He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 16
Di hari weekend yang cerah, Zhang Xiang Li dan He Ma Li berjalan-jalan di taman bunga yang sangat cantik. Mereka menikmati keindahan berbagai macam bunga yang mekar, sambil berbincang dan tertawa. Namun, suasana ceria itu tiba-tiba berubah ketika Zhang Xiang Li melihat sosok yang dikenalnya—mantan pacarnya dari masa SMA, Liu Mei. Liu Mei tampak anggun dan bahagia, dikelilingi oleh teman-temannya.
Reaksi He Ma Li saat melihat Zhang Xiang Li terdiam dan wajahnya sedikit memucat. Dia merasakan ketegangan di udara dan melihat bagaimana Zhang Xiang Li tampak terkejut. Walaupun tidak menunjukkan reaksi berlebihan, dia merasa cemas.
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya He Ma Li, berusaha menyelidiki perasaan Zhang Xiang Li.
Zhang Xiang Li mencoba tersenyum, namun ada kesan ketidaknyamanan di wajahnya. “Ya, aku hanya tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini,” jawabnya, berusaha terdengar tenang.
He Ma Li merasakan gelombang cemburu melanda hatinya, tetapi ia mencoba untuk bersikap tenang. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk tidak memperlihatkan emosinya. “Kita bisa pergi ke tempat lain jika kamu merasa tidak nyaman,” usulnya, ingin memastikan bahwa Zhang Xiang Li merasa didukung.
Zhang Xiang Li menggelengkan kepala. “Tidak, aku baik-baik saja. Mari kita tetap di sini,” katanya dengan suara yang lebih tegas, berusaha meyakinkan diri sendiri dan He Ma Li.
Namun, saat mereka melanjutkan jalan-jalan, He Ma Li tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan bagaimana Zhang Xiang Li sesekali mencuri pandang ke arah mantannya. Dia merasa sedikit terganggu, tetapi juga menyadari bahwa masa lalu tidak dapat diubah. Dia bertekad untuk menunjukkan kepada Zhang Xiang Li betapa berartinya hubungan mereka saat ini.
Akhirnya, He Ma Li mengambil tangan Zhang Xiang Li dan menggenggamnya erat, memberi sinyal bahwa dia ada di sisinya. Zhang Xiang Li menoleh dan tersenyum lembut, seolah mengerti maksud He Ma Li. Momen ini mengingatkan mereka bahwa meskipun masa lalu bisa menyakitkan, masa depan mereka bersama adalah yang paling penting.
Zhang Xiang Li merasakan kehangatan dari genggaman tangan He Ma Li. Momen itu seakan menguatkan dirinya untuk menghadapi perasaannya. Dia berusaha mengalihkan perhatian dari mantan pacarnya yang masih berada tidak jauh dari mereka.
“Lihat! Ada festival bunga di sebelah sana,” Zhang Xiang Li menunjuk ke arah area yang lebih ramai di taman. Dia berusaha untuk membuat suasana lebih ceria dengan membawa He Ma Li menuju festival yang penuh warna itu.
He Ma Li mengangguk setuju, merasa sedikit lega. “Ayo, kita cek! Aku penasaran ingin melihat bunga-bunga yang ada di sana,” jawabnya dengan semangat. Mereka berdua melangkah cepat, meninggalkan area yang membuat mereka canggung.
Di festival, suasana jauh lebih hidup dengan musik, orang-orang yang tertawa, dan berbagai stan yang menjual bunga serta barang-barang kerajinan. Zhang Xiang Li dan He Ma Li mulai menikmati waktu mereka. Mereka berjalan dari satu stan ke stan lain, mencoba berbagai makanan kecil yang dijual. He Ma Li terlihat lebih ceria dan penuh energi saat mencicipi jajanan lokal yang manis.
Namun, di sudut matanya, He Ma Li masih sesekali melihat ke arah tempat di mana Liu Mei berada. Dia merasakan ketidakpastian dan keraguan tentang masa lalu Zhang Xiang Li. "Apa dia masih mencintainya?" pikirnya. Namun, dia segera mengusir pikiran negatif itu.
“Bagaimana kalau kita berfoto di depan taman bunga itu?” saran He Ma Li, berusaha mengalihkan fokusnya. Zhang Xiang Li setuju dan mereka berdua berdiri di depan rangkaian bunga yang indah, saling tersenyum lebar ketika salah satu pengunjung menawarkan diri untuk mengambil foto mereka.
Setelah berfoto, Zhang Xiang Li merasakan momen bahagia itu membuatnya lebih tenang. “Terima kasih sudah membawaku ke sini, Ma Li. Ini sangat menyenangkan,” ujarnya tulus.
He Ma Li membalas senyuman itu. “Aku senang kamu menikmatinya. Kita harus sering-sering jalan-jalan seperti ini,” katanya, merasa semakin dekat dengan Zhang Xiang Li.
Namun, ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba Liu Mei menghampiri mereka. “Zhang Xiang Li, tidak kusangka bisa bertemu denganmu di sini,” ucap Liu Mei dengan nada ramah. He Ma Li merasa jantungnya berdebar. Dia berusaha untuk tetap tenang meskipun dalam hatinya ada rasa cemas.
Zhang Xiang Li sedikit terkejut, tetapi segera mengingat posisi He Ma Li di sampingnya. “Ya, ini kebetulan yang menyenangkan,” jawabnya, mencoba menjaga suasana tetap santai.
Liu Mei kemudian menoleh ke arah He Ma Li, dan sebuah senyuman yang tulus muncul di wajahnya. “Kamu pasti He Ma Li, kan? Aku sudah mendengar banyak tentang kamu. Senang bertemu denganmu.”
He Ma Li terkejut mendengar namanya disebut, tetapi ia segera merespons dengan senyuman. “Senang bertemu denganmu juga, Liu Mei.”
Ketiga orang itu terlibat dalam percakapan singkat yang penuh keakraban. Meskipun He Ma Li masih merasakan sedikit ketegangan, dia berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya. Zhang Xiang Li berusaha bersikap profesional dan santai, tetapi dalam hatinya, dia tahu bahwa pertemuan ini bisa membawa kembali kenangan yang telah lama terpendam.
Setelah beberapa saat, Liu Mei berpamitan untuk kembali kepada teman-temannya, meninggalkan Zhang Xiang Li dan He Ma Li. “Jadi, bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengannya?” tanya He Ma Li setelah Liu Mei pergi, dengan nada penuh perhatian.
Zhang Xiang Li menghela napas. “Awalnya aku terkejut, tapi aku merasa baik-baik saja. Ini hanya masa lalu, dan aku lebih menghargai apa yang kita miliki sekarang,” katanya, menatap He Ma Li dengan lembut. “Aku berharap kita bisa terus melanjutkan apa yang sudah kita bangun.”
Mendengar itu, He Ma Li merasa lebih lega. Dia mengambil tangan Zhang Xiang Li lagi, lebih erat, dan tersenyum. “Aku juga. Mari kita buat lebih banyak kenangan indah bersama.”
Dengan semangat yang baru, mereka melanjutkan petualangan mereka di taman bunga, saling berbagi cerita dan tawa, mengukir momen-momen berharga yang akan dikenang sepanjang masa.
Zhang Xiang Li dan He Ma Li melanjutkan jalan-jalan mereka di taman bunga, kali ini dengan suasana hati yang lebih baik. Mereka menjelajahi berbagai sudut taman, mengambil foto-foto lucu di antara bunga-bunga berwarna-warni, dan menikmati momen kebersamaan yang hangat.
Saat berjalan menuju area yang lebih sepi, mereka tiba di sebuah jembatan kecil yang menghubungkan dua sisi taman. Di bawah jembatan, ada aliran sungai kecil dengan air yang jernih. “Lihat betapa cantiknya tempat ini!” seru He Ma Li, berlari sedikit lebih cepat untuk mencapai tepi jembatan. Zhang Xiang Li mengikutinya dengan senyum lebar.
Mereka berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan. He Ma Li melihat ke arah air yang mengalir dan berkata, “Kita harus datang lagi ke sini. Suasana di sini membuatku merasa tenang.”
Zhang Xiang Li mengangguk setuju. “Aku juga berpikir begitu. Tempat ini punya energi yang positif,” jawabnya. Saat itu, dia merasakan kedekatan yang lebih kuat dengan He Ma Li.
Tak lama kemudian, mereka melihat sekelompok anak kecil bermain di sekitar bunga, tertawa dan berlarian dengan ceria. Melihat mereka, Zhang Xiang Li teringat akan masa kecilnya. “Kita seharusnya melakukan sesuatu yang menyenangkan seperti itu. Apa kamu mau bermain layang-layang?” tawarnya dengan semangat.
“Layang-layang? Itu ide yang bagus!” He Ma Li menjawab dengan antusias. “Aku belum pernah bermain layang-layang di taman sebelumnya!”
Mereka pun mencari penjual layang-layang di sekitar taman. Setelah menemukannya, mereka memilih layang-layang berwarna cerah—Zhang Xiang Li memilih yang berwarna biru, sementara He Ma Li memilih yang berwarna merah muda. Dengan layang-layang di tangan, mereka menuju ke area yang lebih terbuka di taman.
Setelah menyiapkan layang-layang, mereka mulai melepaskannya ke udara. He Ma Li berlari sambil mengendalikan benang layang-layang, sedangkan Zhang Xiang Li membantunya. “Lihat, kita berhasil!” teriak He Ma Li gembira saat layang-layangnya terbang tinggi.
Zhang Xiang Li tertawa melihat kegembiraan He Ma Li. “Kamu luar biasa! Kamu seharusnya ikut lomba layang-layang!” katanya, memuji kemampuan He Ma Li.
Mereka terus bermain hingga matahari mulai tenggelam, menciptakan suasana yang romantis di sekitar mereka. Ketika mereka duduk di atas rumput sambil melihat layang-layang yang masih melayang di udara, Zhang Xiang Li mengambil napas dalam-dalam dan mengalihkan perhatian ke He Ma Li. “Ma Li, terima kasih untuk hari ini. Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersamamu,” ujarnya dengan tulus.
He Ma Li tersenyum, merasakan getaran positif dari kata-kata Zhang Xiang Li. “Aku juga! Ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidupku,” jawabnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, suasana kembali mengingatkan mereka akan pertemuan dengan Liu Mei. He Ma Li merasakan keengganan untuk membahas hal itu, tetapi dia tahu penting untuk berbicara tentang perasaannya. “Kau yakin tidak ada yang mengganggumu setelah bertemu mantanmu?” tanyanya dengan hati-hati.
Zhang Xiang Li melihat wajah He Ma Li dan bisa merasakan kecemasan yang tersimpan di dalam hatinya. “Sebenarnya, aku merasa lebih tenang sekarang. Meskipun dia adalah bagian dari masa laluku, aku menyadari bahwa hubungan kita berbeda. Aku lebih fokus pada masa depan kita,” jawabnya, mencoba meyakinkan He Ma Li.
Mendengar jawaban itu, He Ma Li merasa lega. “Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku di sini untukmu, tidak peduli apa pun yang terjadi,” ujarnya dengan tegas.
“Terima kasih, Ma Li. Itu sangat berarti bagiku,” Zhang Xiang Li menjawab dengan senyum hangat. Dia meraih tangan He Ma Li dan menggenggamnya erat.
Ketika matahari mulai terbenam, mereka berdua berdiri dan mengamati pemandangan indah di depan mereka. Langit berubah menjadi warna oranye dan merah, menciptakan suasana romantis yang sempurna. Zhang Xiang Li merasa beruntung bisa berbagi momen ini dengan He Ma Li, dan dalam hati, dia berjanji untuk menjaga hubungan mereka dengan baik.
“Mari kita buat lebih banyak kenangan seperti ini,” kata Zhang Xiang Li sambil menatap He Ma Li.
“Aku setuju! Ini baru awal dari banyak petualangan kita,” balas He Ma Li dengan semangat.
Dengan tangan saling menggenggam, mereka berjalan pulang, berbagi cerita dan tawa, merasa lebih dekat satu sama lain. Hari itu tidak hanya menjadi momen indah bagi mereka, tetapi juga menjadi pengingat bahwa meskipun masa lalu bisa kembali menghampiri, yang terpenting adalah bagaimana mereka memilih untuk melanjutkan bersama di masa depan.
Saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang diterangi oleh sisa-sisa cahaya senja, suasana hati Zhang Xiang Li terasa damai. Dia tak pernah merasa sedekat ini dengan seseorang sebelumnya, dan kehadiran He Ma Li di sisinya memberinya perasaan nyaman yang luar biasa. Setiap langkah mereka terasa ringan, seakan mereka berdua tengah melangkah dalam harmoni yang sempurna.
He Ma Li, yang juga merasakan kehangatan yang sama, tersenyum lembut sambil memandangi Zhang Xiang Li dari samping. Dia masih mengingat hari-hari penuh keraguan ketika mereka pertama kali bertemu, bagaimana rasa tidak yakin sering menghantui perasaannya. Namun, saat ini, semua kekhawatiran itu terasa tak berarti. Bersama Zhang Xiang Li, dia merasakan ketenangan dan keyakinan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
“Aku tidak menyangka, ternyata perjalanan hidup bisa seindah ini,” kata He Ma Li tiba-tiba, dengan nada lirih yang penuh makna.
Zhang Xiang Li menoleh padanya, tatapan matanya lembut. “Mungkin karena kita berdua akhirnya berhenti melawan arus dan memilih untuk mengikuti perasaan kita,” jawabnya sambil tersenyum.
Malam itu, di bawah langit yang kini dihiasi bintang-bintang, Zhang Xiang Li dan He Ma Li saling berjanji, meski tanpa kata-kata. Dalam keheningan, ada janji untuk saling menjaga, menghargai, dan terus berbagi setiap momen indah yang akan datang.
Ketika mereka tiba di depan rumah He Ma Li, Zhang Xiang Li mengulurkan tangannya, “Sampai jumpa besok. Mari kita wujudkan lebih banyak petualangan dan kenangan.”
He Ma Li menyambut uluran tangan itu dengan hangat, senyum bahagia menghiasi wajahnya. “Aku tidak sabar menantikannya. Terima kasih untuk hari ini, Zhang Xiang Li.”
Dengan lambaian tangan kecil, mereka berpisah untuk malam itu, masing-masing membawa pulang perasaan hangat yang akan mereka kenang selamanya.
Saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang diterangi oleh sisa-sisa cahaya senja, suasana hati Zhang Xiang Li terasa damai. Dia tak pernah merasa sedekat ini dengan seseorang sebelumnya, dan kehadiran He Ma Li di sisinya memberinya perasaan nyaman yang luar biasa. Setiap langkah mereka terasa ringan, seakan mereka berdua tengah melangkah dalam harmoni yang sempurna.
He Ma Li, yang juga merasakan kehangatan yang sama, tersenyum lembut sambil memandangi Zhang Xiang Li dari samping. Dia masih mengingat hari-hari penuh keraguan ketika mereka pertama kali bertemu, bagaimana rasa tidak yakin sering menghantui perasaannya. Namun, saat ini, semua kekhawatiran itu terasa tak berarti. Bersama Zhang Xiang Li, dia merasakan ketenangan dan keyakinan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
“Aku tidak menyangka, ternyata perjalanan hidup bisa seindah ini,” kata He Ma Li tiba-tiba, dengan nada lirih yang penuh makna.
Zhang Xiang Li menoleh padanya, tatapan matanya lembut. “Mungkin karena kita berdua akhirnya berhenti melawan arus dan memilih untuk mengikuti perasaan kita,” jawabnya sambil tersenyum.
Malam itu, di bawah langit yang kini dihiasi bintang-bintang, Zhang Xiang Li dan He Ma Li saling berjanji, meski tanpa kata-kata. Dalam keheningan, ada janji untuk saling menjaga, menghargai, dan terus berbagi setiap momen indah yang akan datang.
Ketika mereka tiba di depan rumah He Ma Li, Zhang Xiang Li mengulurkan tangannya, “Sampai jumpa besok. Mari kita wujudkan lebih banyak petualangan dan kenangan.”
He Ma Li menyambut uluran tangan itu dengan hangat, senyum bahagia menghiasi wajahnya. “Aku tidak sabar menantikannya. Terima kasih untuk hari ini, Zhang Xiang Li.”
Dengan lambaian tangan kecil, mereka berpisah untuk malam itu, masing-masing membawa pulang perasaan hangat yang akan mereka kenang selamanya.