka.

Disaat siapapun tidak bisa mengendalikannya. Juan berdiri di garda terdepan untuk membantu.

Namun, sayang karena reputasi keluarganya sebagai chef. Serta pekerjaan yang ia jalani sebagai barista sekaligus pemilik bar. Membuatnya memilih jurusan Tata Boga dan juga Bisnis Kuliner di kampusnya.

Ia bahkan tak mengalami kesulitan saat harus menjalani kuliah di dua jurusan sekaligus, ditambah lagi dengan kegiatannya menjaga bar pada malam hari.

Sementara Ranendra, alasannya memilih kuliah psikologi sebenarnya bukan karena ia berasal dari Keluarga Dokter. Bukan juga karena ia dipaksa untuk mengikuti jalan tersebut.

Ia memilihnya untuk membantu mengobati luka keluarga mereka, setelah harus kehilangan kakak perempuannya akibat bunuh diri setelah mengalami tindakan pelecehan.

Kejadian itu terjadi saat ia masih duduk di bangku SMP. Niatnya semakin kuat, setelah ia masuk ke SMA Amadya dan bertemu dengan para anggota Dreamer yang juga memiliki luka mereka masing-masing.

Namun bodohnya, siang ini ia malah ikut terpancing emosi dan bukannya membantu perdamaian Jishan juga Khaizan.

"Bego lo semua!! Dia bagian dari kita, dia juga perempuan. Bisa-bisanya kalian bocah berdua malah bikin dia seperti bahan taruhan." Ranendra melepaskan tangan Khaizan dan berdiri di tengah-tengah diantara mereka. Berharap bahwa itu bisa menghentikan keinginan mereka untuk saling menyerang dan mempertimbangkan keberadaannya.

Namun Jishan, juga Khaizan masih terlalu kalut dan tak bisa membendung emosi. Selepas genggaman Ren kepadanya, Khaizan kembali maju dan hendak menghajar Jishan. Namun malang...

"Cya?"

"Aaaaaaa...." bukan Ranendra, tapi Nicya yang tiba-tiba muncul dan menghadang tubuh Ren saat Khaizan hendak maju untuk memukuli Jishan.

Marvin sudah berusaha begitu keras untuk menahan tubuh Khaizan, saat Narendra pergi. Namun, lantaran tengah dikuasai oleh emosi, ia pun gagal untuk menahannya.

1
Ridwan Nakku
kuuuuyylah semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!