NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 4

SKUAT INDIGO 4

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Horror Thriller-Horror / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Baras kabur dari neraka. Ia melarikan diri ke bumi untuk bersembunyi. Handari penjaga pintu neraka mengejarnya.

Baras merekrut makhluk gaib golongan hitam untuk membantunya melawan Handari.

Tapi itu tidak akan mudah. Karena golongan putih berpihak kepada Handari.

Terjadilah perang besar. Sejauh mana makhluk bumi terlibat dalam masalah ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DESA TERKUTUK

Akbar, Hamka, dan Wati pergi ke sebuah tempat terpencil. Tujuan mereka adalah sebuah desa yang terletak di daerah pelosok yang jauh.

Mereka terlebih dahulu naik pesawat udara untuk sampai di wilayah yang dimaksud. Selanjutnya mereka bertiga meneruskan perjalanan dengan menggunakan mobil dimana Hamka yang menjadi juru supirnya.

“Kenapa tidak naik kuda terbang lagi?”,

“Pasti akan jauh lebih cepat”, kata Akbar.

“Ini termasuk dalam rencana. Kita harus seminimal mungkin memberikan petunjuk tentang pergerakan pihak kita kepada lawan. Waktunya masih cukup”, Hamka memberikan penjelasan.

Dari bandara ke lokasi tempat yang dituju Hamka dan kawan-kawan butuh waktu setengah hari untuk sampai di sana. Itu juga baru sampai di kotanya saja.

Kurang lebih 6 jam perjalanan kemudian.

“Ini tempatnya?”, tanya Akbar.

“Ini baru sampai kecamatan. Masih sekitar dua jam lagi”, jawab Hamka.

“Kenapa berhenti?”, tanya Akbar.

“Kita makan dulu. Di sini ada tempat makan legend”, kata Hamka.

“Ayo Wati turun kita makan dulu”, ajak Hamka kepada Wati yang sepanjang perjalanan banyak diam.

Obrolan di sela-sela makan.

“Ini masih mending kita datang ke sini sekarang. Jalannya sudah diperbaiki. Dulu kalau kemari jalannya parah. Dan hanya ada satu jalan saja. Sekarang sudah bisa lewat tol”, Hamka bercerita.

“Pak, nambah satu porsi lagi ya. Bakso saja tanpa mie”, Akbar nambah.

“Siap mas, memangnya pada mau kemana mas?”, tanya penjual bakso.

“Kita lagi jalan-jalan saja pak, explore”, jawab Hamka mendahului Akbar.

Hamka tidak ingin misi mereka sampai bocor. Meski tidak ada yang mencurigakan baik dari kalangan manusia atau pun makhluk astral di sekeliling mereka. Tapi ia sangat berhati-hati.

Selesai makan mereka melanjutkan perjalanan. Di dalam mobil itu ada sebuah momen akward berbentuk segitiga diantara para penumpangnya.

Akbar jelas sekali ia naksir kepada Wati. Bahkan lebih menjurus ke nafsu karena body goal dari seorang Wati. Tidak heran jika Salima selalu menaruh mata kepada Akbar.

Sementara itu Wati justru menaruh simpati kepada Hamka. Siapa juga yang tidak tertarik dengan Hamka. Sudah ganteng. Tinggi. Pakaiannya rapi dan wangi. Bicaranya juga santun. Tidak seperti bapak-bapak yang duduk di sebelahnya. Berantakan. Wati yakin kumis Akbar sudah berminggu-minggu tidak dicukur.

Hamka sendiri sejauh ini masih belum punya pacar. Ia masih jomblo karena kesibukannya. Ia juga kurang percaya diri kalau berhadapan dengan perempuan. Sebetulnya ia ingin curhat tentang Wati yang diam-diam ia taksir kepada Akbar, tapi masih menunggu momen yang tepat.

Sampailah mereka di tempat yang di tuju. Sebuah desa yang terletak di paling ujung daerah tersebut. Mereka sampai di sana ketika hari sudah malam.

Hamka memarkir mobilnya di samping tempat ibadah yang terletak di sebuah pasar. Pasar yang telah sepi karena sudah tutup. Di seberang jalan ada pemukiman penduduk. Rumah-rumah warga dengan lampu-lampu yang telah menyala.

“Ayo kita jalan”, ajak Hamka.

“Bukan ke sana”,

Hamka menghentikan Akbar yang berjalan duluan. Akbar hendak melintasi jalan raya untuk pergi ke desa di seberang jalan. Tapi rupanya bukan desa itu tujuan mereka.

“Kemana?”, tanya Akbar.

“Lewat sini”, jawab Hamka.

Mereka berempat berjalan memasuki sebuah kawasan hutan. Desa itu dulunya terletak di sebuah hutan dekat perbukitan di dalam sana.

“Kenapa tidak ada jalan setapaknya?”, tanya Wati.

“Dahulu waktu desa itu masih ada, ada jalan setapaknya”,

“Sebuah peristiwa mengerikan mengharuskan desa ini untuk ditutup selamanya”,

“Itulah sebuah cerita yang aku dapatkan dari para sepuh mengenai asal-usul desa ini”,

Hamka mencoba menjelaskan kepada Wati dan Akbar tentang desa yang sudah lama ditutup oleh para pendahulu mereka di departemen gaib. Sebuah desa yang sangat berbahaya jika terus dihuni oleh manusia.

Bukan tanpa alasan Aliansi Gaib Bumi Nusantara mengirim utusan mereka secara langsung. Itu adalah bentuk penghormatan dan tata krama. Sebuah ikatan janji yang telah terjalin.

Melewati persawahan. Naik turun bukit. Memasuki jalan hutan yang tidak bertapak di malam hari. Hamka, Akbar, dan Wati bersama Salima yang mengikuti mereka melayang di belakang.

Sepanjang jalan tidak ada yang menghadang keempat petarung itu. Makhluk-makhluk halus di sana justru merasa sungkan layaknya kedatangan tamu agung bak selebritis. Tapi tidak setelah mereka memasuki wilayah embung.

“Di sini tempatnya”, ujar Hamka.

Mereka berempat berdiri di hadapan embung tempat penampung air yang kering. Tempat itu begitu sepi dan hening.

“Sayangnya ini bukan musim hujan”, kata Hamka.

Akbar melompat ke titik tengah embung yang tanahnya keras. Ia mengeluarkan sebuah silet untuk menyayat telapak tangannya hingga berdarah. Darah miliknya ia kucurkan ke tanah embung.

Tanah hitam yang keras itu menghisap darah Akbar. Sesaat kemudian tanah kering itu mulai basah lalu melunak menjadi lumpur.

Melihat peristiwa itu Akbar pun keluar dari dalam embung. Ia kembali bergabung bersama Hamka, Wati dan Salima di pinggir embung.

Tempat penampung air itu tanahnya semakin pekat dan berair. Perlahan-lahan muncul lah sosok yang menyembul dari dalam tanah.

Mereka adalah manusia lumpur dengan jumlah yang sangat banyak. Kehadiran mereka mengubah suasana yang tadinya sepi dan hening menjadi sangat mencekam.

“Siapa yang memanggil kami?”, tanya manusia lumpur.

Akbar menjawab;

“Aku”,

“Darahku lah yang memanggil kalian”,

“Namaku Akbar”,

“Aku datang untuk meminta pertolongan kalian”,

“Aku datang atas dasar ikatan janji yang pernah kalian sepakati dengan Aliansi Gaib Nusantara”, Akbar menjelaskan maksud kedatangannya.

Dahulu aliansi gaib nusantara berperan besar untuk menutup desa yang dikenal dengan sebutan desa hujan tersebut. Para manusia lumpur enggan jika ada manusia yang hidup di dekat mereka. Aliansi Gaib Nusantara yang terhubung langsung dengan pemerintah kemudian menutup desa tersebut serta menjauhkan kediaman para manusia lumpur dari tangan manusia.

Akbar ditunjuk oleh Aliansi Gaib Nusantara untuk menemui para manusia lumpur. Ia datang untuk meminta para manusia lumpur ikut berperang membela aliansi gaib bumi nusantara. Sesuai dengan kesepakatan yang dahulu telah dibuat.

“Tentu saja kami akan memenuhi panggilan kalian wahai para manusia”,

“Kami tidak akan ingkar janji”,

“Jika waktunya telah tiba, panggil kami dengan darah mu dan hujan”, jawab manusia lumpur.

Setelah memberikan jawaban bersedia, mereka para manusia lumpur kembali masuk ke dalam tanah embung.

Selesai sudah tugas Akbar dan yang lainnya di sini. Mereka sudah memastikan satu pasukan kuat akan bergabung dalam perang yang tinggal menghitung hari.

“Aku bisa memanggil mereka dengan darahku, tapi bagaimana dengan hujan?”,

“Saat ini adalah musim kemarau”, tanya Akbar kepada Hamka.

“Hujan?”, kata Hamka.

“Tidak perlu khawatir, kita sekarang sudah bergabung dengan Kerajaan Langit”, jawab Hamka membuat semua merasa tenang.

*

Di dalam mobil saat perjalanan pulang.

Akbar yang sebelumnya tertidur bangun dengan keadaan berpeluh keringat.

“Kamu kenapa?”, tanya Hamka.

“Aku bermimpi”,

“Aku kedatangan kedua anakku”,

“Rasanya sungguh nyata”, kata Akbar.

“Itu bukan mimpi. Itu artinya mereka sudah bisa raga sukma”, terang Hamka.

“Apakah mungkin? Anakku masih kecil-kecil”, kata Akbar.

“Sangat mungkin. Bapaknya saja kamu Akbar”, jawab Hamka.

“Oh jadi Pak Akbar sudah punya anak?”,

“Dua?”, Wati yang duduk di belakang tiba-tiba ikut nimbrung.

Akbar senang jika anak kembarnya Ron dan Jun sudah bisa astral projection sampai bisa menemui ayahnya di alam lain.

Tapi momennya mungkin kurang pas. Kini Wati yang sedang ditaksirnya jadi tahu kalau Akbar sudah berkeluarga dan punya dua anak.

Akbar mengerutkan dahinya sambil melihat ke belakang. Tersenyum kecut.

PS : Cerita tentang DESA TERKUTUK dan Asal usul Manusia Lumpur ada novela nya sendiri. Di list novel author yang berjudul “DESA HUJAN”.

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua
yu gabung dengan GC BCM
d sini kita akan belajar bareng bersama Kaka senior juga mengadakan event tertentu seperti lomba puisi, pantun, dll ya
caranya mudah hanya cukup Follow akun saya saja maka kalian akan aku undang langsung masuk GC kami. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!