Yuki berusia lima belas tahun, ketika Dia menemukan rahasia mengenai asal usul ibunya yang selama ini terpendam rapat di sebuah kamar tertutup yang ada dalam rumahnya. Namun yang tidak Dia sangka, rahasia itu merubah masa depan dan kehidupannya.
Pertemuan kembali dengan Ayahnya dan jati dirinya mulai terkuat seiring dengan rentetan bahaya dan kematian yang mengikuti langkahnya.
Saat akhirnya Yuki menemukan cinta dari seorang Bangsawan, akankah Yuki akan tetap mengikuti takdirnya ?. Bahkan ketika Dua orang Pangeran mulai membayangi hidupnya. Memaksa Yuki untuk menjadi milik Mereka. Sang Bulan di malam musim dingin, ataukah Sang Mentari pagi di musim semi ?
Ikutilah kisahnya dalam Morning Dew Series
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Sesampainya di halaman, Yuki di bantu Perdana Menteri Owlrendho menaiki kereta. Rena masuk ke dalam kereta lain, tepat di belakang Kereta yang dinaiki Yuki dan Perdana Menteri Owlrendho.
Setelah semua naik. Pintu kereta ditutup. Perlahan Kereta mulai berjalan menuju istana kerajaan Garduete.
Saat Kereta mendekati istana, Yuki dibuat terperangah. Selama ini Yuki merasa sekolah bangsawan tempatnya bersekolah sudah merupakan bangunan paling besar yang Dia temui seumur hidupnya. Tapi ternyata istana Raja jauh lebih besar tiga kali lipat daripada sekolahnya itu.
Istana Kerajaan Garduete. Berdiri dengan gagah, dengan banyak kubah dan menara di gedungnya. Dikelilingi benteng yang tinggi dan sungai yang mengalir deras di bawahnya. Para penjaga berdiri dengan sikap sempurna untuk menyambut setiap tamu undangan yang datang. Karena ada perjamuan, istana menyalakan berbagai macam lampion untuk menghiasi sepanjang jalan yang dilalui oleh tamu kerajaan.
Kereta berhenti. Seorang Penjaga membuka pintu dengan sopan.
Perdana Menteri Olwrendho turun terlebih dahulu, kemudian Dia mengulurkan tangan untuk membantu Yuki. Yuki mengandeng lengan Ayahnya dengan kuat saat Mereka menakki tangga dengan karpet berwarna merah diatasnya. Tanpa Yuki sadari, gerakannya terlihat sangat anggun dan terlatih. Semua berkat latihan keras yang didapatkannya dari Ibu dan Bibinya saat Dia masih kecil. Mereka mengajari Yuki dengan etika pergaulan. Bagaimana Dia berjalan dan gerakan tubuh di tempat umum. Membuat Yuki sudah terbiasa semenjak kecil.
Semua mata memandang Yuki saat Yuki melewati barisan para penjaga yang berdiri disepanjang anak tangga menuju ke atas.
Jantung Yuki berdegub dengan kencang.
Mereka dibawa menuju Aula utana tempat perjamuan kerajaan berlangsung. Perdana Menteri Olwrendho melaporkan kepada penjaga pintu mengenai kedatangan Mereka. Terdengar gemuruh suara tamu undangan dari dalam aula ketika Nama Perdana Menteri Olwrendho diumumkan oleh Penjaga Pintu. Kemudian hening yang membuat Yuki merasa aneh.
Pintu terbuka perlahan.
Perdana Menteri Olwrendho menuntun Yuki untuk melangkah masuk. Dalam sekejap, seluruh orang terpukau melihat kecantikan Yuki.
Yuki berusaha mengabaikan seluruh tatapan mata yang seolah sedang menilai dirinya. Dia jelas sangat tidak nyaman dengan situasi yang ada. Membuat Yuki gugup. Yuki mencoba tetap berkonsentrasi untuk berjalan agar Dia tidak membuat kecerobohan yang tidak perlu. Seperti kemungkinan terbelit gaunnya sendiri atau tersandung karpet, yang mana saja yang berpotensi membuatnya jatuh dan menjadi bahan tertawaan orang seumur hidupnya.
Bisik-bisik tamu mulai terdengar seperti dengungan lebah.
Yuki melihat Putri Norah berada bersama dengan tamu undangan yang lain. Putri Norah memandang Yuki dengan tatapan tidak suka. Semenjak kejadian di aula makan tempo hari, Hubungan Mereka jelas menjadi kurang baik.
Di ujung ruangan, Di atas undakan tertinggi, Raja Bardhana duduk menunggu dengan tenang. Di samping kirinya, satu undakan tepat di singasana Raja Bardhana. Duduk Pangeran Riana yang didampingi oleh Pendeta Serfa yang berdiri dengan setia disamping Pangeran Riana.
Yuki menundukkan pandangannya dengan sopan. Kecantikannya semakin sempurna dengan balutan gaun yang dikenakannya.
Mereka tiba tepat didepan Raja Bardhana. Kemudian bersujud untuk memberikan penghormatan dengan sikap takjim.
“Perdana Menteri Olwrendho dan Putri Yuki datang memberi hormat kepada Raja Negeri Garduete, Yang Mulia Raja Bardhana dan Putera Mahkota kerjaan Garduete, Pangeran Riana”
Yuki menirukan ucapan Perdana Menteri Olwrendho yang telah Dia pelajari sebelumnya di sepanjang jalan menuju istana kerajaan.
“Bangunlah” kata Baginda Raja Bardhana tenang.
Mereka berdiri. Yuki mendonggakan wajahnya tapi masih menundukkan pandangannya.
“Ransah”
Yuki refleks melihat kearah Raja Bardhana ketika Raja Bardhana menyebut nama Ibunya. Tatapan matanya tanpa sengaja bertemu dengan Baginda Raja Bardhana. Yuki langsung menundukkan kepalanya lagi dengan sopan.
Yuki sedikit kecewa saat melihat Raja Bardhana. Dia tidak seperti Pangeran Riana yang bertubuh tinggi dan tegap. Tubuh Raja Bardhana gempal dengab perut yang membuncit. Rambutnya panjang sebahu berwarna coklat keemasan.
Sementara itu Raja Bardhana menatap Yuki dengan pandangan tidak percaya. Dia seperti melihat kembali Putri Ransah saat masih berusia sepantaran Yuki. “Kau ransah ?” Tanya Raja Bardhana lagi dengan suara bergetar. Yuki memalingkan wajahnya menatap Perdana Menteri Olwrendho binggung. Tidak tahu harus menjawab bagaimana.
Entah kenapa, Yuki merasa saat baginda memanggil nama Ibunya. Ada kesedihan dan penderitaan yang alam di rasakan dari dalam diri Raja Bardhana. Perdana Menteri Olwrendho tiba-tiba menarik Yuki kembali untuk memberikan penghormatan, Yuki mengikutinya tanpa membantah.
“Yang Mulia, Perkenalkan Putri hamba, Yuki Orrie Olwrendho” ujar Perdana Menteri dengan sikap tenang.
“Yuki..” Raja tersadar. Dia menatap Yuki dengan lebih jelas, biasanya Dia mampu mengendalikan diri, tapi ketika sesaat tadi Dia melihat gadis yang mirip dengan sahabatnya sewaktu kecil, Dia menjadi hilang kendali.
“Putri Yuki” Raja mencerna dalam kepalanya. Dia melemaskan punggungnya yang tegang, bersandar di singasanannya. Ketegangan mencair. Raja Bardhana menghela nafas, masih memandang Yuki tidak percaya. “Perdana Menteri Olwrendho, Putrimu sangat mirip dengan ibunya, Putri Ransah. Sekilas Aku merasa seperti melihatnya kembali saat Dia masih muda” Aku Raja Bardhana.
“Yuki memang sangat mirip dengan Ibunya Yang Mulia, bahkan semua sifat Putri Ransah diturunkan pada Yuki” ujar Perdana Menteri Olwrendho mengakuinya.
Raja menaikkan alisnya mendengar penuturan Perdana Menteri Olwrendho. “Benarkah ?” Tanya Raja Bardhana sembari memandang geli ke arah Yuki. “Kalau begitu Kau pasti sangat kerepotan akhir-akhir ini, mengingat Putri Ransah bukanlah Putri yang gampang diatur”
Wajah Yuki langsung memerah saat mendengar penuturan Raja Bardhana. Raja Bardhana dari cara bicaranya seperti sudah mengenal sekali bagaimana Ibunya. Wajar saja karena Mereka sudah bersahabat sejak kecil.
“Duduklah Putri Yuki dan nikmatilah perjamuan ini. Aku mengadakannya untuk menyambutmu” ujar Raja Bardhana kemudian.
“Terimakasih Yang Mulia atas kehormatan yang diberikan”
Perdana Menteri Olwrendho dan Yuki di antar untuk duduk di meja yang berada di sisi sebelah kanan dari Raja Bardhana. Tepat di seberang tempat duduk Pangeran Riana yang tampak acuh dengan sekitar.
Musik dan tari-tarian dimainkan. Para pelayan masuk dengan membawa makanan yang menggugah selera. Yuki sudah mendengar dari Bangsawan Dalto bahwa koki diistana adalah yang terbaik. Yuki jadi tidak sabar untuk menikmati masakan Mereka.
Setelah berbicara dengan Raja Bardhana, Perdana Menteri meminta izin untuk membawa Yuki berkeliling dan memperkenalkan Yuki pada teman-temannya. Perdana Menteri Olwrendho sangat bahagia malam ini. Dia membawa Yuki ke depan teman-temannya dan memperkenalkan Yuki seolah Yuki adalah barang berharga yang selama ini diimpikannya.
Ada kebanggan saat Perdana Menteri Olwrendho menyebut nama Yuki sebagai Putrinya.
Ketika acara berdansa, Yuki menemani Raja Bardhana berdansa satu lagu. Setelahnya Dia menemani Ayahnya satu lagu.
Beberapa Bangsawan Muda datang untuk mengajak Yuki berdansa, tapi dengan halus Yuki menolak. Ketika Dia melihat Perdana Menteri Olwrendho sedang asyik terlibat pembicaraan dengan menteri pertahanan mengenai masalah pekerjaan. Yuki memutuskan untuk menyelinap keluar dari ruangan.
Ketika Yuki baru saja sampai di pintu aula, tanpa sengaja Dia menabrak Pendeta Serfa dari arah berlawanan. “Maafkan Aku Pendeta Serfa”
“Tidak apa-apa Putri, apa Anda baik-baik saja” tanya Pendeta Serfa yang membantu Yuki berdiri kembali dengan seimbang.
“Ya, Aku baik-baik saja” jawab Yuki melepaskan pegangan tangannya pada lengan Pendeta Serfa dengan canggung.
“Baiklah, Kalau begitu Saya permisi dulu Putri”
Yuki langsung menyingkir untuk memberikan jalan. Pendeta Serfa berjalan melewatinya. Yuki menunggu sampai Pendeta Serfa cukup jauh jaraknya, ketika Dia berbalik hendak meneruskan langkahnya. Yuki menyadari ada bungkusan kain kecil di dekat kakinya. Refleks Yuki berjongkok untuk mengambil bungkusan itu. Sepertinya bungkusan itu adalah milik Pendeta Serfa yang terjatuh saat Mereka bertabrakan tadi. Yuki menjulurkan lehernya, celingukan untuk mencari sosok Pendeta Serfa yang sudah menghilang didalam kerumunan.
Yuki sebenarnya ingin kembali masuk ke dalam aula dan mencari keberadaan Pendeta Serfa ketika tanpa sengaja Dia bertatapan mata dengan Bangsawan Doldores yabg sedang menyantap makanannya dengan rakus tak jauh dari tempat Yuki berdiri.
Bangsawan Doldores menatap Yuki dengan mata berbinar senang. Dia langsung menyingkirkan piringnya dan mengelap mulutnya dengan sapu tangan sambil terus menatap Yuki. Gerakannya sangat dibuat-buat. Bangsawan Doldores merasa sudah cukup macho untuk menarik perhatian Yuki.
Tapi, sebelum Bangsawan Doldores berdiri. Yuki yang mengetahui niat Bangsawan Doldores untuk mengajaknya berdansa langsung berbalik pergi dan melarikan diri.
Bangsawan Doldores tercengang. Belum-belum Dia sudah di tolak.
Yuki berjalan cepat menuju balkon aula sembari sesekali melirik kebelakang dengan panik. Memastukan Bangsawan Doldores tidak mengikutinya. Yuki sudah bisa menebak dengan jelas apa arti tatapan mata Bangsawan Doldores. Beberapa kali Dia mencoba mendekati Yuki, tapi Yuki selalu menanggapinya dengan dingin.
Selain sentimen pribadi dengan Bangsawan Doldores, Yuki masih cukup waras untuk tidak menerima tawaran berteman dengan Bangsawan Doldores. Siapa yang tidak tahu, Bangsawan Doldores terkenal mesum dan senang melecehkan wanita.
Pada akhirnya, Yuki berhasil menghindar dan bersembunyi di balkon yang terletak di ujung timur aula. Yuki sengaja berdiri dengan membelakangi tembok agar sosoknya tidak terlalu dilihat orang yang ada didalam aula. Dari dalam ruangan, musik lembut kembali dimainkan. Beberapa pasangan kembali berdansa.
Yuki duduk di atas pagar batu, menarik sepatunya lepas dan memperlihatkan luka lecet dan kemerahan di jari kelingkingnya. Yuki meringis dan memeriksa lukanya. Seharusnya Dia membawa sepatu cadangan tadi.
Seseorang tiba-tiba datang mendekati Yuki sembari membawa buket bunga mawar berwarna merah yang masih segar.