Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak Terduga Yang Membahagiakan Jendral
Tidak ada yang mencela tindakan sang Jendral, raja malah menunjukkan wajah sumringah, mengira sang Jendral menyukai hadiah darinya.
"Angkat wajahmu, disini tidak ada orang." Perintah sang Jendral.
Wanita itu masih menunjukkan keengganannya karena perasaan cemas harus berhadapan dengan seorang Jendral, namun bukan hanya itu, ada sesuatu yang ingin disembunyikannya.
Jendral Manik meraih dagu wanita penari tersebut, memaksanya mengangkat muka.
Mereka bersirobok pandang, sepasang mata bening dengan bola mata lebar berwarna coklat terang serta bulumata lentik bersitatap dengan mata elang dan kelam dengan alis tebal milik Jendral Manik.
Sesaat sang Jendral terpesona dengan tatapan yang memikat hatinya, lebih terpana lagi, hatinya seketika bergumam...
Dimana wajah ini pernah kulihat? aku merasa mengenalnya, terasa sangat dekat denganku. Jendral terus berfikir dalam hatinya, menimbulkan rasa penasaran untuk mencari tahu tentangnya.
Dia bukan pria yang mudah untuk menyerah pada seorang wanita, meski banyak wanita yang mencoba bergayut padanya di setiap tempat hiburan yang dimasukinya.
Sesungguhnya bukan keinginan hatinya memasuki tempat-tempat yang dipenuhi wanita cantik, namun terkadang rasa jenuh dari anggota pasukannya yang juga memerlukan relaksasi membuatnya kadangkala mengajak mereka memasuki tempat hiburan.
Nona darimana asalmu? rasa ingin tahu membuat Jendral Manik sesaat melupakan harga dirinya yang tinggi.
Wanita itu tidak menjawab, hanya matanya tetap menatap Jendral Manik, kelopak bibirnya yang indah merekah terasa sangat mengundang, mengundang keinginan dalam hati pria itu untuk menyentuhnya.
Deru nafasnya yang cukup kencang menerpa wajah penari cantik dan belia itu, mencoba bertahan dengan rasa siksaan karena harus menahan debaran jantungnya yang kencang.
Jendral Manik tahu, wanita itu gemetar, itu bisa dirasakannya dan itu yang membuatnya sangat penasaran.
Ada apa? seorang penari terkenal biasanya sudah mengenal banyak pria, mereka mungkin sudah menganggap pria sebagai seekor kucing yang mudah ditaklukkan dengan belaian dan ucapan bujuk merayu dan suara merdu.
Tapi wanita ini berbeda, dia tampak cemas dan ketakutan seakan dia tidak terbiasa disentuh pria, kecuali perasaan mereka sama, seakan mereka telah pernah saling mengenal di masa lalu.
"Jawablah nona, apa kau mengenalku?" Jendral Manik terus menatap bibir mungil merekah indah itu, sangat menggodanya untuk mencicipi rasanya.
Wanita itu menggeleng membuat kesal Jendral Manik.
"Apa susahnya menjawab? apa kau bisu?" Bisik Jendral Manik kesal, disambarnya bibir itu dengan bibirnya seketika membangkitkan rasa senang di hatinya tiada terkira saat melihat mata wanita itu membola dalam keterkejutan dengan muka bersemu merah, pipinya putihnya merona.
Sangat menarik. Bathinnya berbunga, belum pernah melihat gadis penari yang begitu peka dan pemalu, nalurinya sungguh terjebak dalam hayalan mesum.
Wanita itu sesaat membatu, namun kemudian segera tersadar dan kontan mendorong Jendral Manik kemudian berlari menjauh.
Jendral Manik hanya bisa tersenyum lebar. Sepanjang malam itu ia tersenyum dengan hati dipenuhi perasaan senang.
Jendral Manik memikul banyak tugas dan tanggung jawab, ia tidak memiliki banyak waktu di kota Dron, namun lewat anggotanya ia sudah tahu wanita penari itu bernama Mia, ikut dalam rombongan Sirkus terkenal dan berkeliling dari kota ke kota mengadakan pertunjukan.
Sesungguhnya hatinya berkeinginan untuk menemui wanita yang memiliki bibir indah dan rasa bibir itu sungguh em buatnya mabuk kepayang.
Belum pernah ia begitu ingin menyentuh bibir wanita seperti itu, ia sendiri heran dengan dirinya, mengapa baru kali ini bibir seorang wanita terasa begitu menggoda.
Mungkin karena bibir itu berwarna merah alami, tidak nampak pewarna bibir tebal disana, bibirnya sangat manis, merah alami dan bentuk serupa kelopak bunga, sangat rapuh dan menantang untuk disentuh.
Sayang, pertemuan yang sangat singkat. Keluh Jendral Manik ketika itu, karena ia harus kembali ke ibukota negaranya karena tugas sebagai pasukan perdamaian telah selesai.
Terlebih lagi laporan yang datang mengabarkan tentang kejadian di kediamannya yang dibawa oleh mata-matanya tentang nasib Nakki, istrinya ketiganya.
Hatinya dipenuhi kemurkaan, dan ia merasa harus segera kembali, Jendral yang penuh rasa tanggung jawab sehingga ia mampu melupakan kesenangan pribadinya.
Namun hari ini, mendengar pembicaraan anggota pasukannya, tentang kehadiran rombongan sirkus di sekitar wilayah perbatasan yang akan mereka datangi untuk tugas selanjutnya, hatinya menjadi bergolak tidak menentu.
Muncul rasa senang tiada terkira, seakan diterpa angin yang teramat menyejukkan begitulah hatinya merasakan kebahagiaan.
Jendral Manik berbaring diatas bantal-bantal tebal dan nyaman dalam keretanya dengan menopang kedua tangan di bawah kepala sambil menerawang mengingat kembali satu wajah teramat cantik dan menggoda yang pernah ditemuinya.
Terlebih teringat sentuhan bibir mereka yang menimbulkan sensasi teramat nikmat dan manis yang pernah dirasakannya, keinginan untuk melihat wajah itu, dan kalau bisa dapat merasakan kembali rasa manis dari bibirnya.
Kereta melaju cukup cepat seiring sore yang mulai turun, hujan yang tiba-tiba turun cukup untuk membuat pasukan itu berhenti sesaat menyiapkan tempat berteduh,
Keriuhan pasukan yang menambatkan kuda-kuda di batang pohon, menepikan kereta lalu mendirikan tenda darurat.
Jendral Manik yang tadinya beristirahat di dalam kereta segera turun setelah mengenakan mantel anti air yang cukup tebal, ia segera bergabung dengan kesibukan pasukannya.
Usianya masih sangat muda saat menjabat sebagai Jendral sehingga perasaan sebagai atasan tidak membuatnya angkuh untuk urusan kemanusiaan seperti itu.
Jendral muda yang dapat membedakan saat berada dalam kondisi tugas dan kondisi biasa itu membuatnya turun tangan membantu menyiapkan tenda.
Jendral dan pasukannya sama-sama menikmati turunnya hujan, entah mengapa mendengar berita tentang rombongan sirkus seakan memberi gairah baru dalam dirinya, anak buahnya yang mengenal Jendral mereka dengan watak cukup pendiam menjadi sedikit terhibur.
Pasalnya, Jendral kerap mengajak mereka beristirahat dan mendatangi tempat hiburan, namun Jendral selalu memilih duduk sendiri atau pergi ke tempat lain, tapi hari ini Jendral menunjukkan kalau dirinya mau berkumpul bersama.
Seusai serah Terima tugas prajurit baru dan prajurit lama yang bertugas, Jendral mengajak beberapa orang anggota pasukan khususnya untuk berpatroli di beberapa tempat.
Mereka mengenakan pakaian biasa layaknya rakyat kebanyakan, memasuki sebuah tempat makan, seseorang berpakaian berbeda dari pakaian pelayan menyambut mereka.
"Selamat datang kembali Jendral." Sambut pria masih cukup muda itu dengan suara rendah, dan rupanya pemilik rumah makan yang sudah mengenali siapa tamunya.
"Terimakasih, tolong siapkan makan siang untuk beberapa anak buahku." Pinta Jendral Manik dengan sikap tenangnya
"Baik Jendral, silahkan duduk di tempat biasanya." Pria itu mengantar Jendral ke sebuah ruangan khusus.
Baru beberapa langkah..
"bruk..."
Seseorang menubruk tubuh kekar Jendral ?Manik hingga hampir terjatuh, dan minuman yang sementara dipegangnya membasahi pakaian sang Jendral.
Jenderal segera meraih lengan wanita yang menabraknya sebelum terjatuh ke lantai, tatapan mereka bertemu dan lonjakan terkejut dirasakan oleh keduanya, namun dengan segera Jendral Manik merubah mimik wajahnya dengan sikap dingin dan melepaskan lengan sangat wanita setelah berdiri tegap.
"Dapat kau, kau datang sendiri padaku." bisik Jendral Manik girang, di dalam hati.
"Kau... eh... anda... Jend...." Wanita menunjukkan kegugupan yang sangat jelas, namun ucapannya dipotong oleh Kepala prajurit yang mendampingi Jendral Manik.
"Kau sangat terburu-buru Nona, lihat baju tuanku basah dan kotor kena tumpahan minumanmu." Kepala prajurit itu menangkap pertanda dari tuannya lewat gerakan mata dan sikap tuannya.
"Aku... aku tidak sengaja tuan, maafkan kecerobohan ku." Wanita itu membungkukkan tubuhnya dengan rasa menyesal.
"Akh... kenapa bisa bertemu di sini." Gumamnya pelan.
"Apa maksudmu, Nona?"
"Eh... tidak, maksud temanku kami tadi buru-buru karena sudah ditunggu keluarga kami, hingga tidak memperhatikan jalan, maafkan kami." Ucap wanita yang satunya.
"Oh begitu. Tapi maaf, temanmu harus bertanggungjawab karena mengotori baju tuanku." Tegas Kepala Prajurit yang juga berpakaian kebanyakan.
"Hah, tapi ini kan tidak sengaja, kenapa temanku harus bertanggungjawab?" Sesungguhnya mereka mengenali pria-pria dihadapan mereka, namun mereka mencoba mencari cara untuk bisa lolos.
"Kalian harus ikut, temanmu harus membersihkan baju tuan kami, kalau tidak, kalian harus mengganti dengan pakaian baru seharga 100 keping emas karena baju tuanku sangat mahal, dan selain itu kalian merusak acara tuanku yang akan mengadakan pertemuan penting, tapi tidak mungkin dengan baju kotor dan basah begini." Pria itu berkeras.
Kedua wanita itu saling pandang, merasa kesal dengan keputusan sepihak itu.
"Tidak bisa begitu tuan, bagaimana kami mengganti sebanyak itu?" ucap wanita yang lain, sementara wanita yang menabrak, tidak lain adalah Nakki.
Jendral Manik mengenalinya sebagai Mia, wanita penari yang pernah dihadiahkan raja Dron padanya, namun tiba-tiba melarikan diri dan waktu itu Jendral Manik tidak punya waktu untuk mencarinya karena harus segera kembali ke negaranya atas panggilan raja.
Kalau wanita itu bukan Mia, gadis yang menimbulkan rasa penasaran di hati Jendral Manik karena merasa sudah mengenalnya, mungkin Jendral Manik tidak akan menghiraukannya.
Namun wanita itu telah menorehkan satu perasaan lain di hati sang Jendral, jadi tak mungkin Jendral melepasnya begitu saja.
"Anda tidak bisa begitu tuan, ijinkan kami kembali, suami kami sedang menunggu." Ucap Mia akhirnya dengan perasaan was-was.
"Suami? Cih...." Jendral ingin tertawa. Anak buahnya sudah menceritakan semua tentang riwayat gadis-gadis penari yang ada di rombongan sirkus.
Mereka semua masih belia dan belum ada yang berkeluarga, kecuali beberapa anggota sirkus yang menjadi pimpinan rombongan.
"Sayang sekali. alasan kalian tidak bisa diterima, kalian tetap harus ikut kami atau memberi ganti rugi." Kepala Prajurit tidak ingin mengalah.
Tiba-tiba Mia memberi perlawanan setelah memberi kode pada Jeni, mereka dengan lincah mendorong beberapa pria tersebut dan segera berlari kencang keluar dari rumah makan.
Tindakan tiba-tiba itu, cukup mengejutkan, dan beberapa anggota pasukan yang tadinya sudah berada di tempat duduk masing-masing, hendak berdiri, namun mendapat tanda untuk tetap di tempat sambil menanti hidangan yang akan datang.
Sementara Jendral Manik dan Kepala Prajurit yang merupakan juga sahabat dekatnya yang bernama Ringgu itu, berjalan dengan tenang keluar dari rumah makan.
Mereka mendapat tanda dari beberapa pasukan yang menyamar diluar, kemana arah larinya kedua wanita tersebut, hingga memudahkan mereka untuk melacak kepergiannya.