Raya Lituhayu (25) kecewa karena sang kekasih menikahi sekretaris pribadinya yang sudah hamil duluan. Bayu Agung Gunawan (27), menyimpan cinta untuk tetangga yang berprofesi sebagai pengacara dengan status janda.
Orangtua Raya dan Bayu berniat menjodohkan mereka untuk semakin mendekatkan dua keluarga. Tentu saja ditolak, apalagi hubungan mereka layaknya Tom and Jerry. Satu insiden membuat mereka akhirnya menerima pernikahan tersebut.
Kehidupan rumah tangga yang penuh drama dan canda, menimbulkan cinta. Namun, semua berantakan ketika kerjasama dua keluarga besar terpuruk. Bunda Bayu terluka dan Papi Raya harus mendekam di penjara. Hubungan Raya dan Bayu semakin renggang dan berujung perpisahan. Tidak mudah bagi Raya menjalani hidup setelah keterpurukan keluarga bahkan dalam kondisi hamil.
“Benci dan rindu itu batasnya tipis, sekarang kamu benci bentaran juga rindu sampai bucin. Ayolah, jangan jadikan kebencian ini mendarah sampai anak cucu kita."
===
Jangan menumpuk bab 😘😘😘🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 ~ Kalang Kabut
Raya menatap pintu masuk mall yang mereka lewati. Tadi pagi, Bayu mengatakan akan belanja untuk keperluan mereka, sepertinya pria itu lupa.
“Kita nggak jadi, belanja?”
“Besok saja, sekarang ada yang lebih penting.”
“Mau ke mana?” tanya Raya heran.
“Makan.”
“Oh.”
Bayu terlihat resah dan gelisah, sesekali menoleh ke samping menatap Raya yang terlihat tenang-tenang saja. Padahal sejak tadi siang sudah membuat Bayu panas dingin dan kepala cenat cenut. Ditambah menyaksikan pria lain merayunya, semakin membuat sang suami merasa lapar ingin segera melepaskan dahaga dan membuktikan pada dunia kalau dia adalah suami dari Raya.
Menekan klakson dan berdecak kala berada di tengah kemacetan.
“Sabar, semua juga mau cepat pulang. Bisa jadi mereka juga sedang lapar sama kayak kamu.”
“Ck, lapar aku beda.”
“Lapar ya sama aja.”
Akhirnya mobil sudah memasuki area apartemen, dalam hati Bayu mengumpat karena gedung yang mereka tuju ada di deret paling jauh. Belum lagi sore begini aktivitas hilir mudik kendaraan cukup tinggi membuatnya tidak bisa gegas menuju parkiran.
“Loh, langsung pulang?” Raya bertanya karena mereka sudah berada di parkiran basement.
“Memang mau ke mana lagi, dibilang aku sudah lapar.”
“Bukannya di unit nggak ada makanan dan bahan makanan, terus kamu mau makan apa?”
Bayu fokus memarkir mobilnya lalu melepas seat belt dan menghadap Raya yang masih menatap heran padanya. Ia menangkup wajah gadis itu, sempat bergerak untuk menjauh, tapi tangan Bayu menahan agar tidak bergerak.
“Aku lapar dan lapar ini hanya bisa dituntaskan oleh kamu. Aku akan makan kamu, sekalian membuktikan seenak apa rasa kamu. Paham sampai sini?” tanya Bayu.
Raya refleks mengangguk pelan kemudian menggelengkan kepala dan kedua mata terbelalak.
“Maksudnya kita ….”
“Iya, ayo. Bani udah nggak sabar.”
Tangan Bayu menggenggam tangan Raya saat memasuki lobby dari pintu basement bahkan jalannya sangat tergesa membuat Raya agak berlari.
“Bayu, Raya.”
Pasangan itu menoleh, ternyata Erika dan Mario. Jika Raya tersenyum menyambut kedua mertuanya, Bayu malah berdecak.
“Bunda, sudah lama?” tanya Raya langsung mendekat dan mencium tangan pasangan itu.
“Baru sepuluh menit. Ayo kita ke unit kalian.”
“Bun, mau ngapain sih. Kita capek baru pulang.”
Raya menyenggol lengan Bayu, mendengar ucapan keberatan karena kedatangan orang tuanya. Mario menggelengkan kepala, Erika langsung memukul pelan lengan putranya.
“Dasar anak durhakim, orang tua datang malah ditanya mau ngapain. Bunda mau lihat kondisi Raya, takutnya tekanan batin jadi istri kamu.”
“Mana ada Bun, dia seneng. Malah mau aku buat lebih bahagia lagi, mau diajak ke surga. Makanya Bunda pulang gih. Yah, ajak Bunda pulang. Nanti aku sama Raya pulang dan Bunda bisa cek sendiri dari ujung rambut sampai ujung kaki, nggak akan ada yang terluka.”
“Awas aja kalau menantu Bunda, kenapa-napa.” Erika menunjuk wajah Bayu seraya mengancam. Tentu saja itu hanya bercanda, karena ia pun tahu kalau Bayu tidak akan macam-macam.
“Ayo, sayang. Ayah juga sudah lelah.” Mario merangkul bahu istrinya.
“Bunda pulang ya, kamu jangan sungkan lapor ke Bunda kalau dia aneh-aneh,” tutur Erika pada Raya.
“Iya Bun,” sahut Raya sambil tersenyum.
“Iya sudah sana, pulang terus istirahat.” Bayu dan Raya masih menatap kepergian pasangan paruh baya yang masih terlihat gagah dan cantik.
“Mereka nggak langsung naik, memang ….”
“Ayo,” ajak Bayu kembali meraih jemari Raya.
Dalam lift, Bayu tidak bisa berkutik karena ada penghuni apartemen lainnya. namun, saat memasuki unitnya dia sudah merencanakan dengan matang apa yang harus dilakukan pada Raya.
“Kita ke kamar!” titah Bayu berbarengan dengan bunyi ponselnya.
Raya yang agak takut dengan detakan jantung yang bertalu-talu, merasa diselamatkan dengan penelpon di ponsel Bayu.
“Itu ….”
“Masih bisa nunggu. Ada hal lebih penting yang harus kita lakukan.” Bayu mengajak Raya ke lantai dua ke kamar mereka.
Keduanya berdiri saling berhadapan, dengan tatapan Raya agak menunduk. Tidak berani menatap wajah Bayu, takut terlena dan ter bayu-bayu. Dengan perbedaan tinggi tubuh mereka, Bayu sedikit menunduk dan meraih dagu Raya agar menatapnya.
“Cantik,” ucap Bayu.
Mantannya Raya pasti buta, yang kayak gini dikhianati dan sekarang malah selingkuh sama janda, batin Bayu mengejek Radit, padahal ia sendiri pun sempat menaruh hati pada janda yang sama.
Perlahan Bayu mengikis jarak, wajah mereka begitu dekat. Bahkan hembusan nafas mereka sangat terasa, begitu hangat. Baru kali ini Raya melihat wajah pria begitu dekat bahkan sangat dekat dan ….
Tubuhnya seakan membeku mana kala bibir mereka sudah bertemu. Ciuman pertamanya, dilakukan oleh … Bayu. Meski awalnya bingung harus apa, tapi insting seakan membimbingnya untuk sedikit membuka mulut membuat Bayu bisa mengeksplor lebih dalam.
Awalnya hanya kecup4n perlahan berubah menjadi pagutan dalam dan panas. Bayu seakan menjadi tutor hanya dalam gerakan membuat Raya menjadi biasa dalam cumbu4n pertamanya. Dengan nafas terengah dan tidak menyadari karena terbawa suasana, tubuh Raya sudah merebah di atas ranjang.
Gadis itu menelan saliva menatap Bayu sedang melepas penutup tubuhnya. Dada bidang pria itu terlihat begitu kekar dengan garis-garis otot membentuk belahan roti sobek. Pandangan mereka bertemu, tatapan mata Bayu menyiratkan kalau ia sangat bergair*h.
Meloloskan celana chinos menyisakan boxer yang terlihat sudah sangat sesak.
“Ini bani. Bayu mini dan imut, tapi gue jamin dia nggak mini meski tetap imut-imut bikin kamu kalang kabut. Mau apa dulu, pegang atau dirasa dulu?”
“Hah!!”
double up dong Thor 🙏