NovelToon NovelToon
Mereka Yang Membelokkan Takdir

Mereka Yang Membelokkan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:369
Nilai: 5
Nama Author: Rizky

seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16~ Pertarungan untuk Mengingat, Bukan untuk Melupakan

Rahel tetap fokus menatap arena, matanya dipenuhi amarah saat ia menantang tunangannya, Lion. Para penonton bersorak riuh, seolah tak sabar menunggu pertarungan yang dijanjikan penuh kejutan ini.

Tatapan dingin Rahel mengunci Lion, yang berdiri di hadapannya. “Kuharap kamu kembali menjadi dirimu yang dulu,” ucap Lion dengan suara kecil, penuh harapan yang tenggelam dalam kebisuan.

Pertarungan dimulai. Kyio, dari atas arena, memperhatikan dengan tajam. “Dia menyembunyikan sisi yang tidak terduga. Ini semakin menegangkan... bagaimana akhir dari pertarungan ini?” pikirnya, mengantisipasi setiap gerakan.

Rahel tak membuang waktu. Dengan tegas, ia mengerahkan sihir darahnya. “Bangkitlah, Bloodlink Chains!” Serangan rantai darah terbentuk, memecah udara menjadi tujuh bagian yang mengerikan, langsung menargetkan Lion.

“Kamu sudah jauh lebih kuat, Rahel... tapi, kenapa dalam setiap seranganmu aku merasakan kesepian yang mendalam?” kata Lion, menghindari rantai yang semakin mendekat, melompat ke samping hingga terpojok.

Kilasan Memori

“Aku sering dibully, dan Rahel... dia yang selalu melindungi ku.” Kenangan itu terlintas di benak Lion, saat ia mengingat bagaimana Rahel pernah berdiri di sisinya, melawan para pelaku pembullyan.

Namun, ketika situasi berbalik, Rahel menjadi korban. Saat itu, Lion hanya bisa berdiri, diam dan tak berdaya.

Bullying semakin parah, hingga tongkat sihir pemberian orang tua Rahel patah, dalam salah satu kejadian itu. Rahel pun menghilang dari akademi selama lima tahun.

Ketika ia kembali, Rahel sudah berubah. Ia tak lagi menunjukkan siapa dirinya, menyembunyikan luka-luka batinnya di balik senyuman tipis yang penuh rahasia.

Kilasan Memori Berakhir

Lion kembali ke realitas dan mengerahkan teknik sihirnya dengan tenang. “Awaken, Calm Waters.” Dengan gerakan elegan, serangannya menghancurkan rantai darah Rahel seketika. “Rahel... apakah kamu marah padaku?”

Namun, Rahel tampak semakin terguncang. Kepalanya berdenyut sakit, ingatannya kabur. Tanpa sadar, ia memanggil sihir terlarangnya. “Ahhh... Rampaging Blood Chains!” Rantai-rantai darah mengamuk, menyerang tanpa kendali, menyebar ke seluruh penjuru arena, memorak-porandakan segalanya.

Penonton yang tadinya bersorak gembira kini berlarian ketakutan, berusaha keluar dari arena. Namun, pintu-pintu keluar sudah ditutup rapat oleh rantai darah yang siap memangsa siapa saja yang ada di dalam.

Rahel kehilangan kendali sepenuhnya. “Apakah aku ini... sedemikian menyedihkan?” batinnya tenggelam dalam pusaran sihir yang kian memeluknya erat.

Lion, meski dalam bahaya, terus maju mendekati Rahel. Setiap rantai yang mengamuk dihadapinya dengan kekuatan penuh. Namun, dari atas langit, sebuah tombak darah muncul, melesat dengan kecepatan yang mengerikan menuju arena.

Kyio, yang kagum dengan kekuatan tersebut, tak tinggal diam. Ia segera memanggil hoverboard-nya dan meluncur menuju tombak darah itu.

Tepat sebelum tombak menghantam, ia berseru, “Sudah cukup main-mainnya. All-Encompassing Particle!” Gumpalan sihir menghisap tombak darah itu, memadatkannya dalam sekejap. Kyio membentuk tombak dari energi sihir tersebut dan mengarahkannya langsung ke Rahel.

“Aku yakin ada kejutan yang akan datang,” ucap Kyio. Tombaknya melesat cepat, menembus udara dengan presisi.

Lion, melihat bahaya itu, melindungi Rahel dengan tubuhnya. Tombak itu menusuk tubuhnya, darahnya memuncrat ke pipi Rahel. Saat itulah, Rahel perlahan tersadar dari amukannya.

“Maafkan aku... lima tahun lalu aku tak bisa menolongmu ketika kamu terpuruk. Ini mungkin ganjaran yang pantas bagiku,” ucap Lion dengan napas tersengal, darah terus mengalir dari mulutnya.

Rahel, dengan air mata mengalir deras, menatap wajah Lion yang perlahan memudar. “Lion... apakah itu kamu?” bisiknya, ingatan masa lalunya kembali menghantam. Tapi kini, ia histeris melihat Lion yang semakin lemah, darahnya menggenang di arena.

“Kamu... kamu mengingatku, Rahel... Kembalilah menjadi dirimu yang dulu. Jika masih ada waktu... aku ingin melihatmu tersenyum lagi.” Lion perlahan menutup matanya.

“Lion... maaf... maaf... aku tidak menyadarinya...” Rahel hanya bisa menangis dalam pelukannya, tubuhnya gemetar saat melihat Lion tak sadarkan diri. Amukan sihir di arena mulai mereda.

Kyio, yang sejak tadi mengawasi dari atas, segera menyiapkan bidikan botol penyembuhan yang ia bawa. Botol itu melesat tepat ke arah Lion, menyentuh tubuhnya. Seketika, tubuh Lion bersinar, luka di perutnya perlahan sembuh. Lion membuka matanya dengan pandangan bingung.

“Apa... ini?” bisik Lion, terheran-heran. “Apakah ini yang disebut rumah baru bagiku?”

Rahel, yang melihat Lion mulai sadar, langsung memeluknya erat, menangis dengan keras. Lion, yang masih terkejut, berkata lemah, “Apakah ini... mimpi?”

“Maafkan aku, Lion... maaf karena aku tidak pernah menyadarinya sejak awal...” tangis Rahel semakin deras, mencurahkan segala rasa bersalah dan penyesalan yang telah ia pendam selama ini.

Rahel terus memeluk Lion, tubuhnya bergetar hebat di antara isakan tangis. Hatinya hancur melihat Lion yang hampir kehilangan nyawanya hanya karena mencoba menyelamatkannya dari kehancuran yang ia sendiri ciptakan.

“Kenapa kamu begitu bodoh, Lion… Kenapa kamu selalu memilih menyelamatkan orang lain daripada dirimu sendiri?” ucapnya lirih, hampir tak terdengar di tengah kegaduhan arena.

Lion yang kini sadar sepenuhnya, mengangkat tangannya yang lemah dan menyentuh wajah Rahel dengan lembut. “Kau tahu, Rahel... Bagiku, kamu adalah segalanya. Sejak pertama kali kita bertemu, aku tak pernah bisa melihatmu terluka tanpa merasa tersiksa sendiri. Bahkan jika harus mengorbankan nyawaku, aku akan melakukannya lagi,” jawabnya, suaranya lembut namun pasti.

Kyio, yang kini berdiri di tepi arena, memperhatikan keduanya dengan tatapan rumit. Dalam benaknya, ia merenungkan peristiwa yang baru saja terjadi.

Amukan sihir Rahel bukanlah sekadar manifestasi kekuatan, tetapi cerminan dari jiwanya yang terluka. Luka yang selama bertahun-tahun ia pendam, dan kini meledak dalam bentuk sihir yang tak terkendali. Kyio paham betul, bahwa Rahel sedang berjuang dengan dua sisi dalam dirinya—sisi yang haus akan kekuatan dan sisi yang masih merindukan kedamaian masa lalunya.

Penonton di arena yang tadinya ketakutan, kini mulai tenang setelah sihir Rahel mereda. Mereka perlahan-lahan kembali ke tempat duduk mereka, terpesona oleh drama yang sedang berlangsung.

Sorak-sorai kegirangan sebelumnya kini berubah menjadi keheningan penuh hormat, seolah mereka juga merasakan beratnya beban yang dipikul Rahel dan Lion.

Sambil tetap memeluk Lion, Rahel menatap mata tunangannya dengan perasaan yang sulit diungkapkan. “Aku tidak pantas menerima pengorbananmu. Lima tahun aku hidup dalam bayang-bayang, menyembunyikan diriku karena aku merasa gagal. Gagal sebagai teman, gagal sebagai seseorang yang pernah kau cintai.” Suaranya mulai gemetar lagi, tapi kali ini ada kemarahan di dalamnya, bukan hanya kepada Lion, tetapi juga kepada dirinya sendiri.

Lion tersenyum lemah, meskipun tubuhnya masih terasa lemas. “Rahel, kamu tidak gagal. Kamu hanya tersesat. Tapi, sekarang kamu punya pilihan untuk kembali. Aku selalu percaya padamu,” ucapnya dengan penuh keyakinan, meskipun luka yang dirasakannya belum sepenuhnya sembuh.

“Percaya...” gumam Rahel, kata itu bergema dalam pikirannya. Bisakah dia mempercayai dirinya sendiri lagi? Setelah semua yang dia lalui, setelah semua kehancuran yang dia sebabkan? Tapi saat dia melihat Lion, yang masih tersenyum meski hampir kehilangan nyawanya, sesuatu dalam dirinya berubah. Seperti ada sinar yang meresap kembali ke hatinya, menggantikan kegelapan yang selama ini mendominasi.

Mereka kembali seperti dulu lagi hubungan Lion dan Rahel hingga dimana pertunangan di batalkan , karena mereka memiliki tujuan yang sama “ kami akan membangun perdamaian yang ada.”

Ungkapan mereka dengan tujuan yang sama untuk kedepannya menggapai tingkatan yang lebih baik.

1
AteneaRU.
Menarik dari setiap sudut
RIZKYs: 😉 sungguh ini akan semakin menarik
total 1 replies
Ryoma Echizen
Terima kasih thor, cerita ini membuatku semakin mencintai dunia literasi. ❤️
RIZKYs: sungguh hal yang hebat kamu menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini , jgn lupa besok update episode terbaru tentang kelanjutan " pesan terakhirku untuk takdir"/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!