Dihamili Bodyguard Tampan

Seminggu setelahnya....

Semua acara telah disiapkan, pernikahan antara Aksal dengan Zena pun sebentar lagi akan segera berlangsung. Kedua mempelai telah sama-sama setuju dengan pernikahan itu, meski Zena tampak masih belum bisa menerima seratus persen keputusan ini.

Zena pun melangkah menaiki altar pernikahan, ia menemui Aksal yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Tatapan sinis diberikan oleh Zena kepada pria itu, terlihat bahwa Zena benar-benar tidak menyukai sosok Aksal dan sangat membencinya.

"Hey, kamu dengar ya Aksal! Walaupun kita menikah nanti, aku tetap gak akan pernah cinta sama kamu!" bisik Zena di telinga pria itu.

Tak ada jawaban dari Aksal, pria itu justru bersikap santai dan berpura-pura tidak mendengar kalimat Zena barusan. Tentu saja hal itu memancing emosi Zena, tetapi tak mungkin juga ia mengamuk di dalam tempat yang suci itu.

"Baiklah, kalian berdua sudah siap? Pembacaan janji suci akan segera dilaksanakan," ucap sang pendeta.

Baik Aksal maupun Zena kompak mengangguk, mereka melangkah maju dan tampak saling gugup saat ini. Bagaimanapun, pernikahan adalah sebuah acara yang sakral dan mereka tidak mau mempermainkan itu. Meski mereka tahu bahwa pernikahan ini terjadi bukan atas dasar cinta.

Setelah semua prosesi pemberkatan selesai, Aksal pun memasukkan cincin ke dalam jari manis istrinya di depan cukup banyak para keluarga maupun jemaat yang hadir. Aksal terlihat ragu kali ini, tangannya bergetar saat ia memegang tangan wanita itu.

"Lama banget sih, buruan kali! Kamu jangan modus ya mau pegang-pegang tangan aku!" cibir Zena.

"Diam kamu!" Aksal menggeram kesal dan berusaha menahan dirinya.

Perlahan Aksal pun berhasil menanamkan cincin itu ke dalam jari manis Zena, sorak sorai terdengar dan seluruh tamu yang hadir disana kompak bertepuk tangan. Mereka semua senang, kecuali tentu saja kedua mempelai itu.

"Aksal, ayo dong cium istri kamu!" celetuk David, sang paman yang hadir disana.

Ucapan dari pamannya itu mengundang perhatian dari para tamu yang lain, sontak mereka semua kompak meminta Aksal dan Zena untuk melakukan ciuman pertama mereka kali ini.

Aksal melirik ke arah Zena, tapi saat itu juga Zena menggeleng dan memberi kode pada suaminya kalau ia tidak ingin menuruti kemauan dari para tamu.

"Jangan macam-macam ya! Aku gak sudi dicium sama kamu!" sentak Zena.

"Tenang aja, ini cuma formalitas kok!" ucap Aksal sambil tersenyum penuh makna.

"Ma-maksud kam—mmmpphh..."

Zena terkejut bukan main saat Aksal langsung melumat bibirnya tanpa aba-aba lebih dulu, ciuman pertamanya pun harus hilang saat ini di tangan Aksal pria yang tidak ia cintai itu.

•

•

Singkat cerita, prosesi akad telah selesai dilaksanakan. Kini Zena serta Aksal pun bersiap menyambut para tamu yang hadir dalam acara resepsi pernikahan mereka, ya karena ada banyak tamu undangan baik dari pihak lelaki maupun wanita.

Zena tampak begitu malu, ia terus saja memegangi bibirnya yang pada akhirnya telah berhasil dinodai oleh Aksal. Ia sungguh menyesal, karena justru Aksal lah pria pertama yang mencium bibirnya.

Dari tadi hingga sekarang, Zena belum bisa melupakan kejadian menjijikan itu. Zena pun juga terus memandangi wajah Aksal dari samping, tatapannya menjurus tajam ke arah pria itu seolah tak terima dengan apa yang sudah dia ambil darinya.

"Jangan ngeliatin saya terus kayak gitu, nanti naksir loh!" ucap Aksal tiba-tiba.

Deg

Zena yang mendengar itu sontak terkejut dan reflek memalingkan wajahnya, mendadak ia merasa gugup ketika Aksal mengatakan hal itu padanya.

Aksal pun terkekeh, "Haha, kenapa? Takut ya kalau kamu duluan yang bakal naksir saya nanti?" godanya.

"Cih, itu gak akan terjadi!" tegas Zena.

Aksal manggut-manggut saja, lalu tamu pertama yang hadir kesana mulai berdatangan naik ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat padanya dan juga Zena atas pernikahan mereka.

Mulai dari saudara, para kerabat dan juga rekan orang tua mereka berdatangan disana. Bahkan, beberapa teman-teman Aksal serta Zena pun turut hadir di pesta itu. Mereka semua menikmati acara dan mengucapkan selamat pada Aksal serta Zena, tak ada dari mereka yang tahu terkait perjodohan itu.

"Wih selamat ya bro, akhirnya nikah juga lu! Walau gue gak tahu kapan lu pacarannya," ucap Greg, sahabat Aksal.

"Haha, mungkin aja si Aksal ini gak mau publish ceweknya selama ini! Wajarlah ceweknya secantik ini," sahut Yoga.

Mereka semua adalah teman-teman kuliah Aksal, ya mereka memang cukup dekat dengan pria itu dan wajar saja bila mereka terkejut dengan pernikahan dadakan Aksal kali ini.

Setelahnya, Aksal justru melihat Raka yang juga hadir di pesta itu. Bahkan, kini Raka sudah berada di dekatnya dan seperti bersiap mendekati Zena.

Raka tersenyum ke arahnya sambil menunjukkan tatapan sinis, sepertinya pria itu masih belum bisa memaafkan Aksal atas apa yang sudah Aksal lakukan. Tentu Raka tak terima, karena ternyata Aksal telah merebut Zena darinya.

"Hai sayang! Selamat ya atas pernikahan kamu!" ucap Raka pada kekasihnya itu.

Zena meneteskan air mata, ia menggeleng sembari berusaha menjelaskan pada pria itu mengenai semua yang ia alami.

"Sa-sayang, a-aku—"

Namun, Raka lebih dulu menaruh telunjuk di bibir kekasihnya dan tersenyum manis. Hal itu disaksikan langsung oleh Aksal, bahkan juga seluruh keluarganya.

"Kamu gak perlu bicara apa-apa, aku udah tau semuanya kok. Sekarang aku mau tanya, kamu cinta gak sama si Aksal?" ucap Raka.

"Enggak, jelaslah aku gak cinta sama dia. Aku cuma cinta sama kamu, pernikahan ini juga terpaksa kok. Kamu tenang ya sayang, aku gak akan berkhianat dari kamu kok!" ucap Zena dengan tegas.

Gadis itu juga meraih kedua tangan Raka, lalu menggenggamnya erat. Di luar dugaan, ia meminta Raka untuk mau percaya padanya kalau ia sama sekali tak mencintai Aksal.

"Aku cintanya sama kamu, bukan sama yang lain!" ucap Zena.

"It's okay, aku percaya kok." Raka membalasnya dan memeluk gadis itu secara tiba-tiba.

Pelukan mereka terasa begitu erat sekali, bahkan Raka tak segan-segan mengusap punggung kekasihnya itu di hadapan suaminya. Mereka berdua benar-benar tak perduli pada keadaan sekitar, karena yang mereka pikirkan hanyalah perasaan mereka.

Aksal mencoba menahan amarahnya, ia merasa kalau dirinya tak pantas melakukan apapun apalagi mencegah Raka untuk memeluk istrinya. Karena Zena sama sekali tak mencintai dirinya.

Sesudah itu, Raka melepas pelukannya dan memegang pundak sang gadis. Ia menyeka air mata di wajah Zena, lalu tersenyum lebar seraya menenangkan gadis itu. Apalagi, dari dulu ia memang paling tidak bisa melihat gadisnya itu menangis.

"Sudah ya, jangan nangis! Aku akan tetap perjuangkan cinta kita, percaya sama aku!" ucap Raka.

Zena manggut-manggut saja, sedangkan Raka beralih menatap Aksal. Kini Raka melangkah mendekati sahabatnya itu, mengulurkan tangan ke arahnya sambil mengucapkan selamat.

"Selamat bro, karena lu udah berhasil nikahin cewek gue!" ucap Raka.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...