Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.
Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.
Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadien & Varo 6
Setelah beberapa hari menghindari Varo yang terus mencari nya Nadien tetap belum mau bertemu dengan kekasih nya itu. Biarlah dirinya dianggap kekanakan atau apa namun yang jelas saat ini dirinya belum mau bertemu dengan Varo. Ditambah lagi kondisi tubuh nya yang sedang tidak fit karena pola makan nya yang terganggu, bahkan saat ini pandangan nya sedikit memburam, namun Nadien harus cepat pergi sebelum Varo yang datang kesini.
Tetapi seperti nya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, karena saat ini Varo tengah berdiri tepat beberapa meter di depan nya.
Varo yang akhir nya dapat melihat kekasih nya tersenyum lega tanpa pikir panjang Varo bergegas menghampiri Nadien. Berbeda dengan yang Nadien rasakan saat ini bukan senang bertemu dengan Varo namun pikiran nya kembali mengingat Varo dengan wanita bernama Siena itu. Rasanya kepala nya semakin terasa berat dan pusing mengingat itu semua.
Varo yang melihat Nadien memegang kepala nya merasa janggal dan benar saja saat Varo semakin mendekati kekasih nya terlihat dengan jelas wajah kekasih nya yang sangat pucat. Dan Varo segera menahan Nadien yang akan limbung.
"Kamu pucat sayang.. kita pulang sekarang ya." Ucap Varo sembari menahan Nadien, walaupun sesekali Nadien menolak nya dengan tenaga nya yang lemah. Tapi Varo tetap memegang nya dengan kuat, Kenapa kekasih nya ini sangat keras kepala.
"Aku bisa sendiri." Kukuh Nadien yang tetap menolak dan berusaha lepas dari dekapan Varo yang menahan nya.
Varo yang melihat kekeraspalaan Nadien tanpa pikir panjang langsung menggendong Nadien tidak peduli Nadien yang memberontak dalam gendongan nya. Namun saat Nadien melihat situasi akhir nya dirinya mengalah, Nadien tidak mau semakin membuat orang-orang tertuju padanya.
"Pak pulang ke mansion." Ucap Varo yang ikut masuk kedalam mobil. Nadien segera menjauh dari Varo tidak melihat nya sama sekali, fokus nya hanya melihat keluar jendela.
Varo yang melihat itu pun segera mendekati kekasih nya itu, dirinya khawatir sangat. Wajah Nadien sangat pucat saat ini Varo menyentuh kening Nadien yang terasa panas namun segera ditepis oleh Nadien.
"Aku baik-baik saja." Ketus Nadien yang sama sekali tidak mau melihat Varo.
"Bisakah kita kesampingkan dulu masalah kita, aku benar-benar khawatir saat ini." Genggam Varo menunjukkan bahwa dia benar-benar khawatir dengan kondisi Nadien saat ini.
Nadien yang mendengar Varo berucap seperti itu mau tidak mau menurunkan ego nya. Dirinya juga tidak bisa melihat Varo yang tampak berantakan saat ini. Apa karena dirinya? Apa Varo memang masih peduli padanya? Lalu kenapa Varo sampai berselingkuh di belakang nya. Pikiran-pikiran buruk itu terus menghantui nya akhir-akhir ini, namun lamunan nya buyar kala Varo membawa nya dalam dekapan Varo, rasa nya hati nya kembali lemah jika dihadapkan oleh sikap Varo yang seperti ini.
"Jangan terlalu banyak pikiran, sekarang kita fokus ke kesehatan mu dulu. Nanti aku akan jelaskan semua nya padamu, semua nya tanpa kecuali." Yang semakin menggenggam erat tangan Nadien. Setelah itu mereka hanya dilanda keheningan sampai tiba di mansion.
Setelah tiba Varo segera bergegas membawa Nadien dalam gendongan nya, tanpa ada penolakan dari Nadien sama sekali, mungkin karena kondisi Nadien yang semakin lemas hingga tidak ada tenaga untuk melawan Varo.
Sesampai nya di kamar Varo dengan lembut membaringkan Nadien di kasur queen size nya, tak lama dokter pun datang dan memeriksa Nadien.
"Bagaimana keadaan nya dok.?" Tanya Varo buru-buru setelah melihat dokter tersebut selesai memeriksa.
"Nona hanya kelelahan dan kurang tidur, tolong pola makan nya juga dijaga. Saya akan meresepkan obat dan vitamin." Jelas dokter tersebut.
"Baiklah kalau begitu dok terimakasih." Dokter itu pun pamit pergi. Varo tak lupa menyuruh maid untuk menyiapkan makan siang untuk Nadien. Sementara dirinya kini menghampiri Nadien yang terbaring di kasur nya.
"Dimana yang sakit nya hmm.?" Tanya Varo lembut sembari mengusap kepala Nadien dengan sayang.
"Kepalaku rasanya pusing dan berat." Jawab Nadien parau seakan tenaga nya terkuras habis. Kepala nya benar-benar berat saat ini.
Varo pun memijat pelan kepala Nadien untuk sedikit meringankan sakit yang dirasa Nadien. Jujur Varo sangat khawatir dengan kondisi kekasih nya yang terlihat lemas. Apalagi mereka sedang ada masalah dirinya merasa Nadien sakit karena masalah mereka ini yang belum selesai.
"Lebih baik.?" yang masih terus memijat kepala Nadien dengan perlahan.
"Hmm.. lebih baik, terimakasih."
Tak lama makanan dan obat untuk Nadien pun datang Varo pun segera membantu Nadien untuk setengah duduk agar memudahkan nya untuk makan.
"Aaaa." Perintah Varo yang sudah mengulurkan tangan nya untuk menyuapi Nadien. Nadien yang melihat kepedulian Varo padanya merasa tersentuh. Varo nya kembali seperti dulu, Nadien dengan semangat menerima suapan demi suapan yang Varo ulurkan padanya, Walaupun masih terselip ego nya.
"Minum dulu, setelah itu minum obat." Nadien hanya mematuhi segala arahan yang diucapkan Varo padanya.
Setelah selesai semua nya Varo kembali memanggil maid untuk membereskan ini semua. Lalu Varo kembali menghampiri Nadien dan ikut berbaring di samping nya.
"Sudah lebih baik.?" Tanya Varo yang kini tengah menghadap Nadien.
Nadien hanya mengangguk sembari membalas tatapan Varo padanya."Kalau begitu istirahat lah sekarang, aku akan tetap disini." Nadien yang melihat sosok Varo yang ia kenal langsung menghambur dalam pelukan nya.
"Jangan pergi." Lirih Nadien dalam pelukan Varo sebelum dirinya tertidur akibat obat yang sudah dimakan nya.
"Tidak akan." Namun bukan hanya Nadien saja yang tertidur, Varo pun ikut terlelap bersama Nadien dalam pelukan hangat yang mereka salurkan satu sama lain.
***
Tak terasa malam pun datang, Nadien mengerjapkan mata nya beberapa kali sebelum kemudian terbangun setelah sadar bahwa dirinya kini dalam posisi sedang berada dalam pelukan Varo yang masih terlelap.
Nadien melihat wajah Varo dengan seksama hingga tanpa sadar tangan nya menelusuri wajah Varo, dirinya tidak rela jika Varo harus pergi. Tapi dirinya tidak sanggup setelah melihat kejadian itu. Apakah dirinya salah bersikap seperti ini?
"Sudah bangun.?" Nadien menjauhkan tangan nya saat mendengar suara serak Varo yang baru terbangun. Setelah nya Nadien mencoba melepaskan pelukan Varo yang masih melingkar padanya nya. Namun nihil, Varo justru semakin mengeratkan pelukan nya dan membawa Nadien semakin masuk dalam pelukan nya. Posisi nya kini mau tidak mau sedikit mendongak kearah Varo.
"Sudah lebih baik? masih terasa pusing atau tidak.?" Tanya Varo sembari memegang kening Nadien memastikan apakah kekasih nya itu masih demam atau tidak. Soal nya setelah Nadien terlelap Varo pun ikut terlelap namun hanya sebentar karena Nadien yang kembali demam dan mengigau. Hingga Varo pun kembali terbangun dan mencoba menenangkan Nadien agar terlelap kembali dengan nyaman.
Setelah itu dirinya tidak bisa tidur sepenuh nya, hanya tidur yang masih setengah sadar karena menjaga Nadien yang sesekali masih gelisah dalam tidur nya.
"Pusing nya sudah mulai berkurang, namun badan ku rasa nya pegal semua." Ungkap Nadien menjelaskan kondisi yang ia rasakan saat ini.
"Baiklah kalau begitu, besok jangan dulu masuk kuliah aku akan minta izin untuk mu, aku pun akan izin besok."
"Tidak usah." Tolak Nadien yang tidak mau Varo ikut tidak masuk karena nya.
"Tolong jangan membuat ku semakin merasa bersalah sayang." Tegas Varo final.
"Aku sangat khawatir saat ini, tolong mengerti." Lanjut Varo yang melihat Nadien terdiam karena ucapan nya.
"Baiklah."
"Ya sudah aku akan ke dapur membuatkan makanan kesukaan mu." Ujar Varo melepas pelukan nya dan melangkah kan kaki nya menuju dapur mansion kekasih nya.
Sementara Nadien yang melihat itu hanya tersenyum miris apakah Varo hanya merasa bersalah saja bukan karena peduli padanya. Apakah ini hanya salah satu sikap membujuk nya agar tidak mengungkit kembali kejadian itu atau bagaimana. Rasa nya kali ini Nadien dilanda dilema yang sangat hebat apakah mempertahankan atau melepaskan cinta nya yang sudah lama ia dambakan. Tanpa terasa air mata nya turun yang semakin lama semakin deras mengalir di kedua pipi nya.
Tak berapa lama Varo datang membawa makanan yang telah ia buat untuk Nadien, Namun saat masuk Varo melihat Nadien yang sedang berdiri di balkon kamar nya. Kenapa kekasih nya itu memilih berada di luar kamar sementara kondisi fisik nya masih lemah.
Varo pun meletakkan makanan yang ia bawa di meja nakas Nadien dan segera menghampiri Nadien yang sedang terdiam dan segera menyampirkan selimut tipis di pundak Nadien yang membuat kekasih nya itu menoleh kaget.
Varo dapat melihat mata Nadien yang sedikit bengkak, Nadien tidak bisa menyembunyikan apapun dari nya tidak setelah mereka menjalani hubungan beberapa bulan ini. Walaupun terkadang dirinya pun tidak peka dan ego nya yang mendominasi.
"Kenapa disini? kita masuk ya di luar dingin kau sedang sakit sekarang." Ajak Varo yang langsung dituruti oleh Nadien.
Setelah sampai di dalam Nadien berjalan kearah sofa kamar nya, dirinya merasa seperti sakit parah jika harus makan di tempat tidur seperti siang tadi.
"Aku sudah buatkan makanan kesukaan mu."
Nadien tersenyum melihat makanan kesukaan nya tersaji di depan nya, terlebih Varo sendiri yang membuat nya. Nadien mencoba mengesampingkan dulu pikiran-pikiran kalut nya dan lebih memilih menikmati kebersamaan nya bersama Varo.
"Aaa..."
"Aku bisa sendiri sekarang." Tolak Nadien yang tidak mau disuapi lagi oleh Varo, lebih tepat nya dirinya malu karena tak bisa berkutik di bawah tatapan kekasih nya. Varo segera menjauhkan piring dari jangkauan Nadien yang ingin merebut nya.
"Harus berapa kali kubilang..."
"Iya.. iya baiklah." potong Nadien yang malas mendengar kembali rentetan omelan Varo padanya.
Varo pun kembali menyuapi Nadien dengan senang hati baru setelah ini dia akan menanyakan penyebab kekasih nya itu menangis dan berdiam diri di balkon kamar nya tadi.
Setelah beres Varo segera menyodorkan obat yang harus diminum oleh kekasih nya itu. Lalu Varo kembali menggendong Nadien untuk dibaringkan di kasur nya. Nadien hanya pasrah saja dengan segala perlakuan Varo padanya.
Keheningan kembali melanda mereka berdua, Nadien yang mencoba tidur dan Varo yang bingung harus menjelaskan nya darimana.
"Boleh kita bicara sebentar.?" Varo menunggu Jawaban dari Nadien yang tengah membelakangi nya dengan selimut yang menutupi badan nya kecuali dari leher ke wajah.
Nadien tidak langsung menjawab namun dirinya juga penasaran penjelasan apa yang akan di utarakan Varo padanya.
Tak lama Nadien pun mengangguk dan berbalik kearah Varo.
"Baiklah, aku akan mulai bahwa aku mendapatkan pekerjaan baru."
"Jadi wanita itu...."
"Jangan potong... biar aku jelaskan dulu baru kau memberi kesimpulan." Ujar Varo kala melihat Nadien yang memotong penjelasan nya.
Nadien pun menahan segala pertanyaan nya dan mendengarkan dengan baik penjelasan Varo selanjut nya.
"Ya kau benar... Siena adalah rekan kerja ku. Jujur aku banyak mendapat ilmu dan pengalaman dari nya."
Nadien yang mendengar Varo memuji wanita lain di depan nya, rasanya sangat sesak mata nya sedikit berembun namun Nadien tahan, dirinya tidak mau terlihat lemah di depan Varo saat ini. Walaupun nyata nya kondisi tubuh nya sangat amat lemah.
" Tapi hanya sebatas itu saja, Siena pun sudah memiliki tunangan sayang dan mereka sebentar lagi akan menikah."
Nadien terdiam mencerna semua penjelasan Varo, jadi dirinya hanya salah paham saja. Dan ternyata selama ini pikiran-pikiran negatif nya itu tidak ada guna nya.
"Tapi sejak kapan kamu pindah kerja.?" Tanya Nadien penasaran karena Varo juga tidak memberitahu nya.
"Sekitar... 1 bulan yang lalu seperti nya." Ucap Varo sedikit ragu apakah dirinya akan mengungkap kan pekerjaan nya yang sekarang, yang notabene nya bekerja di perusahaan ayah sang kekasih.
"Dimana.?" Tanya Nadien beruntun.
"Di... " Varo sedikit lama saat akan menyebutkan tempat nya bekerja sekarang.
"Kenapa kamu ragu, ada yang masih kamu sembunyikan.?" Dengan tatapan memicing Nadien kembali layangkan kearah Varo.
"Tidak.. bukan seperti itu tapi... bagaimana aku menjelaskan nya." Ucap Varo frustasi.
"Ya sudah kalau kau tidak mau menjelaskan." Ucap Nadien yang langsung berbalik badan kembali membelakangi Varo.
Varo pun menghela napas panjang seperti nya dia harus mengalah saat ini dan sedikit mengkhianati Christian ayah Nadien.
"Aku bekerja di Durrant company."
"Apa!!" Pekik Nadien yang kembali berbalik badan tak percaya dengan apa yang dikatakan kekasih nya. Apa dirinya tidak salah dengar? Apa benar Varo bekerja di perusahaan ayah nya.
"Ya kau tidak salah dengar, aku bekerja di perusahaan ayahmu."
"Bagaimana bisa.?" Ucap Nadien yang masih tidak percaya.
"Kalau yang itu biar aku jelaskan lagi nanti, sekarang waktu nya kau tidur."
"Tapi.. "
"Tidak ada tapi - tapi sayang, sekarang waktu nya istirahat. Akan kulanjutkan lagi nanti, yang jelas saat ini kau sudah tidak salah paham lagi padaku kan.?" Dengan sayang Varo mengusap lembut surai panjang kekasih nya.
"Maaf.." Lirih Nadien yang merasa bersalah karena sikap nya yang langsung buru-buru menyimpulkan semua nya. Padahal pemikiran nya belum tentu benar.
"Tidak apa-apa sayang, tapi lain kali jangan seperti ini oke. Aku ingin kau mengungkapkan kegelisahan mu padaku, apalagi itu menyangkut hubungan kita." Dengan perhatian Varo memberi penjelasan untuk kekasih nya agar lebih bijak lagi kedepan nya.
" Ya.. baiklah aku akan berusaha merubah sikap ku yang kemarin." Senyum Nadien yang kini dapat tersenyum dengan lega. Karena ketakutan nya itu tidak terbukti.
"Besok kau juga harus minta maaf kepada Siena oke, aku akan memanggil nya kesini lagipula dia juga termasuk karyawan ayah mu."
"Baiklah." Angguk Nadien setuju karena dirinya juga merasa bersalah kepada Siena yang telah menjadi korban siraman nya.
"Good girl... Baiklah sekarang waktu nya kau istirahat."
"Aku akan disini menemanimu." Lanjut Varo yang ikut berbaring disebelah Nadien.
Nadien pun segera memeluk Varo dengan nyaman dan mencoba tidur, kali ini tidur nya dapat terasa nyenyak dan tenang karena permasalahan nya telah selesai.