Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Arthur telah tiba diVilla. Langkahnya memasuki kamar. Satu kata yang mewakili, sunyi.
"Sayang?..." namun tidak ada sahutan
akhirnya Arthur memilih bertanya pada maid,
"Nyonya bilang pergi ke Jepang tuan" Arthur mengangguk lalu mengecek ponselnya, rupanya ia ingat istrinya pernah menelepon terakhir kali waktu ia sedang bersama anaknya
Setelah itu ia pergi ke ruang kerjanya..dan mulai berkutat dengan dokumen serta laptopnya..
.
.
Tak terasa hari sudah sore, Arthur merilekskan tubuhnya dan bersandar pada kursinya..tadinya Arthur hanya ingin memejamkan mata sejenak, namun tidurnya berlangsung hingga menjelang malam..
"sudah gelap"...ucapnya melihat jendela
Lalu ia beranjak menuju kamarnya untuk bersih². Setelah tidur sore tadi Arthur akan sulit tidur lagi.. Pikirannya berkelana pada bocah laki² merupakan putranya yang baru ia ketahui kemarin.
ia berencana akan melakukan tes DNA pada pada rambut itu.
Arthur sudah banyak merencanakan segalanya jika benar tes itu membuktikan bahwa Erland adalah anak kandungnya, ia akan mengajak Erland tinggal bersamanya, menyekolahkannya ditempat yang bagus, membelikan mainan² kesukaannya, mengajarinya beladiri serta hal² lainnya.. Arthur tersenyum memikirkannya.
Arthur pun juga menginginkan seorang anak dari istrinya, Tapi tuhan belum berkehendak. Ia tak akan memaksakan itu kepada istrinya.
Toh pernikahan mereka juga baru berjalan setahun, masih banyak waktu dan kesempatan yang dapat dicoba untuk mereka memiliki anak.
Malam itu ia habiskan dengan menyusun rencana²nya untuk putranya sampai ia tertidur lagi.
.
.
.
.
Keesokan harinya Arthur sudah berada dikantornya sejak pagi. Ia tak akan menyia-nyiakan waktunya untuk berdiam diri dirumah. Teringat istrinya ia pun segera meneleponnya namun yang didapat hanyalah suara operator.
sementara disisi lain Livia sedang dalam penerbangannya menuju London, ia sungguh tidak sabar bertemu dengan suaminya.. Terhitung sudah hampir seminggu ia tak bertemu. Ia akan memberikan kejutan yang spesial untuk suaminya.
Senyum itu tak luntur dari wajahnya.
.
.
.
Setelah melakukan meeting dengan kliennya, Arthur bergegas menuju rumah sakit.. Ia menemui temannya yang berprofesi sebagai dokter,
"Hai bro, lama tak jumpa. Terakhir kali kau kemari itu sudah lama sekali.." dokter itu berusaha mengingatnya namun lupa
"bagaimana kabarmu?" tanya ramah dokter itu namun Arthur hanya menunjukkan ekspresi datarnya
"tidak perlu basa basi" singkatnya
"kau tidak berubah kawan.. Bagaimana bisa istrimu tertarik pada orang sepertimu? Datar, dingin, dan menyeramkan" dokter itu memelankan suaranya diakhir kalimat
"aku ingin kau melakukan tes DNA pada rambut ini" Arthur menyerahkan 2 kemasan berisi rambut Erland dan rambutnya
"apa ini? Maksudku.. Ini...ini tak seperti yang kupikirkan kan?"
"lakukan saja, aku ingin hasil tes nya kurang dari 1 minggu" katanya mutlak
"tidak bisa bro, tes ini perlu ketelitian, kau harus mengikutinya sesuai dengan prosedur. Tidak bisa cepat... Kalau aku sudah mendapatkan hasilnya aku akan menemuimu" Arthur mengangguk kemudian bangun dari duduknya
"Eeiits...tunggu dulu... Kau belum menjelaskan apapun padaku" cegah dokter itu merentangkan tangannya
"aku tidak perlu menjelaskan apapun" dokter itu dibuat kesal dengan salah satu sifat Arthur yang satu ini
"jika tidak mau memberi tahu, aku tidak akan melakukannya" kalimat itu menghentikan langkah Arthur
Berbalik menatap tajam sang dokter, dokter yang di tatap seperti itu pun merinding
"baiklah..baiklah..aku akan melakukannya tapi kau harus memberitahunya setelah hasil itu keluar"..setelah itu Arthur pergi maninggalkan rumah sakit
sebenarnya dokter itu merupakan teman semasa kuliah Arthur di Prancis..mereka menjadi teman kala itu saat Arthur sedang menjalankan misinya terluka parah banyak darah disekujur tubuhnya.. Dokter tadi melihatnya berada di pinggir jalan, ia terkejut kenapa Arthur bisa berada disini.
dokter itu memapah Arthur menuju mobilnya lalu merawatnya dirumah sakit hingga pulih.. Dari situlah Arthur berteman dengan si dokter..jika tidak ada dokter yang menolongnya saat itu, entah bagaimana jadinya ia.
.
.
.
.
Malam hari Arthur baru sampai di villa. Ketika membuka pintu kamarnya ia dibuat heran dengan dekorasi kamar seperti untuk pengantin baru.
Hiasan lilin dinakas, lampu redup, aroma lavender yang menenangkan, banyak kelopak bunga mawar diatas kasur. Perlahan ia memasuki kamarnya, namun merasakan tubuhnya yang sudah lengket ia memilih kekamar mandi membersihkan diri.
15 menit Arthur keluar hanya mengenakan handuk dipinggangnya. Langkahnya mendekati ranjang.
Tiba2 sepasang tangan melingkar diperutnya, tangan itu bergerak mengelus pahatan roti sobek membuat Arthur memejamkan matanya menikmati sensasi itu
yap..pelakunya adalah Livia. Ia yang membuat semua kejutan ini untuk menyenangkan suaminya. Arthur membalikkan badannya, Arthur dibuat terpesona dengan penampilan istrinya yang hanya menggunakan lingeri warna hitam yang kontras dengan kulit putihnya.
Pakaian kurang bahan itu sangat pas ditubuhnya. pemandangan ini membuat Arthur bergairah, tanpa aba² Arthur mencium bibir istrinya rakus.
Livia tersenyum, sepertinya ia tak sia² menyiapkan semua ini. Kemudian Arthur mengangkat Livia dalam gendongannya tanpa melepas ciuman panas mereka
Arthur membaringkan istrinya, menatap wajah cantiknya sejenak..
"maaf tak bisa menemanimu, kamu baik² saja kan selama disana?" Arthur bertanya sengan suara puraunya.
"hmm..aku baik² saja, tidak perlu minta maaf sayang...aku tahu kamu sibuk" jawabnya. Arthur menyatukan kedua kening mereka.
Livia melingkarkan tangannya dileher suaminya.."apa kamu merindukanku?" tanya Livia
"Hm..merindukanmu" jawab Arthur singkat
"sungguh....apa kamu mencintaiku?"
"Aku menyayangimu" jawaban itu tak sesuai yang diharapkan Livia. Agak kecewa namun ia akan tetap setia menunggu suaminya bisa mencintainya.
Arthur mulai melumat bibir istrinya, mereka melewati malam itu dengan indah. Meski Livia memiliki raga suaminya namun belum dengan perasaannya. Sangat miris
.
.
Keesokan harinya, dimeja makan Livia dan Arthur menikmati sarapan mereka. Livia sangat bahagia meskipun hanya sekedar sarapan berdua, justru hal sederhana ini yang ia harapkan setiap hari.
Kesibukan yang selalu menjadi alasan suaminya sering jarang dirumah. namun Livia berusaha mengerti posisi itu, ini juga demi masa depan mereka dan anak²
mengingat tentang anak, Livia sungguh tidak sabar akan segera hamil namun itu semua butuh proses. Untungnya kakeknya mendukung program hamilnya, dengan ramuan itu akan dapat membuat rahimnya subur dan sehat sehingga janin akan mudah tumbuh disana.
Sementara itu Arthur memikirkan anaknya, ikatan batin seorang ayah dan anak memang sangat kuat. Arthur merindukan Erland yang belum pasti adalah anaknya, tapi ia yakin bahwa Erland adalah putra kandungnya
"Sayang, aku berangkat sekarang. Ada urusan yang harus aku segera selesaikan" Arthur mengecup kening istrinya lalu meninggalkan Livia dimeja makan sendirian.
"cepatlah hadir nak, mom sangat menantimu didalam sini" Livia menunduk mengelus perutnya
.
.
.
.
.
.
.
Hai gaisss..gimana sama chapter ini...
Semoga suka ya
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar, like, subs, beri vote dan gift
Sampai jumpa di chapter berikutnya yaaa
TBC...