Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
"Astaga, Darren!"
"Mas, Darren, Mas!"
Prita sudah panik saja melihat keadaan anaknya yang wajahnya tertelungkup diatas stir mobil sampai berteriak memanggil suaminya, Agung.
Agung lari tunggang langgang mendengar teriakan sang istri sampai lupa memakai alas kaki.
"Kenapa, Sayang? Kenapa, Darren?" Tanya Agung panik ingin melihat keadaan putranya didalam mobil tapi terhalang tubuh bohay istrinya.
"I...tu, Mas, Darren!" Tunjuk Prita sudah berlinang airmata.
"Iya, kenapa, Darren?" cemas Agung sekaligus kesal karena sang istri sedari tadi hanya berteriak memanggil nama putranya tanpa menjelaskan kenapanya. Segera dia menggeser tubuh istrinya di tengah pintu kemudi. Pemandangan pertama yang Agung lihat yakni putranya kepalanya tertelungkup diatas stir mobil entah itu pingsan atau amit-amit sudah tidak bernyawa.
"Darren, Darren! Bangun nak!" Percobaan pertama tidak membuahkan hasil. Sekali lagi Agung memanggil putranya, "Darren, Darren kamu kenapa?" Tanya Agung sambil mengguncang tubuh anak itu namun tetap gagal. Darren masih dengan posisi yang sama.
Percobaan terakhir. Agung mengguncang kasar tubuh Darren kemudian menempelkan jari telunjuk ke depan hidung anaknya. Hangat. Dan masih bernafas. Fix ini Darren pingsan pikirnya yang kemungkinan karena keracunan karbon dioksida.
Karena guncangan yang terlalu kasar Darren akhirnya tersadar. Dalam keadaan linglung dia melihat ke sekitar. Dilihatnya ayah dan ibu nya berada didekatnya terutama sang ayah. "Kenapa, Dad?" tanya nya setengah sadar.
"Oh, god akhirnya kamu sadar, Nak." pekik Ny. Prita.
"Kamu sudah sadar, Darren." Ucap Agung berreaksi lebih tenang ketimbang sang istri.
Kening Darren mengeryit mendengar ucapan kedua orangtuanya. Sadar? Memang ada apa dengan dirinya pikirnya. "Sadar? Memang kalian pikir aku kenapa mom, dad?"
Agung terdiam. Jangan-jangan. "Kami pikir kamu pingsan tadi. Apalagi mommy kamu tuh sempet ngira kamu sudah mati."
Darren menggaruk kepalanya tidak gatal. Dirinya bingung menjelaskan dan jadi merasa tidak enak hati. "Maaf mom, dad, Darren ketiduran tadi." Jawab jujur akhirnya Darren dibarengi cengiran.
Ny. Prita menerobos kedalam mobil. Menyingkirkan tubuh suaminya. Berhimpitan dalam mobil.
Plak!
Ny. Prita mengeplak keras bahu Darren. "Mommy pikir kamu pingsan tadi bahkan sempet berpikiran buruk. Gak taunya yang di khawatirin cuma tertidur." Dengus nya.
"Aww! Sakit, mom!" Darren mengusap lengannya yang tadi dipukul kencang oleh ibunya.
"Dasar, kamu!" Lalu Ny. Prita keluar dari dalam mobil. Meninggalkan suami dan anaknya yang masih di dalam mobil.
Didalam mobil, Agung kemudian duduk dikursi penumpang dan memandangi putranya lekat. Darren yang dipandangi sedemikian rupa menjadi kikuk sendiri. "Maaf, Dad." Ucap Darren akhirnya.
"Lain kali kalo merasa lelah jangan anterin mommy kamu, Darren."
"Maaf, Dad." Ucap maaf sekali lagi Darren penuh sesal.
"Ayo masuk! Kita ngobrol didalam." Putus Agung akhirnya. Mengajak putranya masuk kedalam rumah. Biar suasananya enak dan nyaman.
Akhirnya Agung keluar dari dalam mobil dan disusul Darren di belakang setelah sebelumnya mengunci mobilnya terlebih dahulu.
Agung membawa Darren ke ruang keluarga dan tanpa diminta Darren langsung duduk diatas sofa dengan menselonjorkan kakinya. Dia membuka lubang kancing kemejanya lalu menggulung lengan kemejanya sampai kesiku. Dasi dan jas yang tadi dia gunakan untuk meeting dia tinggalkan didalam mobil.
"Kenapa, Dad?" tanya Darren. Dirinya heran kenapa ayahnya diam saja sejak dirinya duduk santai diatas sofa keluarga. Bukankah ayahnya tadi yang menyuruhnya masuk pikirnya.
"Daddy dengar dari mommy kamu katanya kamu habis meeting?" Tanya Agung akhirnya membuka obrolan.
"Iya, Dad."
"Emang gak bisa meeting di adain di hari kerja?"
