Cerita anak Alana dan Devan. Ini versi terbarunya jadi cerita yang ada di dalam kisah adiknya nggak dibuat.
...
Karena kesalahan orangtuanya yang mengenali anak lain sebagai dirinya. Hidup Bella sangat menyedihkan di keluarga orang lain. Namun tiba-tiba saja identitasnya terungkap dan ia akhirnya mengetahui orang tua kandungnya.
Sayangnya kehadirannya tidak pernah di terima oleh orang tua dan kakak laki-lakinya. Mereka lebih mencintai anak salah itu dan mengabaikannya.
Belum juga mendapatkan kasih sayang orang tua. Bella di paksa menikah dengan pria misterius yang mengaku sudah menikah dan tua.
Ikuti cerita Bella yang penuh dengan lika-liku kehidupan dan balas dendam pada orangtuanya terutama anak perempuan yang sudah menempati posisinya pulihan tahun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Monster Berwujud Suami
"Tuan, kami sudah membawa si pengkhianat itu."
"Eksekusi sekarang! Jangan biarkan siapapun datang ke ruangan ini."
"Baik, Tuan."
Hari ini, Bella sedang dibawa ke rumah lama keluarga Wesley. Alana yang merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi pada menantunya demi menyelamatkan dirinya memaksa sang putra untuk mengizinkan Bella berkunjung.
Kebetulan, Al harus menyelesaikan urusannya. Jadi, meskipun dia merasa tidak rela mengingat kondisi Bella yang masih terluka, Al tetap mengizinkannya.
"Kau monster Alexander!!! Aku sangat membenci mu." Teriakan seorang pria paruh baya menggema di ruang tamu. Para pelayan rumah yang sudah terbiasa dengan kekejaman Al saat mengeksekusi pengkhianat memutuskan menutup diri di kamar masing-masing. Tidak ada yang berani keluar walau sudah sering mendengar ketika Al belum menikah.
"Aku sudah memberi mu banyak kesempatan, tapi sepertinya kau semakin berani."
"Lalu apa? Aku juga masih anggota keluarga Wesley. Bahkan perbuatan ku tidak sampai membuat kekayaan Wesley habis."
"Apa kau pikir aku bekerja siang dan malam hanya untuk memberimu makan gratis? Ayolah, aku tidak sebaik itu."
"Aku tetap paman jauh mu, Alexander! Apa kau tidak takut kalau ayah dan ibumu akan marah setelah tahu anak kesayangan mereka ternyata seorang monster?"
"Kau sangat yakin bahwa kau akan tetap hidup hingga besok."
"Jangan coba lakukan itu! Aku mengutuk mu, Alexander!!!"
"Kutuk lah aku sepuas mu."
Lalu, Alex segera mengeksekusi pria paruh baya tersebut.
...
"Nak, maafkan ibu. Seharusnya mama yang mengantar mu pulang. Ibu bahkan tidak bisa makan malam bersama mu." Alana sedih karena harus mengirim Bella pulang sebelum jam makan malam karena harus menemani suaminya ke pertemuan keluarga besar Wesley di kediaman ibu mertuanya.
Memang, Alana dan Devan tidak tinggal satu rumah dengan keluarga besar Wesley. Mereka lebih suka hidup di rumah mereka sendiri.
"Tidak apa-apa, Bu. Lagi pula aku juga ingin cepat-cepat kembali." Sebenarnya itu hanya alasan acak agar Alana tidak terlalu merasa bersalah. Namun siapa yang menduga kalau Alana akan salah paham saat mendengarnya. Dia berpikir kalau menantunya sudah sangat merindukan sang putra yang entah kenapa tidak bisa di hubungi sejak beberapa jam yang lalu.
"Kalau begitu, ibu akan meminta supir mengantar mu."
"Baik, Bu. Aku pergi dulu."
"Hm, hati-hati di jalan, Sayang."
Setelah itu, Bella pergi di antar supir pribadi Alana ke kediaman Alexander.
Di pertengahan jalan, tiba-tiba saja Bella ingin makan sesuatu dan dia langsung meminta supir singgah sejenak.
"Pak, bisa kita pergi ke restoran cepat saji? tiba-tiba saja saya ingin makan burger dan kentang goreng."
"Tentu, Nyonya. Saya akan membawa anda ke sana."
Lalu, sang supir membawa mobil ke restoran cepat saji dan memesan.
Semuanya dilakukan dengan sangat cepat hingga Bella tidak perlu terlalu lama menunggu. Dia juga memesan lebih, berpikir bahwa Al mungkin juga mau memakannya, namun mulutnya segera menghina dirinya sendiri karena hanya ada satu burger yang tersisa padahal dia sudah berencana memberikan satu paket pada Al nanti.
Sang supir yang melihat hal tersebut tersenyum kecil.
Selama di kediaman. Bella turun, lalu dengan kaki ringan berniat masuk rumah tanpa menyadari bahwa tidak ada satu pelayan pun yang menyambut. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Suasana rumah juga cukup sepi. Bella sedikit cemas, mempercepat langkah kakinya. Namun dia langsung terduduk di lantai saat melihat adegan sangat mengerikan yang sedang terjadi di ruang tamu.
Suaminya, pria yang meskipun memiliki aura dingin. Bella berpikir Al hanya sekedar dingin, bukan monster apalagi seorang psikopat. Siapa yang tahu kalau hal yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi di depan matanya.
Darah orang lain mengenai kemeja Al yang berwarna putih. Wajahnya jauh lebih dingin, bahkan Bella sendiri pun tidak berani bertatapan dengannya.
Karena instingnya, Bella berniat pergi dari rumah. Takut ketahuan kalau dia sudah melihat hal yang mungkin saja Al tidak ingin ada yang menyaksikannya.
Tapi, akibat celah pintu yang terdorong oleh kaki Bella semakin besar dan Al yang masih dalam mode sensitif langsung menyadari kehadiran seseorang yang tidak dia harapkan untuk melihat perbuatannya.
Alex dan beberapa bawahan lainnya juga mengikuti tatapan Al. Wajah mereka memucat, tidak menduga kalau nyonya rumah akan menyaksikan kekejaman mereka. Masih ada mayat serta darah di ruang tamu.
Wajah pucat Bella semakin memperparah keadaan. Mereka tahu, akan ada korban selanjutnya.
"Bereskan semuanya." Anehnya, Al tidak marah atau bertanya siapa yang dengan sengaja tidak mengunci pintu saat eksekusi. Dia malah berdiri lalu berjalan ke arah Bella yang semakin ketakutan.
Bella yang melihat Al sedang berjalan ke arahnya langsung berdiri dan berniat berlari, dia tidak tahu apakah Al juga akan membunuhnya, tapi Bella memiliki insting untuk pergi dari sana.
Sayangnya, pelarian itu gagal. Al dengan mudah menangkap tangan Bella lalu menggendongnya dengan paksa. Keduanya masuk ke dalam rumah, berjalan ke arah kamar di lantai dua. Membiarkan Alex beserta rekannya menyaksikan adegan aneh tapi terkesan lembut dan sedikit romantis.
Sesampainya di kamar, Al meletakkan tubuh Bella dengan lembut ke atas ranjang. Menutup tubuhnya dengan selimut, berprilaku sangat lembut sehingga Bella tahu harus menangis atau tertawa.
Perilaku Al seperti hal mengerikan di bawah tadi tidak ada kaitannya dengannya dan darah di bajunya hanya tinta.
"Apa kau sudah makan malam?" Al duduk di tepi ranjang sambil menatap Bella lembut.
Awalnya Bella menggelengkan kepalanya, namun detik berikutnya mengangguk. Dia masih takut dan teringat akan kejadian di ruang tamu.
"Istirahat kalau begitu, saat kau lapar kau bisa meminta pelayan datang mengantar makan malam mu." Lalu, Al berniat pergi dan anehnya Bella malah menarik tangannya. "Apa kau butuh sesuatu?"
"Tidak. Kemana kau akan pergi?"
"Ke ruang kerja. Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan."
"Dan mengabaikan pakaian mu yang memiliki noda darah." Melihat bahwa Al tidak marah padanya, bahkan bertindak seperti biasa. Maka Bella juga memutuskan untuk bersikap biasa, dia sadar bahwa menikahi pria kaya serta misterius memiliki banyak resiko dan akan selalu di berikan kejutan-kejutan tidak biasa.
Bahkan, hingga saat ini pun Bella belum tahu apa sebenarnya tujuan Al menikahinya.
"Aku bisa membersihkannya di ruang kerja."
"Mandilah dulu. Apa anda sudah makan malam?"
"Belum, perut ku juga tidak lapar." Al sangat takjub dengan perubahan Bella yang tidak memperlihatkan ekspresi takut seperti sebelumnya. Dia benar-benar memilih wanita yang tepat.
"Kalau begitu, bisakah anda menemani ku tidur? Aku juga tidak lapar." Niat Bella hanya agar Al tidak melakukan hal-hal buruk lagi. Berpikir bahwa, jika dia membiarkan pria itu pergi dari kamar, maka akan ada pertumpahan darah yang sia-sia di rumah ini.
Namun, bagi Al. Dia merasa bahwa Bella bertindak lucu dan menggemaskan. Dia bahkan berpikir kalau istrinya merasa nyaman bersamanya. Kesalahpahaman ini akan membuat Bella muntah darah kalau sampai dia mengetahuinya.
"Baik. Aku akan mandi." Setelah kejadian beberapa bulan lalu yang di lakukan Lara. Al berjanji akan menuruti semua permintaan Bella, serta tidak akan marah-marah lagi.
Setelah itu, Al pergi ke kamar mandi dengan piama tidur yang sering kali membuat Bella merona. Al tidak tanggung-tanggung saat mengekspos tubuhnya meskipun tidak sampai tanpa busana.
Wanita manapun yang normal akan memerah malu, dan Bella termasuk kedalamnya.
Al tidak pernah menggunakan waktu lama untuk mandi. Setelah selesai, dia segera keluar kamar, dan terkejut saat melihat bahwa Bella masih belum menutup mata. Seolah-olah wanita itu memang sengaja menunggunya.
"Apa tangan dan kaki mu sudah membaik?"
"Lumayan, hanya saja jika tidak sengaja di tekan. Itu masih sakit."
Al mengangguk paham, lalu membaringkan tubuhnya di samping Bella. Keduanya sudah terbiasa berbagai selimut, kadang Al juga membuat tangannya sebagai bantal Bella.