NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Langkah kakiku terasa sangat berat di bawah ketakutan yang amat besar. Selama aku berkhayal hanya memikirkan tentang kesenangan namun lupa bahwa hidup di zaman kekaisaran ini akan menemui hal buruk yang lebih kejam.

Pria misterius ini membawaku secara paksa dengan masih menempatkan pedang dileherku. Dia melihat ke arah Ivander lalu menutup mulutku yang hampir memanggilnya.

“Mmph.. Mmph” Aku tidak bisa bersuara dan semakin jauh dari kereta kuda. Dia membawaku masuk ke dalam hutan dan aku sudah tidak bisa melihat Ivander.

Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan saat tahu bahwa aku menghilang. “Maafkan aku Ivander, aku tidak bisa menepati janjiku untuk selalu bersamamu. Aku bahkan tidak tahu akan kembali atau masih hidup di kondisi seperti ini” dalam benakku.

Langkah pria ini semakin memburu dan membawaku ke sebuah gubuk di tengah hutan tersebut.

Kreek!..

Dia membuka pintu dengan kakinya.

Terlihat di dalam gubuk itu sedang berdiri seolah menunggu kedatanganku.

Bruk!..

Dia mendorongku hingga duduk tersungkur di bawah melihat dari belakang orang yang berjubah hitam tersebut. “Haa.. haa” nafasku tersengal-sengal.

Orang berjubah itu berbalik lalu mendekat ke arahku. Aku bisa melihat bahwa kaki itu kaki seorang wanita. Dia menyentuh daguku lalu mengangkatnya. “Oh, jadi wajah ini yang paling di sukai olehnya? Haha” ucapnya kemudian tertawa.

Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutupi oleh kain hitam namun aku hanya bisa melihat rambutnya yang berwarna merah panjang dan bergelombang.

“Haha.. bukankah lucu?” ucapnya sambil duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya. Terlihat dia mengenakan gaun yang mewah namun di tutupi oleh jubah hitam. “Dimana 2 pria hebat itu? Bukankah kamu wanita yang sangat beruntung? Lihatlah dirimu yang sekarang! Bahkan suamimu saja tidak mampu melindungimu dengan baik” kata perempuan itu dengan sombongnya.

Dia bahkan sangat menikmati ketidakberdayaannya diriku yang duduk di tahan oleh pria berjubah yang menurut pemikiranku adalah salah satu anak buahnya.

“Siapa kamu? Kenapa kamu melakukan hal ini kepadaku?” tanyaku merasa kesal dan tidak terima.

Dia terdiam dan terlihat tersulut oleh ucapanku. Dia menurunkan kakinya lalu kembali mendekat kearahku dengan membawa pisau kecil di tangannya.

“Siapa aku, tidak penting bagimu bukan? Karena sebentar lagi wajahmu yang tak seberapa cantinya itu akan berubah dan pria itu tidak akan mau menatap wajah burukmu” kata perempuan itu sambil memainkan pisau dan berjalan ke arahku. Dia membolak-balikkan pisau kecil itu sambil menatapnya dengan tatapan penuh dengan amarah dan menyeringai.

Dia mendekatkan pisau itu ke pipiku lalu menempelkan pisau dengan tatapan yang kejam. “Bagaimana jadinya jika pisau ini melukai wajahmu ini? Apa kamu masih bisa tersenyum dengan bangga? Hah!”

Sret!..

Dia menarik rambutku ke belakang dengan kencang.

“Akh!” Aku merasa sangat sakit dan pedas saat rambutku di tarik paksa. Rambut indah yang tertata rapi yang di siapkan oleh para pelayanku kini di rusak oleh tangan perempuan yang jahat ini. Rambutku kini terurai tanpa adanya hiasan apapun.

Dia semakin menarik rambutku ke belakang dan menatapku dari atas seolah mendominasi. “Ini akan semakin menyenangkan. Jika saja kamu cukup dengan suamimu, hal ini tidak akan terjadi. Kupikir wanita terhormat sepertimu tidak akan menggoda pria lain namun ternyata kamu jauh lebih serakah di bandingkan seorang wanita rendahan” ucapnya sangat kesal.

Semakin lama dia semakin nekat dan menampakkan sisi kejamnya. Namun di sela dia sangat ingin melukaiku. Datang seseorang yang berbisik dengan tergesa-gesa. Kemudian wanita itu mengangguk.

“Kali ini kamu beruntung tapi di kesempatan yang akan datang, aku akan memberikan hadiah spesial yang akan merubah hidupmu” katanya dengan suara bernada dingin. Dia melepaskan cengkramannya dari rambutku dan memberikan isyarat ke anak buahnya untuk melepaskanku.

Mereka yang ada di gubuk itu pergi dengan tergesa-gesa dan meninggalkanku sendirian di sana.

“Huft.. terima kasih Tuhan, aku masih selamat” gumamku. Tubuhku terasa sangat lemas hingga berbaring di tengah gubuk tersebut.

Brak!..

Aku sangat terkejut karena ada yang menendang pintu tersebut hingga hancur dan serpihannya melesat ke sampingku.

“Istriku..” panggilnya dengan suara yang tampak putus asa.

Aku terbangun dan menoleh ke belakang dengan perasaan yang lega. “Haa.. suamiku” tangisku pecah melihat Ivander tampak sangat kacau dan menatapku dengan tatapan penuh rasa bersalah.

Dia berlari dan memelukku. “Maafkan aku istriku.. aku sangat takut. Aku tidak tahu bahwa mereka mengincarmu. Aku sangat terkejut saat tidak mendapatimu di kereta kuda. Maafkan aku sayang, maafkan aku” Ivander gemetar dan memelukku dengan erat.

“Sayang.. apa kamu terluka?” Ivander memeriksa kondisi tubuhku dengan seksama.

Rasa bersalah yang semakin besar kini menyerangnya kembali. Dia bahkan menangis dengan putus asa. Aku melihat ada luka di pundaknya. Bajunya terkoyak dan terlihat goresan pedang dan darah keluar dari sana.

“Suamiku, aku baik-baik saja daripada itu.. kamu yang terluka” kataku merasa khawatir melihat luka sayatan yang cukup dalam.

“Ah, ini tidak masalah istriku. Tunggu!” Ivander hanya menyentuh lukanya kemudian tatapannya beralih melihat ke leherku. Ada goresan kecil di leherku dan berdarah karena goresan pedang sebelumnya.

Dia menyentuh di samping lukaku dengan lembut lalu mendekatkan bibirnya ke leherku. “Hmph.. suamiku apa yang mau kamu lakukan?” ucapku terkejut.

“Aku akan memberikan pertolongan pertama. Tahan sayang, ini mungkin akan membuatmu merasa tidak nyaman” Ivander menatapku kemudian kembali mendekatkan bibirnya ke leherku.

“Mmhh” Ivader menyentuh lukaku dengan lidahnya dan menjil*tnya dengan perlahan.

“Uh.. suamiku”ucapku tak tahan dengan sentuhannya. Rasa geli serta panas lidahnya terasa sangat aneh. Hembusan hangat nafasnya sangat terasa.

Aku bahka merasakan sensasi perih saat luka itu basah oleh lidahnya namun saat ia menyentuhnya lebih lama, rasanya menjadi jauh lebih baik namun aku merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhku.

“Suamiku, cukup” pintaku. Aku tidak bisa membiarkan Ivander menyentuhnya lebih lama karena rasanya aku akan semakin hanyut oleh kehangatan dari sentuhannya.

“Sudah jauh lebih baik sayang?” tanya Ivander dengan tatapannya membuatku berdebar. Dia memeriksa kembali luka di leherku dengan menyentuhnya. Dia memeperhatikannya dengan hati-hati. “Sudah tidak berdarah lagi” kata Ivander sambil menyeka bagian yang basah karena sentuhannya.

Wajahku memerah dan bahkan tubuhku berasa panas saat dia melakukan sentuhan itu. “Suamiku, aku takut berada disini” ucapku merasa tidak tenang.

“Baiklah istriku. Maaf semua ini salahku. Jika saja aku membawa kesatria di sekitar kita pasti hal buruk ini tidak akan terjadi.aku tidak belajar dari pengalaman dan sangat sombong bahwa aku sendiri saja sanggup melindungimu” ucapnya panjang lebar.

“Ssstt..” aku menyentuh bibirnya dengan jariku. Dia pun terdiam.”Suamiku, jangan menyalahkan dirimu. Ayo kita keluar dari sini” pintaku merasa semakin takut.

Ivander menggendongku dari depan layaknya seorang putri padahal pundaknya sedang terluka namun dia sangat keras kepala.

Aku berpegangan di pundaknya yang tidak terluka dan kami pun kembali ke kereta kuda. Beruntungnya kusir tersebut masih hidup dan sudah sadar sehingga kami pun bisa pulang dengan cepat.

Sebelumnya Ivander memang membawa kesatria saat menuju ke istana namun saat pulang ia meminta para kesatria tidak mengikuti kami dan pulang melewati jalan lain. Ivander tidak menduga akan terjadi hal seperti ini sehingga ia merasa bersalah lagi dan lagi.

1
Riss Si Author
semangat ya
Riss Si Author
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!