naresh membenci nara, begitu pun sebaliknya. tapi apa jadinya jika keduanya menikah karena tak sengaja kepergok tidur bersama?
pernikahan kilat itu membuat naresh marah besar karena satu bulan lagi dia akan menikahi kekasihnya.
dengan keadaan pernikahan yang buruk, bagaimana nara menjalani pernikahan nya apalagi dengan naresh yang malah bertunangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tergoda
Pagi pagi bunda clara sudah selesai membuat sarapan untuk anak anaknya. Dia heran karena putri dan menantunya tak kunjung bangun. Bunda Clara memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mereka.
Tok tok tok!
“Nara, naresh! Bangun. Ini sudah siang, kalian akan terlambat bekerja” teriak bunda clara.
Mendengar ketukan kuat di pintu membuat kedua orang yang saling berpelukan itu mengerjapkan mata mereka. Baik nara mau pun naresh, masih sama sama tak menyadari posisi mereka saat ini.
“Nara! Naresh! Bangun cepat!”
“Iya bun!” nara memekik menjawab. Seraya menggesek gesek matanya dan menatap jam. Pukul setengah tujuh, nara berbalik lalu matanya spontan memelotot.
“Aaaa!”
Nara berteriak, berangsur mundur dan menjauhi naresh yang tertidur tanpa memakai baju. Pria itu mengerjapkan matanya menetralkan cahaya yang masuk.
“Lo! L-lo ngapain di ranjang gue hah? Mana gak pake baju begitu” murka nara menutup kedua matanya. Berbalik badan dan berdempet ke tembok.
Naresh menunduk, menatap dirinya yang memang tak pakai baju. Sialan! Ini gara gara semalam dia kegerahan dan membuka baju. Tengah malam hujan deras turun dan membuatnya kedinginan, alhasil dia naik ke atas ranjang dan tidur di samping nara.
“Apa?” ucap naresh parau. Deep suaranya serak khas bangun tidur.
Sungguh nara terpukau sesaat, dia merutuki dirinya yang ngiler melihat perut sixpack naresh dan suara seraknya khas bangun tidur.
“cepetan pake baju sialan!”
Naresh mengusap telinganya, kemudian turun dari ranjang menuju lemari yang digunakan untuk menyimpan pakaiannya. Dia masuk ke dalam kamar mandi, tanpa pedulikan keberadaan nara.
Nara menghembuskan napas kesal, lalu berbalik tanpa membuka tangannya. Dia mengintip lebih dulu dari sela sela jari, setelah memastikan naresh pergi nara pun membuka tangannya lalu duduk di pinggir ranjang.
Menghembuskan nafas kasar seraya menapok pelan keningnya. “Sepertinya aku sudah tidak waras. Bisa bisa nya tergoda oleh tubuh pria itu” gerutu nara. Dia mengumpati dirinya sendiri yang mulai tolol.
Nara menggelengkan kepalanya cepat cepat lalu menangkup wajahnya sendiri. “Tidak tidak! Nara ingat lah, kau harus tetap waras. Jika tidak kau akan hidup bersama pria itu selamanya” monolognya.
Menunggu naresh keluar nara keluar kamar lebih dahulu. Bundanya sudah stand by di meja makan seraya memakan buah potong. Nara segera menghampiri nya lalu duduk di kursi.
“Naresh mana?” tanya bunda clara.
“Lagi mandi bun” ujar nara. Dia mencomot buah melon yang tengah bundanya makan.
Clara yang fokus pada hp beralih menatap putrinya. “Kamu bekerja hari ini?” tanya nya.
Nara mengangguk. “Iya bun. Lagi ngejar target di kantor” jawab nara.
“Jangan terlalu kecapean. Supaya lebih cepet tumbuh benihnya” pesan bunda clara kemudian menaik turunkan alisnya.
Nara menatap bundanya dengan horor. “Ck, bunda kenapa terus bahas itu sih. Kan tahu aku masih sibuk kerja” gerutunya tak suka.
Clara yang tadi tersenyum seketika mendatarkan wajahnya lalu menepak pelan lengan nara. “kenapa? Bunda cuma gak sabar nunggu cucu dari kalian. Masa gitu aja gak boleh”
“Bukan gak boleh bun, tapi kan aku masih sibuk. Lagian bunda udah dapat cucu dari kak rena” balas nara malas. Menatap bundanya seolah memohon menghentikan pembicaraan mereka tentang hal ini.
Clara menghela nafas sabar, kemudian mengambil satu buah dan memakannya. Wajahnya tampak tak begitu senang di lihat. “kerja aja terus. Sampe bunda gak ada nanti, baru tahu rasa”
“Ck” nara berdecak kesal. Kebiasaan, nara tak suka dengan pembicaraan ngelantur ini. “gak usah ngomong gitu bun. Iya, nanti selesai kerja nara usahain” jawab nara. Di lanjut dalam hati ‘tapi boong’.
Naresh keluar dengan tampak segar, duduk di depan nara dan bunda clara. Rambut nya yang setengah basah agak acak acakan membuat nya tampak lebih muda dari usianya.
“Ck, ngapain dia kayak gitu” gerutu nara dalam hati.
“bunda kapan pulang?” tanya nara.
“Kenapa? Kamu gak senang bunda datang kesini?” tanya bunda clara sewot.
Nara menggeleng “bukan bun. Kalau masih lama, nara mau ajak bunda jalan jalan nanti malam” jawab nara. Bunda nya selalu saja su'udzon.
“Oh, kirain ngusir bunda. Kayaknya seru ya? Tapi lain kali aja. Bunda udah janji ngajakin risya jalan jalan ke play ground”
“Yah, padahal nara mau ngajakin bunda makan di luar” nara berekspresi sedih. Padahal di dalam hatinya dia sudah bersorak kegirangan, terserah lah dia mau di bilang anak durhaka. Setidaknya jika bunda nya tak disini, tidak akan ada pembahasan tentang cucu.
Selesai makan nara bersiap, dia mengganti baju dan mengambil tasnya. Terpaksa dia berangkat bersama naresh sembari mengantarkan bundanya ke halte, lalu naresh mengantarkannya ke kantor.
“Nara!” panggil naresh.
Nara yang ingin menutup pintu mobil terpaksa melongokan kepalanya. “Apa lagi sih?” tanya nya begitu emosional.
Naresh menunjuk baju nara yang terlipat dengan dagu. “Baju lo, rapihin” ucapnya.
Nara tak mengerti, dia menatap dirinya dari bawah. Dan begitu malunya menyadari sebelah ujung kemejanya terjepit celana. Alhasil dia segera menutup pintu mobil itu dan berlalu tanpa mau melihat lagi naresh. Dia sungguh malu, apalagi sudah memekik tadi.
Ah sialan!
naresh ketemu nara yh sdg jalan sm adam..posisi jadinya seri ya naresh
lanjut thor