[Note : Update jika Author tidak sibuk]
Seorang siswa bernama Ash Kisaragi mendapati dirinya terpanggil ke dunia lain bersama teman sekelasnya. Kala itu mereka bertemu dengan seorang Dewi dan mendapatkan sebuah skill sesuai dengan yang mereka inginkan sebagai bekal ke dunia lain. Namun, berbeda dengan teman sekelasnya Ash mengambil semua skill yang tidak masuk dalam kategori skill petarung.
Setelah perpindahan dunia, Ash langsung pergi meninggalkan teman satu kelasnya. Ternyata ini bukan kali pertama Ash dipanggil ke dunia lain, ia tak ingin menjadi seorang pahlawan dan ingin hidup santai.
Kisah Pahlawan Yang Pernah Mengalahkan Raja Iblis Dan Dipanggil Kembali Untuk Menjadi Pahlawan Sekali Lagi. Namun Dia Menolak Dan Ingin Hidup Bebas Dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 : Menjadi Pedagang
Di guild pedagang Ash duduk di ruang tunggu karena menunggu antrean yang cukup panjang. Berbeda dengan guild petualang yang berisik, di guild pedagang cukup tenang. Mereka mengobrol dengan santai dan ada yang saling berbisik karena pembicaraan yang sifatnya rahasia.
- Huft~
Ash menghela nafas, ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap langit-langit ruangan. "Mengalahkan raja iblis agar bisa pulang ke bumi, yah? Para gadis mungkin ingin pulang, teman sekelas yang lain mungkin juga sama," ia bergumam.
"Yah, itu bukan urusanku. Lagi pula mereka beramai-ramai, tak mungkin kalah dari raja iblis yang dulunya bahkan bisa kukalahkan seorang diri," lanjutnya bergumam.
Ya... aku tak sepenuhnya sendiri sih, batinnya mengingat rekan seperjuangannya dulu.
Saat itu wajah gadis elf yang Ash lihat saat di desa muncul dalam kepalanya, sontak ia langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat agar bayangan wajah gadis itu menghilang.
"Nomor antrian empat puluh lima silahkan menuju ke meja resepsionis nomor tiga," seru seseorang.
Ash bangun dari kursi dan segera berjalan menuju ke meja resepsionis guild pedagang nomor tiga.
"Wah, wajah baru. Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Resepsionis itu dengan ramah.
"Ya, aku ingin mendaftar sebagai pedagang," jawab Ash dengan senyum bersahabat.
"Saya mengerti, kalau begitu tolong isi beberapa soal ini. Jika Anda bisa lulus dengan nilai setengah dari sempurna maka Anda akan diterima sebagai seorang pedagang," jelas Resepsionis itu sambil memberikan sebuah kertas berisikan soal-soal.
Matematika, yah? gumam Ash dalam hati saat melihat soal-soal itu.
Saat itu tampak senyum kecil muncul di bibirnya, Ash segera mengisi soal-soal itu dengan cepat dan tepat membuat Resepsionis guild memandangnya dengan tak percaya.
Anak ini, apa dia pikir ini soal yang muda? pikir Resepsionis itu.
Tak sampai lima menit Ash menyelesaikan dua puluh soal yang diberikan dengan nilai sempurna. Mata Resepsionis itu terbelalak, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Nilai sempurna, sampai sekarang tak ada satupun orang yang mendaftar bisa mendapatkan nilai ini.
Yah kalau kalian memberikan ujian sekelas anak kelas enam SD, mana mungkin aku tak bisa mengisinya, batin Ash.
"Tolong tunggu sebentar, saya akan segera memproses kartu guild Anda," ucap Resepsionis itu dengan tergesa-gesa pergi ke belakang untuk mencetak kartu guild milik Ash.
Beberapa menit berlalu...
"Ini kartu guild Anda, Tuan," ujar Resepsionis itu dengan sopan sembari memberikan kartu milik Ash.
"Terima kasih, apa saya boleh menanyakan sesuatu?" balas Ash yang langsung kembali bertanya.
"Ya?"
"Apa ada sebuah toko yang bisa saya sewa dengan harga yang murah?" tanya Ash.
Resepsionis itu mengambil sebuah buku, ia membuka buku itu di atas meja agar Ash bisa melihatnya juga. "Ini adalah daftar rumah yang disewakan," ujar Resepsionis itu.
"Untuk harga yang murah ada di wilayah ini, sedikit jauh dari pusat kota dan dekat dengan daerah kumuh," lanjut Resepsionis itu sambil menunjuk lokasi yang tercantum di dalam buku.
"Berapa harganya?" tanya Ash.
"Untuk yang itu empat puluh koin silver perbulan," jawab Resepsionis.
"Hmmm..." Ash berpikir sejenak, lalu ia mengangguk pelan, "Baiklah aku sewa yang ini untuk satu bulan," ujarnya sambil mengeluarkan sekantung uang.
"Eh? Apa Anda serius?" Resepsionis itu bertanya untuk memastikan.
"Ya, apa bisa antarkan saya kesana sekarang?" tanya Ash.
"Ah, tentu Tuan! Saya akan segera menyiapkan berkasnya," Resepsionis itu langsung beranjak dari kursinya dan berjalan ke belakang untuk mengambil sebuah kertas dan menempelkan cap yang membuktikan bangunan itu telah disewa dalam kurun waktu satu bulan.
Seorang pekerja dari guild menjadi pemandu Ash menuju ke rumah yang ia sewa, tempatnya memang cukup jauh dari pusat kota, berada dipinggiran tepat di dekat sebuah sungai kecil. Ada sebuah jembatan yang terbuat dari batu, setelah melewati jembatan itu sudah masuk ke wilayah kumuh.
Rumah yang disewa oleh Ash berada tepat di dekat jembatan. Setelah melewati rumah itu kau akan berjalan naik ke jembatan, itulah tempatnya.
"Memang benar ini dipinggiran, dan tempatnya sangat sepi," gumam Ash saat melihat lokasi sebenarnya.
Setelah menghantar Ash pegawai itu langsung berjalan kembali menuju ke guild pedagang. Ash berdiri tepat di depan rumah barunya sambil melihat sekitar.
"Sepertinya benar-benar tak ada orang di sekitar sini," gumamnya.
Setelah itu ia memasukkan kunci pintu lalu memutarnya.
-Klak!
Pintu terbuka, Ash masuk secara perlahan dan melihat ruangan gelap yang kosong dihiasi oleh sarang laba-laba di langit-langit serta debu yang bertaburan di atas lantai serta dinding.
Ash tersenyum kecil, "Baiklah mati mulai dengan bersih-bersih!" serunya dengan penuh semangat.
Tapi bersih-bersih yang dimaksud olehnya bukan hal normal seperti menyapu atau mengepel, Ash mengeluarkan sepuluh batu sihir goblin.
"Sintesis!" serunya memakai skill, menggabungkan sepuluh batu sihir goblin menjadi satu.
Memegang batu sihir itu di tangan kanannya, Ash menyerap energi sihir dari batu sihir itu. Memakai sihir air untuk membasahi penjuru ruangan, lalu ia memakai sihir angin untuk mengangkat semua debu serta air yang telah membasahi ruangan. Di lanjutkan dengan sihir api, hanya suhu panas saja yang dikeluarkan agar tak membakar rumah.
Setelah kering Ash memakai sihir angin lagi untuk mengangkat debu dan kotoran yang tersisa, hingga satu rumah bersih dengan cepat.
-Kretak!
"Ah, hancur sudah," gumam Ash saat melihat batu sihir itu mulai retak.
Setelah rumah itu bersih Ash mengunci pintu dan naik ke lantai dua, menuju ke sebuah ruangan yang akan ia jadikan sebagai kamar. Di Ash membuka jendela dan memandangi langit yang menjelang petang.
Cahaya hangat dan angin lembut menerpa wajahnya, rambutnya yang hitam terurai ditiup oleh sang angin. Kala itu ada seorang yang berjalan di jalanan dengan sebuah jubah yang lusuh. Sosok itu berhenti dan menatap anak laki-laki yang sedang menatap langit dari balik jendela.
"Dia... jadi begitu, ternyata kau kembali Pahlawan Ash..." gumam sosok itu lirih, lalu berjalan masuk ke sebuah gang.
"Hmm?" Ash menoleh ke bawah, merasa ada seseorang yang melihatnya. "Apa tadi ada seseorang?" gumamnya.
"Ah sudahlah, aku harus belanja besok. Malam ini aku akan tidur di sini."
Ash keluar dari rumah dan melihat-lihat sekitar, lalu ia langsung menuju ke pusat kota untuk membeli beberapa bahan seperti kain dan kapuk. Niatnya belanja besok, tapi ia tak mau tidur di lantai dingin nan kasar untuk malam ini.
Karena itu Ash pergi untuk membeli beberapa barang dan berencana membuat kasur sendiri. Malam itu ia hampir tak tidur karena keasikan membuat berbagai macam perabotan yang awalnya hanya berniat membuat kasur malah membuat berbagai macam barang.