Karena perjodohan, Rania bisa menikah dengan Adrian, pria yang menjadi cinta pertamanya. Namun sayang, pernikahan impian Rania jauh dari pernikahan yang saat ini dia jalani.
Setelah melewati dua tahun pernikahan, kekasih Adrian yang bernama Alexa kembali dari luar negeri. Itu berarti sudah tiba waktunya Rania untuk melepaskan Adrian dengan bercerai dari pria itu.
Bagaimana kehidupan Rania setelah dua tahun menikah?
Apakah dia rela melepaskan Adrian? Atau Adrian yang justru tidak rela melepaskan Rania?
Yuk ikuti ceritanya di Dua Tahun Setelah Menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Sebuah Rahasia
Ansel tidak bisa menghubungi Rania. Nomor milik istri Adrian itu terus saja berada dalam pangilan lainnya. Pesan yang Ansel kirim, hingga detik ini belum juga di baca.
"Bagaimana ini Bun?" tanya Ansel.
"Kita ke rumahnya saja, sebelum terlambat." Ucap nyonya Alana.
Istri tuan Bryan itu baru ingat, jika sopir pribadi mereka tahu di mana Rania tinggal saat ini. Sebelumnya nyonya Alana dan Ansel pernah mendatangi kediaman Rania dan Adrian. Tapi mereka tidak mendapatkan hasil apa-apa. Rania sudah tidak lagi tingal di sana. Informasi yang diberikan Dito, orang yang menemui mereka.
Nyonya Alana yakin, Rania pergi karena kehadiran Alexa. Mengingat nama Alexa, hingga saat ini tuan Bryan belum juga bisa menemukannya. Nyonya Alana tidak mau ambil pusing masalah anak hasil perselingkuhan suaminya itu. Ada hal penting lainnya yang harus nyonya Alana selesaikan. Menjelaskan sesuatu yang penting pada Rania. Sebuah rahasia yang sudah waktunya dibuka.
"Bunda benar!" sahut Ansel, "Bukankah pak Dani tahu tempat tinggal Rania" ucap Ansel lagi.
Diantar pak Dani, Ansel dan nyonya Alana tiba di kediaman Rania. Biar kecil, rumah yang ditempati putri bapak Rahadi itu sangat unik. Nyonya Alana sampai kagum dibuatnya. Dia sangat mengagumi bakat Rania. Pantas saja, suaminya Bryan tidak pernah berhenti memuji putri sahabatnya ini.
Ya begitulah, jika kita berkunjung di kediaman seorang arsitek. Mereka biasanya akan mendesain rumah mereka lain dari rumah pada umumnya.
"Nona Alana?" ucap mbok Asih begitu mengenali nyonya Alana yang kini berdiri di hadapannya.
"Mbok Asih?" balas nyonya Alana yang juga tidak menyangka masih bisa bertemu dengan wanita tua yang baik hati ini.
"Iya Nona, saya mbok Asih." Balas mbok Asih untuk menyakinkan nyonya Alana.
Bunda Ansel itu segera memeluk wanita tua yang menjadi saksi persahabatannya dengan Naura. Bukan itu saja, mbok Asih juga mejadi saksi bahwa Ansel dan Rania sebenarnya bersaudara. Ada hubungan biologis antara keduanya. Memang rumit, tapi itulah kenyataannya. Dan bertahun-tahun lamanya nyonya Alana menyimpan rahasia ini.
Flash back
"Aku akan menikah," ucap Alana setelah dia duduk di sofa ruang kerja Naura.
Naura menghentikan pekerjaanya. Dia mendekati Alana untuk memberi selamat.
"Itu bagus Al. Selamat!" ucap Naura.
"Tapi Na," Alana menggantung ucapannya.
"Tapi apa? Masalah keturunan?" tanya Naura yang tahu penyebab keraguan sahabatnya itu untuk menikah lagi.
Alana sebelumnya pernah menikah, lalu bercerai. Suaminya menikah lagi karena Alana tidak bisa memberikan keturunan. Mana mau Alana di madu, dia lebih baik menjadi janda biarpun dia sangat mencintai suaminya.
Sekarang Alana dijodohkan oleh keluarganya dengan pria asing bernama Bryan. Pria itu dan keluarganya tidak menuntut harus memiliki keturunan, namun kegagalannya di masa lalu tetap membekas dan menjadikan trauma bagi Alana.
"Aku akan membantu kamu untuk bisa merasakan mengandung seorang anak," ucap Naura agar Alana tenang.
"Caranya?" tanya Alana tidak mengerti.
Naura menepuk punggung tangan Alana, "Aku kasih tahu nanti, setelah kamu menikah." Ucap Naura.
Setelah Alana menikah, Naura membawa sahabatnya itu ke laboratorium milik temanya. Sebuah laboratorium yang menampung para pendonor sel telur. Biasanya digunakan untuk penelitian, dan diperuntukkan bagi para wanita yang sangat ingin mengandung seperti Alana.
Demi kebahagian sahabatnya, Naura rela mendonorkan sel telur miliknya untuk Alana. Tentunya dia harus siap dengan segala resiko yang akan terjadi di masa depan. Seandainya rahasia besar ini sampai terbongkar.
Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, Naura berhasil mendonorkan sel telurnya. Sementara tanpa sepengetahuan Bryan, Alana mengambil sperma suaminya itu, agar bisa membuahi sel telur yang Naura sumbangkan untuknya.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya calon bayi itu di masukkan kedalam rahim Alana. Kehamilan Alana membawa kebahagiaan untuk keluarganya tanpa kecuali Bryan.
Namun sayang, kebahagiaan itu tidak bisa Alana bagi pada Naura. Sahabatnya itu tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar.
Flash back off.
Nyonya Alana mengurai pelukannya. Lalu dia memperkenalkan Ansel pada mbok Asih.
"Mbok, ini Ansel," ucap nyonya Alana.
"Dia...," tunjuk mbok Asih pada Ansel.
"Dia putra Naura yang lahir dari rahimku," ucap nyonya Alana.
"Ya Tuhan, Nona berhasil!" seru mbok Asih bersyukur.
"Aku berhasil melahirkannya, Mbok."
"Tapi...." Mbok Asih terdiam. Dia teringat Naura pernah mencari keberadaan Alana begitu dia bisa terbebas dari kejahatan yang di lakukan oleh ibu dan saudara tirinya.
"Tapi apa Mbok?" tanya nyonya Alana.
"Nona Naura tidak bisa melihat betapa gagah dan tampan putranya saat ini." Jawab mbok Asih.
"Aku juga tidak menyangka Naura akan meninggalkan kita secepat ini Mbok," balas nyonya Alana.
"Mbok, di mana Rania?" tanya Ansel membuat kedua wanita beda usia itu menghentikan kesedihan mereka.
"Non Ara menginap di kediaman keluarga Sucipto." Jawab mbok Asih.
"Keluarga Sucipto itu siapa?" tanya nyonya Alana.
"Keluarga angkat nona Ara. Mereka orang-orang baik, yang sayang pada nona Ara."
Nyonya Alana bernapas lega mendengar penjelasan mbok Asih. Ternyata banyak orang yang sayang pada putri sahabatnya itu.
"Bun, kita harus secepatnya memberitahu Rania," ucap Ansel mengingatkan ibu yang melahirkannya itu.
"Ada apa?" tanya mbok Asih.
"Keluarga Naura sekarang mencari keberadaan Rania," ucap nyonya Alana.
"Jangan sampai mereka menemukan non Ara," ujar mbok Asih. Wajahnya menggambarkan ketakutan.
Bayangan Naura yang di siksa keluarga ibu tirinya, tidak pernah bisa mbok Asih lupakan. Karena itu, dia selalu menemani Naura kemanapun putri majikannya itu pergi. Bahkan sampai ajal menjemputnya.
"Mereka pasti ingin merebut harta milik Naura," ucap mbok Asih.
"Mbok, bisa hubungi Rania?" ucap Ansel meminta tolong mbok Asih. Jika orang yang dikenalnya yang menghubungi, Rania pasti akan menjawabnya.
Benar saja dugaan Ansel. Rania segera menerima telepon dari mbok Asih.
"Ada apa Mbok?" tanya Rania, dari seberang sana.
"Non, bisa pulang sekarang?" tanya mbok Asih.
"Ada apa?" ulang Rania pertanyaannya.
"Akan Mbok jelaskan kalau Non Ara sudah sampai rumah," balas mbok Asih.
"Mbok, jangan buat Ara penasaran!" seru Rania.
"Mbok tunggu Non Ara pulang sekarang!" ucap mbok Asih lalu mematikan sambungan teleponnya.
Rania tentu saja khawatir dengan keadaan mbok Asih. Tidak pernah wanita yang merawatnya sejak bayi itu memaksanya seperti ini.
"Ada apa Ra?" tanya Harsa yang melihat raut wajah Rania tampak gelisah.
"Baru saja yang telepon mbok Asih. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Ara pulang dulu Bang." jawab Rania.
"Abang antar kamu pulang. Ayo!" ucap Harsa sambil menarik tangan Rania.
Bukan sesuatu yang asing, sedari kecil interaksi mereka sudah seperti saudara. Peluk dan saling bergandengan tangan bukan sesuatu yang istimewa.
"Kalian mau ke mana!" tegur Karla yang baru saja keluar dari kamarnya.
"La, Ara pulang dulu. Ara khawatir sama si mbok." ucap Rania.
"Abang mau antar Ara pulang?" tanya Karla yang langsung diangguki oleh Harsa.
"Ikut!" sahut Karla, sambil mengambil alih tangan Rania hingga terlepas dari tangan Harsa.
"Ayo Abang!" seru Karla karena kakanya itu tidak juga beranjak dari tempatnya berdiri.
Tiba di kediamannya, Rania bergegas turun. Terlebih lagi dia melihat mobil yang pernah menjemputnya, mobil yang membawanya mengunjungi kediaman Bryan.
"Mbok!" panggil Rania.
"Salam dulu Non!" tegur mbok Asih.
"Assalamualaikum," ucap Rania.
Dan dia terkejut saat ada suara Ansel dan nyonya Alana yang menjawab salam nya.
"Kak Ansel, Bunda?" ucap Rania memanggil kedua tamunya.
...☆☆☆...
sebab bab atas ada bagi salam
tidur satu bilik???
walaupun sakit itu bukan alasan tidur berduaan dgn lelaki
d tnggu crta slnjtnya.....ttp smngtttt.....
sehat selalu author
btw,rena ush mlai brubah kya'ny... jd lbih baik lnjutin aja prnikahan klian,sma2 bljr dr kslhan msa lalu....
bkannya bhgia,tp mlah mkan ati tiap hri....
adrian ko bs sih pnya istri ky gt????
Btw....slmt y rania....yg ni pst baby gir....