"Jadi pacar saya, maka kamu akan wisuda tahun ini. Setelah itu masa depanmu pun saya jamin."
Surat cinta dari Bu Dosen membuat Cakra berlonjak kegirangan. Tanpa pikir panjang dia menerima demi lulus tahun ini dan foto wisuda bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang!
BRAKK
Viola terjingkat saat tiba-tiba mejanya digebrak oleh Cakra. Dia yang hendak minum, tak jadi karena seseorang yang tadi dia lewati sudah ada di depan mata. Bahkan terlihat marah. Apa maksudnya juga hingga datang dan menggebrak meja. Terlihat pengunjung yang lain juga ikut memperhatikan membuat Viola semakin tak nyaman.
"Cakra kamu..."
"Pulang!" perintah Cakra membuat Viola bungkam. Dia menoleh ke arah Ramon yang kini beranjak tak terima.
"Apa-apaan kamu? Siapa kamu sampai berani mengatur Viola?" tanya Ramon yang jelas tak terima. Susah payah mengajak Viola untuk ikut dengan mengancam akan menyebarkan foto saat mereka berciuman ke kampus dan media sosial. Kini justru mendapatkan gangguan dari orang yang tak disangka-sangka kedatangannya.
Sontak Ramon pun menoleh ke arah Lani yang juga bingung dengan sikap Cakra. Mengapa terlihat sangat marah sedangkan dia sudah berusaha tak menyinggung tentang Dosennya karena percaya jika Cakra tak mungkin bertindak macam-macam.
"Siapapun saya itu bukan urusan anda!" sahut Cakra lalu menoleh ke arah Viola yang tampak gelagapan.
"Cakra saya ...."
"Pulang saya bilang!" sahut Cakra lalu meraih tangan Viola dan membawanya keluar dari sana. Namun agaknya tak semudah itu karena Ramon mengejar dan menarik tangan Viola yang satunya hingga membuat Cakra menghentikan langkahnya dan mendengus kesal melihat itu.
Sementara Lani, dia pun ikut mengejar dan tak terima ditinggal begitu saja. Bukannya mereka ada acara berdua untuk memperbaiki hubungan setelah beberapa hari ini terasa hambar malah justru main kabur saja. Rasanya ingin sekali ngamuk melihat Cakra yang begini.
"Cakra udah! Lagian kamu ngapain sich kayak gini? Kenapa juga ngamuk begini? Emang apa hubungan kamu dengan Bu Viola? Bilangnya aku nggak ngerti, tapi kamu yang bikin aku semakin nggak ngerti apa arti hubungan kita. Kamu mau ninggalin aku disini sendiri, iya? Kamu jahat, Cakra!"
"Diam, Lani!"
Viola semakin pusing melihat ini semua. Dia yang ingin nurut dengan Cakra pun mendadak ragu karena Lain yang mengamuk. Di satu sisi dia melihat semua pengunjung nampak memperhatikan dan itu semakin membuatnya malu. Bisa-bisanya muka mereka semua terpampang nyata di media sosial. Terlibat warga +62 yang hobi mengabadikan setiap momen langka.
Viola melepaskan tangannya dari Cakra tetapi tatapan Cakra semakin tajam dan tangan yang mencengkeram semakin kuat membuat nyali Viola menciut. Tak menyangka pria sesantai dan selengekkan seperti Cakra bisa juga marah dan begitu serius menanggapi.
"Aku bilang pulang!" perintah Cakra dengan tegas. Sudah dibela malah masih jalan. Padahal semalam dia sudah rela babak belur hingga pingsan. Sekarang malah ngajak perang. Bukannya wanita ini paham siapa dirinya dan apa tanggung jawabnya. Kenapa terkesan memberatkan tanpa Cakra sadar dirinya pun sedang jalan dengan pacar.
"Iya! Kamu tuh kenapa sich?" sahut Viola lalu menoleh ke arah Ramon. "Lepasin tangan aku! Aku mau pulang!"
"Dia itu siapa Viola? Kenapa selalu menganggu? Dia bukan siapa-siapa kamu jadi nggak usah terlalu menurut!"
"Situ yang ganggu! Mantan itu dibuang bukan dipiara! Udah kayak nggak ada yang lain aja. Sayur angetan kok dimakan," sahut Cakra membuat Ramon semakin geram. Pria itu pun menoleh ke arah Cakra lalu mencengkeram kerah Cakra.
"Om jangan!" Kali ini Lani yang tak terima. Lani menatap Ramon dengan penuh permohonan membuat Ramon pun melepaskan cengkeraman tangannya di kerah Cakra. Namun hal itu membuat Cakra menaruh curiga. Kenapa begitu mudah Ramon patuh dengan Lani. Padahal bisa saja Ramon kembali menghajarnya sedangkan Viola menatap jengah lalu menyentak tangannya yang ada dalam genggaman tangan Ramon dan mengajak Cakra untuk pergi.
"Viola!" panggil Ramon saat melihat Viola pergi begitu saja. Dia kembali menoleh ke arah Lani dengan geramnya. "Kamu tuh ngapain di sini? Dia pacar kamu?" tanya Ramon dengan lirih tetapi terlihat begitu mengintimidasi.
"Om yang ngapain di sini? Sama dia lagi? Katanya udah putus tapi masih jalan! Om gimana sich? Bikin hubungan aku hancur aja!"
"Stop Baby! Kamu yang buat hubungan Om begini. Baru aku ingin memperbaiki tapi kamu malah ada di tempat yang sama dengan pacar kamu itu. Anak bodoh kamu sayang-sayang!"
"Om jangan gitu!" sahut Lani tak terima.
"Kita pulang sekarang! Kamu terlalu nakal, Baby! Bisa-bisanya menghancurkan semuanya!" Ramon pun menarik tangan Lani dan membawanya pulang. Sempat memastikan keberadaan Viola dan Cakra tadi dan segera membawa Lani masuk ke dalam mobil.
"Hukumanmu menanti, Baby!"
Sementara sepasang pasutri itu saling bertatapan dengan aura yang berbeda. Nampak serius semenjak keduanya turun dari motor. Namun Viola yang memberikan kasar helmnya Cakra membuat Cakra tersentak.
"Bu! Bu Viola!" teriak Cakra lalu melangkah panjang mengejar Viola. Keduanya menaiki tangga dengan Viola yang berlari kencang lalu berusaha untuk menutup pintu kamar tetapi tertahan oleh Cakra.
"Mau apa? Kamu nggak ada hak marah-marah sama saya, Cakra! Kita hanya menikah kontrak dan bisa begini karena aku meminta tolong sama kamu! Bukan karena kita saling mencintai. Jadi kamu nggak pantas mengatur-atur saya!"
"Ya, itu di awal, tapi apa Bu Viola tidak ingat jika saya sudah berjanji dengan orang tua anda dan Pak Narto juga? Janji itu hutang apalagi saya berjanji dengan orang tua dan disaksikan oleh Tuhan. Anda tidak berpikir konsekuensinya?"
"Tapi kita..."
"Saya yang bertanggung jawab atas istri saya. Seharusnya anda ngerti!"
"Kamu egois namanya! Kamu juga ngapain jalan sama pacar kamu? Kalau kamu mau serius dengan janji kamu, harusnya kamu meninggalkan pacar kamu bukannya mempertahankan hubungan kamu itu! Dibohongi sama perempuan seperti itu aja kamu nggak ngerti. Mau tanggung jawab dengan saya. Kamu bisa apa?"
"Bisa menghamili Ibu sekarang juga! Mau punya anak berapa? Tiga? Lima?" sahut Cakra lalu menarik tangan Viola dan menjatuhkan tubuh wanita itu di ranjang. Mengukung tubuh Viola dengan emosi yang meletup setelah disepelekan. Padahal dia benar-benar memikirkan akan janji itu dan pernikahan mereka. Namun Viola seakan menganggapnya seperti anak kecil. Walaupun Cakra tak munafik jika masih memikirkan tentang Lani.
"CAKRA!"
udah lama banget ini.... Thor, jangan lama ngilangnya...
bner tuh si cakra egois 😏