NovelToon NovelToon
The Worst Villain

The Worst Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:25.2k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Fany, seorang wanita cantik dan anggota mafia ternama, tergeletak sekarat dengan pisau menancap di jantungnya, dipegang oleh tunangannya, Deric.

"Kenapa, Deric?" bisik Fany, menatap dingin pada tunangannya yang mengkhianatinya.

"Maaf, Fany. Ini hanya bisnis," jawab Deric datar.

Ini adalah kehidupan ketujuhnya, dan sekali lagi, Fany mati karena pengkhianatan. Ia selalu ingat setiap kehidupannya: sahabat di kehidupan pertama, keluarga di kedua, kekasih di ketiga, suami di keempat, rekan kerja di kelima, keluarga angkat di keenam, dan kini tunangannya.

Saat kesadarannya memudar, Fany merasakan takdir mempermainkannya. Namun, ia terbangun kembali di kehidupannya yang pertama, kali ini dengan tekad baru.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku lagi," gumam Fany di depan cermin. "Kali ini, aku hanya percaya pada diriku sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Sudah seminggu Fany berada di rumah sakit. Selama masa pemulihan itu, dia akhirnya mengetahui identitas dari orang-orang yang begitu peduli padanya. Eliza adalah neneknya, Maximilian adalah kakeknya, Regina adalah mamanya, Alexander adalah papanya, dan Sebastian, Gabriel, serta Dominic adalah kakak-kakaknya.

Mereka semua menjaganya dengan penuh kasih sayang dan perhatian, berharap Fany segera pulih.

Pagi itu, Fany duduk di tempat tidurnya, menatap jendela ruang rawatannya dengan ekspresi datar. Cahaya matahari yang hangat menyinari wajahnya, tetapi tidak bisa menembus dinginnya perasaannya. Mereka memang keluarganya, setidaknya secara darah, namun Fany masih belum bisa menerima mereka sepenuhnya.

Perasaan pengkhianatan dan trauma yang mendalam masih menghantuinya. Setiap kali dia mencoba membuka hatinya, bayangan masa lalu yang kelam datang menghantui, membuatnya mundur kembali ke dalam cangkang pelindungnya.

Regina masuk ke dalam ruangan dengan senyuman lembut, membawa secangkir teh hangat. "Pagi, Fany. Bagaimana perasaanmu hari ini?" tanyanya dengan harapan.

Fany hanya mengangguk sedikit tanpa menoleh, matanya tetap terpaku pada jendela. "Baik," jawabnya singkat, suaranya datar dan tanpa emosi.

Regina duduk di samping tempat tidurnya, menempatkan cangkir teh di meja kecil. "Kami semua ada di sini untukmu, Fany. Kami sangat merindukanmu dan ingin melihatmu bahagia," ujarnya, mencoba menjangkau hati putrinya.

Fany menghela napas pelan, masih belum mampu mengatasi dinding tinggi yang dibangunnya di sekeliling hatinya. "Aku tahu," katanya pelan. "Tapi... aku butuh waktu."

Regina mengangguk dengan pengertian, meskipun hatinya sakit melihat jarak yang masih memisahkan mereka. "Tentu saja, sayang. Kami akan menunggumu, berapa lama pun itu. Yang penting kamu tahu bahwa kami mencintaimu dan akan selalu ada untukmu."

Setelah beberapa saat hening, Regina meninggalkan ruangan dengan hati-hati, memberikan Fany ruang yang dia butuhkan.

Fany menatap jendela lagi, merasakan berat beban di dadanya. Dia tahu keluarganya mencoba yang terbaik untuk mendekatinya, tetapi luka-luka emosionalnya terlalu dalam untuk sembuh dengan cepat. Butuh lebih dari sekadar waktu untuk menghapus rasa sakit dan pengkhianatan yang pernah dia rasakan.

Fany terdiam merenung, pikirannya berputar dalam kekacauan yang tidak ada habisnya. Jika mereka benar-benar keluarganya, mengapa mereka tidak datang menemuinya di kehidupan pertamanya? Kenapa baru di kehidupan kedelapannya mereka muncul? Kenapa setelah Fany membunuh perasaannya, keluarganya malah mencoba untuk menghidupkannya kembali?

Fany merasa seolah-olah semua usaha mereka hanya memperparah luka-lukanya. Dia tidak ingin mempercayai siapapun lagi, tidak ingin hidup terikat dengan siapapun. Setiap kali dia membuka dirinya kepada orang lain, rasa sakit akibat pengkhianatan selalu kembali, menghantuinya tanpa henti.

Selama tujuh kehidupannya, Fany sudah terlalu sering merasakan sakit yang dalam akibat pengkhianatan. Setiap kehidupan membawa rasa sakit yang baru, luka yang baru, membuat hatinya semakin mengeras dan membeku. Kini, di kehidupan kedelapan, dia tidak ingin merasakan itu lagi. Dia tidak ingin lagi mengalami penderitaan yang sama.

Fany meringkuk di atas tempat tidurnya, memeluk kedua kakinya erat-erat, menenggelamkan kepalanya di antara lututnya. Dia ingin menangis seperti dulu, melepaskan semua beban yang ada di hatinya, tapi air matanya tidak mau keluar. Dia ingin tertawa, tersenyum, merasakan kebahagiaan lagi, tapi semuanya terasa hampa dan kosong.

Perasaan Fany benar-benar sudah mati. Setiap emosi yang dulu dia rasakan kini hilang, tersapu bersih oleh siklus penderitaan yang tiada henti. Dalam kegelapan hatinya, dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, entah bagaimana caranya, dia bisa menemukan jalan keluar dari semua ini. Tapi untuk saat ini, dia hanya bisa meringkuk dalam keheningan, mencoba melindungi dirinya dari dunia yang terus-menerus menyakitinya.

Pintu ruang rawat Fany dibuka pelan, dan Sebastian serta Gabriel masuk dengan hati-hati, masing-masing membawa buket bunga yang indah. Senyum mereka cerah, mencoba membawa sedikit keceriaan ke dalam ruangan yang sunyi.

"Hey, adik kecil," kata Sebastian dengan nada riang, "Kami membawakan sesuatu yang spesial untukmu."

"Ya, lihat ini," tambah Gabriel sambil mengangkat buket bunga yang dia bawa, "Bunga-bunga ini hampir secantik kamu, tapi kurasa mereka masih kalah, ya?"

Fany hanya diam, menatap bunga-bunga itu tanpa ekspresi. Candaan lucu yang dilemparkan oleh kedua kakaknya tidak mendapatkan respons sedikitpun darinya. Sebastian dan Gabriel saling bertukar pandang, sedikit cemas tapi tetap berusaha tersenyum.

"Fany, lihat," kata Gabriel lagi, mencoba menarik perhatian adiknya, "Kami bahkan memilih bunga-bunga yang kamu suka. Lili dan mawar putih, benar?"

Fany tetap tidak berbicara, matanya kembali tertuju pada jendela, seolah dunia luar lebih menarik daripada apa yang ada di hadapannya. Perasaannya yang mati membuatnya tidak bisa merespons upaya mereka untuk membuatnya bahagia.

Sebastian mendekatkan buket bunga ke sisi tempat tidur Fany dan meletakkannya di meja. "Kami hanya ingin melihatmu tersenyum lagi, Fany," ujarnya dengan nada lembut.

Gabriel duduk di kursi dekat tempat tidur, menatap Fany dengan kasih sayang. "Kami tahu ini sulit untukmu, tapi kami ada di sini untukmu. Selalu," katanya pelan.

Fany masih diam, hatinya tetap terkunci rapat. Dia merasakan usaha mereka, namun luka-luka masa lalunya terlalu dalam untuk sembuh dengan cepat. Meskipun demikian, kehadiran mereka memberikan sedikit kenyamanan, meski hanya berupa kehadiran fisik di ruang yang sunyi.

Sebastian dan Gabriel akhirnya memutuskan untuk duduk di dekatnya, tidak memaksanya untuk berbicara, hanya menemaninya dalam diam. Mereka berharap, suatu hari nanti, adik kecil mereka akan bisa membuka hatinya lagi dan menerima cinta serta dukungan mereka.

Suasana hening cukup lama. Gabriel, yang tidak tahan dengan keheningan itu, akhirnya memutuskan untuk mencairkan suasana. Dengan senyum lebar, dia mulai bercanda, "Kamu tahu, Fany, kalau kamu terus diam seperti ini, kami mungkin akan berpikir kamu jadi biksu zen."

Sebastian, menangkap nada candaannya, ikut tertawa. "Ya, dan kami tidak mau punya adik yang terlalu serius. Sebentar lagi, kamu bisa jadi guru meditasi!"

"Kamu tahu nggak, semalam aku bermimpi kamu jadi penyanyi terkenal. Kamu tampil di panggung besar dan semua orang bersorak memanggil namamu!" sahut Gabriel kemudian menambahkan.

Fany tetap diam, hanya menatap kedua kakaknya dengan ekspresi datar. Candaan mereka, meskipun lucu, tidak mampu menembus dinding emosional yang telah dibangunnya.

Gabriel dan Sebastian terus berusaha, menceritakan lelucon-lelucon dan mengingat kembali momen-momen lucu dari masa lalu. Namun, setiap usaha mereka tampak sia-sia. Wajah Fany tidak menunjukkan perubahan, tetap dingin dan tak berperasaan.

Setelah diam cukup lama, Fany akhirnya berbicara. Suaranya pelan dan datar, tetapi cukup jelas untuk didengar. "Aku ingin istirahat," katanya tanpa emosi.

Gabriel dan Sebastian saling bertukar pandang, sedikit kecewa namun mengerti. "Tentu, Fany," kata Gabriel dengan lembut. "Kami akan membiarkanmu beristirahat. Jika kamu butuh apa-apa, kami ada di sini."

Sebastian mengangguk setuju. "Istirahatlah yang baik, Fany. Kami akan selalu ada untukmu," ujarnya sebelum berdiri.

Mereka berdua bangkit dari tempat duduk mereka dan dengan hati-hati meninggalkan ruangan, memastikan tidak membuat kebisingan yang bisa mengganggu Fany.

1
Uswatun hasanah
sukaaa wanita kuat tak terintimidasi oleh lawan.. pertahan kan othor.. 👍
Uswatun hasanah
ok.. Fany kamu wanita kuat tak terintimidasi.. penasaran siapa ni yang main2 ni..
Bintang Juing
Luar biasa
R yuyun Saribanon
sampai bab ini..thor kamu melupakan peristiwa penembakan terhadap fanny..siapa yg menembakan n motifnya..jangan putus mata rantainya thor
@ImIm: Bukan dilupakan tapi belum dibahas.
total 1 replies
R yuyun Saribanon
siapa yg melakukan penyerangan?
R yuyun Saribanon
bingung saya..keluarga mengamati dari jauh tapi fani makan dari tong sampah dan beberapa kali mengalami penyerangan..
Sofi Sofiah
yah kalo gini bisa mati penasaran aku....tabung baca adeh untuk brfa hari klo gni ...gak bisa aku baca terlalu sdikit Thor soal nya ceritamu terlalu bagus untuk ku ..dan aku sangat suka cerita seperti ni....
Padriyah Balqis
masih penasaran lagi ...Thor lanjut lagi
R yuyun Saribanon
ortunya akan jemput fanny setelah jd mayat
Sofi Sofiah
apakah orang yg mmbuat tuduhan palsu itusangat bodoh sehingga Fany yang menjadi sasaran....mau hilang kali ya nywa nya
R yuyun Saribanon
nah ini baru keren
Uswatun hasanah
ayo Fany peranmu kunanti temukan pekaku dan permalukan.. ada yang mau bermain denganmu ternyata... 😒
Uswatun hasanah
apakah ada yang bundir.. ngeri.(moga nggak /baperan).. 🤨
Sofi Sofiah
cerita nya keren...aku maraton baca dari awal tpi rasanya masi kurang
Zeendy Londok
lanjut thor
Uswatun hasanah
masih jadi teka teki ni..
Uswatun hasanah
iri dengki akan menghancurkan dirinya sendiri.. 😌
Uswatun hasanah
wow.. hebat .. suka mengintimidasi ternyata Fany.. gak bakal dibully... 😅
Uswatun hasanah
kehidupan Fany yang sesungguhnya dimulai... nunggu part selanjutnya...
Leha
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!