NovelToon NovelToon
Cinta Seindah Khayalan

Cinta Seindah Khayalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Wanita Karir
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Payang

"Tidak adakah pekerjaan yang bisa kamu lakukan selain mengganggu kesibukan orang lain?" Clive melirik dingin Berry yang duduk disebelahnya.

"Aku hanya ingin wanita itu menjadi ibuku. Bila menunggu Ayah, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehidupan," Berry ikut melirik dingin pada ayahnya.

"Siapa yang mau menjadi Ibumu? Wanita itu?" Clive tersenyum sinis mendengar ucapan putranya.

"Aku saja tidak mau jadi Ayahmu. Terpaksa saja, karena kamu adalah anakku," Clive membuka sabuk pengamannya, lalu segera turun dari mobil. Ia membuka pintu, lalu meraih tubuh kecil Berry masuk dalam gendongannya dan menyerahkannya pada pengasuhnya.

"Pastikan pria kecil ini tidak membuntutiku lagi."

"Baik Tuan," David membungkuk hormat, lalu menggandeng tangan Berry yang segera ditepis anak itu lalu berlari memasuki rumah.

Ikuti kisah Berry, yang memilih sendiri siapa wanita yang dijadikan sebagai ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Bertemu Mantan Rival

Joana membeku, tidak mampu berkata-kata saat CCTV menayangkan bagaimana putranya yang bernama Leo itu dengan kejamnya menendang dan menginjak Yuna tanpa belas kasihan, sementara dua temannya yang lain bersorak menyemangati.

Hingga didetik-detik berikutnya, wajah wanita itu meringis ngeri dengan luapan amarah saat melihat kemunculan Berry yang berlari kencang dari arah ruang kepala sekolah dengan gerakan melayang diudara setelah kaki-kaki pria kecil itu memijak punggung Gio dan Diyun bergantian sebagai tumpuan, laksana atlet taekwondo dan menerjang putranya dengan tendangan jitunya tepat menghantam kepala dan punggung Leo bertubi-tubi, hingga tubuh putranya itu terpental dan terseret diatas beton berpermukaan kasar.

Sementara Sizy, wanita itu penuh kekaguman melihat aksi putranya, apalagi saat pria kecilnya itu melumpuhkan Gio dan Diyun yang tiba-tiba menyerangnya dari belakang karena ingin membantu Leo teman mereka.

"Setelah melihat tayangan CCTV ini, kita bisa menyimpulkan penyebab insiden perkelahian antara Berry dan Leo--" Jenia membuka suara setelah tayangan CCTV yang mereka tonton telah usai.

"Tapi Ibu kepala sekolah, lihat kondisi Leo--, sangat parah. Sementara Berry, dia bahkan tidak terluka sedikitpun," potong Joana, menunjuk putranya yang menjadi korban Berry.

"Berry memang tidak terluka, tapi bagaimana dengan luka-luka lebam Yuna? Dan buku-bukunya yang dirobek oleh Leo, Gio, dan Diyun?" tajam Jenia, membuat Joana seketika bungkam.

"Mendidik anak tidaklah mudah Nyonya. Sebagai kepala sekolah disini, saya tidak akan pandang bulu. Bila terjadi sesuatu pada kesehatan Yuna pasca kejadian hari ini, saya minta nyonya Joana dan tuan Kawasaka sebagai orang tua dari Leo untuk bertanggung jawab atas biaya pengobatan Yuna."

"Dan untuk buku-buku yang telah dirobek oleh Leo, Gio, dan Diyun, saya tugaskan mereka bertiga mencatat ulang catatan Yuna hanya dalam tempo 5 hari. Dan saya harap, nyonya lebih tegas mendidik Leo, karena karakternya akan terbentuk sejak dini. Bila masa dini ini terlewatkan, Nyonya akan menyesal seumur hidup."

Joana menelan salivanya, ingin menyanggah tapi tidak berani saat melihat tatapan tajam sang kepala sekolah tambun itu.

"Dan jika Leo masih berulah, begitu juga dengan Gio dan Diyun, dengan sangat terpaksa, pihak sekolah akan mengeluarkan mereka dari sekolah ini," tegas Jenia.

"Baiklah Ibu kepala sekolah, saya mengerti. Bila sudah tidak ada lagi, saya permisi pulang," Joana bangkit, wajahnya memerah menahan malu, sudah tidak mau berlama-lama lagi disana.

"Silahkan nyonya Joana. Untuk Gio dan Diyun, apa mereka bisa menumpang mobil Nyonya, karena kedua orang tuanya tidak bisa datang menjemput pulang?" ucap Jenia, sambil melihat kearah dua teman Leo yang tengah menunduk.

"Tentu saja Ibu kepala sekolah, kami satu komplek."

"Terima kasih," Jenia menatap Joana yang bergegas.

"Leo, Gio, dan Diyun, minta maaflah pada Yuna sebelum kalian pulang," perintah Jenia menatap ketiga anak didiknya itu yang tengah mengekor Joana menuju pintu keluar.

Walau terpaksa, ketiga anak yang dipanggil Jenia itu tetap melakukan apa yang diperintahkan pada mereka dengan gaya mereka yang asal-asalan, lalu bergegas menyusul Joana yang sudah tidak nampak lagi.

"Nyonya Sizy," Jenia beralih pada Sizy, begitu hanya tersisa mereka saja bersama Mayora sang wali kelas.

"Iya Bu kepala sekolah," Sizy memfokuskan atensinya pada wanita tambun dihadapannya.

"Walau niat Berry adalah membantu Yuna, tapi saya tidak membenarkan putra Nyonya melakukan hal seperti yang kita lihat di tayangan ulang CCTV tadi, beruntung Leo dan dua temannya tidak cedera," pelan Jenia.

"Saya mengerti Ibu kepala sekolah," Sizy mengangguk faham.

"Untuk itu, sebagai hukumannya saya memberi tugas Berry mempelajari buku ini, dan dalam 5 hari kedepan saya ingin mendengar dia menyampaikan intisari dari buku ini didepan saya dan ibu Mayora."

Sisy menerima buku yang disodorkan Jenia padanya, lalu memperhatikan judul sampul buku tentang Akhlak dan Etika dan membolak-balik sekilas buku yang tidak terlalu tebal itu.

"Dan jangan lupa juga, kalau dua minggu lagi Berry akan mengikuti Olimpiade Matematika dan Ilmu Alam mewakili Sekolah Tiga Bahasa kita, dan saya sudah memberi bahan-bahan untuk dipelajari sebelum insiden tadi. Mohon bantuan Nyonya Sizy bisa membantu Berry belajar dirumah," imbuh Jenia mengingatkan.

"Iya Bu kepala sekolah," Sizy tersenyum, memandang bangga pada pria kecilnya yang dipilih untuk mewakili sekolahnya.

"Apa orang tuanya Yuna datang menjemput?" tanya Sizy, mengalihkan pandangannya kearah Yuna yang terlihat lelah duduk disebelah Mayora.

"Sepertinya tidak Nyonya, dan biasanya Yuna memang pulang sendiri dengan berjalan kaki kerumahnya," Jenia turut melihat kearah Yuna. Wanita tambun itu kembali teringat ibu dari bocah perempuan itu yang marah-marah ditelepon saat dikabarkan ada masalah dengan putrinya.

"Bagaimana kalau Bibi mengantar Yuna pulang?" Sizy menawarkan.

"Terima kasih Bibi, saya pulang jalan kaki saja," tolak Yuna, tersenyum sopan, menampilkan pipi gembilnya yang membulat bagaikan bakpao.

"Ibu kepala sekolah, Ibu wali kelas, saya pamit dulu," Yuna berdiri dan menggendong tasnya, mencium tangan Jenia dan Mayora bergantian lalu beranjak meninggalkan ruangan kepala sekolah.

...***...

"Yuna, naiklah, Bibi akan mengantarmu," Sizy menghentikan mobilnya didepan gerbang sekolah, saat melihat bocah perempuan itu hampir mencapai gerbang.

"Tidak Bibi, terima kasih. Rumah kita berlawanan arah," tolak Yuna lagi, menghentikan langkahnya sebentar lalu kembali berjalan.

"Bibi tidak keberatan, kamu tidak perlu sungkan Sayang," bujuk Sizy lembut sambil mengusap pucuk rambut bocah perempuan itu setelah berhasil menghentikan langkah bocah itu lagi.

Yuna menatap sebentar pada wanita dewasa didepannya, hatinya tersentuh. Ibunya saja tidak pernah berlaku selembut itu padanya.

"Apa tidak merepotkan Bibi?" tanyanya pelan.

"Tentu saja tidak Sayang, Bibi bahkan sangat bahagia kalau kamu tidak menolak lagi," Sizy tetap mengulas senyum lembutnya.

"Iya, aku mau Bibi."

Sizy tersenyum lebar mendengar persetujuan Yuna, ia bergegas membuka pintu mobilnya dan membantu bocah perempuan itu naik dan memasang sabuk pengaman pada tubuh gembul itu.

Yuna menatap sebentar pada Berry yang duduk disebelahnya, pria kecil itu bahkan tidak menoleh sama sekali kearahnya, membuatnya merasa sedikit canggung duduk disana.

"Yuna Sayang, beritahu Bibi jalannya ya," Sizy melajukan mobilnya perlahan meninggalkan area sekolah.

"Iya Bibi," sahut Yuna, gegas menatap jalan didepannya.

Dibelakang kemudi, Sizy tersenyum sendiri melihat sikap dingin pria kecilnya, entah pergi kemana sikap gentleman-nya yang sempat ia saksikan di tayangan ulang CCTV sekolah tadi.

"Traffic light didepan, kita mengarah kemana Sayang?" Sizy memperlambat laju mobilnya sebelum akhirnya berhenti dibelakang mobil-mobil yang sudah berhenti didepannya.

"Lurus kedepan saja Bibi, nanti saat bertemu traffic light lagi, belok kekiri, 200 meter setelahnya itu adalah rumahku Bibi, tepat disebelah minimarket," jelas Yuna detail.

Sizy kembali tersenyum sembari melajukan mobilnya, suara khas bocah yang keluar dari bibir mungil Yuna terdengar begitu imut dan menggemaskan. Diam-diam, ia melirik Berry dari kaca yang menggantung didepannya, pria kecilnya itu masih betah dengan wajah datarnya.

Tepat seperti yang dikatakan Yuna sebelumnya, Sizy menghentikan mobilnya didepan pagar berwarna hitam, bersebelahan dengan minimarket.

"Ini rumahmu Sayang?" tanya Sizy memastikan.

"Iya Bibi, terima kasih banyak sudah mengantarku sampai dirumah," Yuna melepaskan sabuk pengamannya. Sementara Sizy, wanita itu gegas keluar dari belakang kemudi dan membantu Yuna turun dari mobilnya.

"Tadi bibi membeli beberapa roti sebelum ke sekolah kalian, ini roti buatmu Sayang," Sizy memberikan sekotak roti yang ia bawa dari jok depan sebelum turun.

"T-tapi--" Yuna spontan menyimpan sepasang tangannya kebelakang tubuhnya.

"Tidak perlu sungkan. Ayo, terimalah. Ini memang buat anak pintar sepertimu," Sizy meraih tangan Yuna yang disembunyikan dibelakang tubuhnya, lalu meletakan kotak roti itu ditangan kecilnya yang gembul.

"Bibi, kenapa Bibi baik sekali padaku?" Yuna menatap Sizy dengan bola matanya yang berkaca-kaca.

Sizy sedikit berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Yuna, lalu menoel pucuk hidung bocah gembul itu sembari mengulas senyum hangatnya.

"Karena Bibi menyukaimu."

"Ayo masuklah, dan segera beristirahat, tubuhmu pasti masih sakit bukan? Jangan lupa oles salep yang diberikan ibu Mayora tadi ya."

Yuna mengangguk pelan, tersenyum tipis, lalu mendaratkan kecupan bibirnya pada pipi Sizy, membuat wanita itu terperangah dibuatnya.

"Terima kasih Bibi," ucap bocah perempuan itu sekali lagi, lalu masuk dan menutup pintu pagar.

Sizy mengusap pipi kanannya, masih terasa hangat. Ia tersenyum lalu bangkit dari jongkoknya dan kembali kemobil.

"Kasian sekali bocah perempuan itu, berjalan kaki sejauh ini," batin Sizy prihatin, lalu menghidupkan mesin mobilnya. Belum sempat ia melajukan mobilnya, satu mobil berhenti tepat didepannya.

"Lidiya?" kaget Sizy, begitu melihat siapa wanita yang keluar dari mobil didepannya, membuka pagar hitam dimana Yuna masuk sebelumnya.

Sudah lama mereka tidak pernah bertemu setelah kelulusan SMU beberapa tahun silam, tapi Sizy tidak pernah lupa dengan rivalnya itu, yang tidak pernah mau kalah dengan dirinya, baik dalam bidang akademik maupun berorganisasi.

Bersambung...✍️

1
Teteh Lia
10 iklan meluncur ....

iklan ku masih lengkap padahal udah malem.🤭
Dewi Payang: Ma kasih banyak kak🫰😁 aku tu kadang lupa pake iklan, jadi angus😄
Kakak apa kabar? siapa yg sakit kak? yg bolak balik rumah sakit kapan hari itu?
total 1 replies
Teteh Lia
balai pustaka... ah... jadi ingat masa sekolah... mojok di perpustakaan...
Dewi Payang: Lebih khusuk bacanya klo mojok ya kak😄
total 1 replies
Teteh Lia
justru aq malah suka bau keringat misua..🤭
Dewi Payang: Sama dengan Sizy donk Kak😄😄 bau keringatnya selalu buat rindu yaa kak🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Teteh Lia
curiga mah wajar donk ya ..
Dewi Payang: Yup betul😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
berbuntut panjang seperti ini... ya ampun... malah jadi masalah besar pula
Dewi Payang: Nah, itu dia kak.....
total 1 replies
Teteh Lia
bimbang bin dilema pasti nih babang Clive ..
Dewi Payang: 😁😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
bisa gagal ngadon nanti...🙈
Dewi Payang: Hahaaaaaa
total 1 replies
Teteh Lia
Berry kecil tentu harus seperti ayah Clive yang bertanggung jawab.
Dewi Payang: Siyap kak....
total 1 replies
@Intan.PS_Army🐨💜
Aku malu Banyak yang aku tak tahu Tentang Budaya indonesia 😭😭😭😭
@Intan.PS_Army🐨💜: bener Bun mau kasihan Dia aja Ngga kasihan Korban nya ampe di Tembak tau Bun,mungkin berita nya nyampe masuk tv kali
Dewi Payang: Prihatin juga sih, tapi tetep begal itu ngerugiin org lain. tetap usaha dan kerja yg halal pasti Tuhan bukan jalan berkat/rejeki.
total 14 replies
Zenun
Salut sama Clive👍, tahu tentang budaya Indonesia
Zenun: Iya betul kak😁👍
Dewi Payang: Biasanya Kak, para turis lebih banyak tau, sama sepeti kita kalau ke negera mereka, kita musti belajar teori dulu tentang negara mereka, baik itu budaya, agama, makanan, supaya saat disana gak buta2 amat, iya kan kak?😁😁😁😁😁
total 2 replies
Zenun
yah, asam lambung dah 😁
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
Zenun: sama aku juga 😄
total 3 replies
Aerik_chan
4 iklan dan 1 bunga untuk author...
Dewi Payang: Ma kasih banyak kak🫰🫰
total 1 replies
Aerik_chan
astaga...nggak kebayang deh
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
total 1 replies
Zenun
mantap👍
Dewi Payang: Aku paling ngerti dikit2 kak😁😁
Zenun: aku juga suka bahasa jawa kak, tapi aku gak bisa bahasa jawa halus😁
total 3 replies
Zenun
pantas Clive terpesona 😁
Zenun: 😁😁😁😁😁😁
Dewi Payang: Clive : ❤️❤️❤️❤️❤️
total 2 replies
F.T Zira
secangkir ☕️ plus 1 vote untuk kak auhor yang menyajikan bab penuh ilmu🥰🥰🥰
lope sekebon buat akak❤️❤️❤️🫰🫰🫰
Dewi Payang: Wuah.... banyak banget gift ditambah vote lagi, makassih banyak Akak, lope lope sekebon juga kak🫰🫰❤️❤️❤️❤️🫰🫰👌👌💃💃💃💃💃💃
total 1 replies
F.T Zira
waooww😳😳😳😳😳
Dewi Payang: 💃💃💃💃💃💃
total 1 replies
F.T Zira
Yuna harus bahagia pokoknyaaa🥹🥹🥹🥹
Dewi Payang: Baiklah....💃💃💃💃
total 1 replies
F.T Zira
gak tau ini syair apa🙈🙈🙈🙈
Dewi Payang: Judul lagunya Anti Kekerasan pada Perempuan dan Anak Kak
total 1 replies
F.T Zira
aahhh di sini ternyata penjelasannya🤭🤭

thank you ilmunya kak👏👏👏👏
Dewi Payang: Iya kak, terima kasih kembali👍👌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!