NovelToon NovelToon
DEMI KAMU,NAK

DEMI KAMU,NAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sunflowsun

Pemerkosaan yang terjadi di masa lalu menciptakan trauma yang hebat dalam diri Viela.
Namun, seiring berjalannya waktu, sekali lagi semesta mempertemukannya dengan seorang pria yang menyambut dia dan tak mempersalahkan masalalunya.

Desakan orang tua dan saudaranya memaksa Viela untuk segera mengiyakan maksud dari pria itu. Namun,Viela masih meragu dan memilih untuk menjalani hubungan sebatas pertemanan dulu. Hingga suatu hari keluarga dan pria itu sekongkol untuk membuat sang pria tidur dengan Viela. Dengan begitu kedepannya tak mungkin lagi Viela bisa menolak lamaran sang pria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunflowsun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Coba Mengulang Awal

"Dek,aku minta maaf! aku khilaf semalam... maafkan akan semua sikapku, Dek! " Reno memeluk kaki Veli yang menjuntai di tepi tempat tidur. "Kita mulai dari awal lagi, yah? Kumohon jangan benci aku, Dek! " Reno memohon.

Selimut kusut dengan tangan yang menyilang, semakin direkatkan pada tubuh nya.

Air matanya telah kering sudah. Sebutir asa tak lagi tersisa dalam dirinya.

Semua sirna. Semua begitu jahat padanya. Semua! Tak terkecuali, sekalipun itu ibu kandungnya semdiri.

"Dek, Maafin aku! aku janji, aku akan tanggung jawab atas semua perbuatanku padamu. Benih yang dalam rahimmu, akan menjadi anak kita. Dengan begitu kita akan seatap, Dek. Dengan begitu kamu tak lagi akan menunda untuk menerima lamaranku. Yah, Dek? Maafin aku. " menyentuh wajah Vei, tapi Vei langsung memalingkan wajahnya.

"Baiklah! Kalau begitu akan ku masak bubur untukmu, tunggu, yah! " Reno menangkup pucuk kepala Vei, meninggalkan kecupan singkat di sana.

Vei kosong. Tiada lagi sinar harapan di matanya.

Vei membentur-benturkan lemah kepala pada dinding di sampingnya.

Lemah! Jijik! Tak berdaya! Pengecut! semua itu dituduhkan nya pada dirinya sendiri.

Reno datang membawa semangkok bubur dan segelas susu.

"Hey! Hey!" Reno buru-buru menaruh nampan ke nakas.

Dengan cepat ia mengelus lembut rambut Vei. Memposisikan Vei bersandar dengan bantal empuk di punggungnya.

Tubuh Vei, sungguh tak lagi memiliki energi untuk melawan lagi.

Hati pikirannya sudah terlalu tercabik-cabik sampai saat ini.

"Ayo, buka mulut, Dek? AAaaa? " Reno mencoba menyuap Vei.

Tapi Vei lagi-lagi memalingkan wajah darinya, membuat Reno hampir tersulut emosi. Namun, menglihat Vei selemah ini. Ia sangat tak tega. Sungguh tak tega, apalagi melihat secara dekat,pandangan kosong Vei.

"Apa kamu mau makan sendiri? Yasudah, aku tinggal, yah? kamu makanlah. Jangan sampai dingin buburnya. " Reno mengusap bahu kiri Vei lembut, dan berlalu dari sana. Memberikan waktu sejenak untuk Vei sendiri.

Dalam diri Vei, tak lagi butuh untuk apapun. Vei tak mampu lagi untuk hidup di dunia ini. Buntu sudah semua jalan. Tak ada lagi harapan untuknya mendapatkan kebahagiaan di masa depan. Tersisa hanya guratan dan bayang masa depan yang tak kalah menyeramkan dari kondisi saat ini. Seperti binatang di dalam karung kini dia, terperangkap dari berbagai sisi. dan tersudut. Vei telah sampai ke titik tertatih kecewa.

Satu-satunya jalan untuk mengakhiri semua ini hanya satu. Mati.

Vei menyapu ruangan dengan pandangan matanya. Dan matanya tertuju ke sana.

Langkah ia langkahkan paksa. Menjatuhkan asal selimut yang membungkus tubuh. Masuk, dan mengunci pintu dari dalam.

Air terus di biarkannya terus mengalir tumpah. Membaringkan tubuh mungilnya ke dalam bathub. Dan tenggelam di sana.

Gelembung-gelembung udara habis sudah keluar dari mulutnya. Tak mampu lagi ia harus hidup dengan semua rasa sakit ini. Vei menyerah. Menyerah.

Disisi lain, Reno berjalan, dan membuka kunci pintu kamar.

"Vei? " Panggil Reno, yang tak lagi melihat Vei di tempat tidur.

Reno melihat, susu dan bubur yang di buatkannya sama sekali tidak berkurang sedikit pun. Bahkan, Reno sangat yakin, Vei tidak menyentuh sarapan yang dibuatkan untuknya.

Emosi dan rasa geram Reno mulai naik.

"Vei? Jangan main-main, Vei! Keluarlah! "

Reno menatap ke bawah tempat tidur. Melihat ke dalam lemari, juga tidak ada. Tubuh itu terlalu mungil, dimana saja pasti muat, pikir Reno.

"Ini? " Reno memungut selimut dari pintu. "Oh! Kamu lagi mandi, Dek. Kirain entah kemana! Cepatlah keluar, Dek. Sarapanmu sudah keburu dingin! " Reno melipat dia selimut yang ditangannya.

Tak ada jawaban dari Vei. Tapi aliran air masih bisa terdengar Reno.

"Dek, Segeralah keluar dari sana, yah. Sebentar ku panaskan dulu buburmu ini! " Ucap Reno lalu mengangkat nampan.

TRAKKK!

Nampan yang baru di pegangnya spontan terlepas dari tangannya. Buru-buru ia mengetuk pintu dan memanggil-manggil Vei.

Curiga, kecurigaannya benar terjadi, sekuat tenaga ia mendobrak paksa pintu kamar mandi.

Benar saja!

"Vei! " Reno langsung menarik tubuh Vei keluar. " Bangun Vei! " Reno menepuk-nepuk pipi Vei.

Air mata Reno terjatuh saking khawatirnya akan Vei benar-benar meninggal dalam pelukannya kini.

Pertolongan pertama telah di lakukannya.

Detak jantung Vei semakin melambat saja.

Namun, Reno sekuat tenaga menahan agar jantung Vei tetap berdetak.

Dengan tarikan nafas buatan, akhirnya air keluar dari mulut Vei. Cukup banyak.

Vei Terbatuk lemah mengeluarkan air dari perutnya, dan mulai tersadar.

Dengan pandangan yang masih kabur, Vei tahu bahwa sosok yang di hadapannya adalah Reno. Yang artinya ia masih hidup di dunia neraka ini. Ia gagal.

"Vei, akhirnya kamu bangun juga, Dek. " Reno lega melihat kekasihnya telah sadar. "Hei! Vei... sadar, Vei... Vei... Dek... " Reno kembali panik melihat Vei tak sadarkan diri.

Dengan cepat Reno membawa tubuh Vei keluar dari sana. mengeringkan dan mamakaikan pakain hangat, lalu menyelimuti Vei.

Reno menyesali semua perbuatannya. Dia tak tahu bahwa caranya mendapatkan Vei, justru malah membuat Vei sampai nekat untuk bunuh diri.

Lama Reno menjaga dan tetap memandang sendu Vei. Meratapi betapa jahatnya perbuatannya pada, Vei. Menyesal kini dia.

Pergerakan jari Vei terasa dalam genggamannya. Dengan antusias Reno berharap Vei untuk segera sadar.

Vei berhasil membuka kedua matanya.

Dan langsung dipeluk tulus oleh Reno. Pelukan yang benar-benar tulus.

"Dek, Maafin aku. Kalau perlu jangan maafkan, pun tidak apa-apa. tapi jangan menyakiti dirimu sendiri, Dek... "

Vei tersenyum, "Bukan hanya kalian yang boleh menyakiti, aku juga berhak atas tubuhku. " Jawab Vei.

"Nanti kita bicara lagi, untuk sekarang kamu makan ini dulu. " Reno mengambil nampan yang baru diambilnya tadi.

"Buka mulut,Dek..., jangan menolak! " Ucap Reno tegas. Ia lalu menyuapi Vei.

setelah dirasa cukup, Reno menyimpan nampan dan kembali datang membawa buah segar.

Dikupas nya dan di berikannya, pada Vei.

"Kali ini, aku takkan melakukan sesuatu yang seperti itu lagi padamu, Dek. Aku janji. Aku akan menjagamu. " ucapnya tulus.

Vei tak cukup tenaga untuk berdebat lagi. ucapan itu sudah pernah didengarnya dari Reno. Namun, sudahlah. Lelah sudah.

"Istrahatlah, yah. Biar cepat pulih. " Reno menarik selimut dan membaringkan tubuh Vei.

"aku janji takkan melakukan hal itu lagi. tunggu kita dah dalam pernikahan, aku akan menunggu sampai saat kamu menerima lamaranku. Aku takkan memaksamu, aku janji. " Tambah Reno untuk meyakinkan Vei.

"Terimakasih." Jawab Vei. Berharap Reno untuk segera meninggalkannya sendiri.

Namun, Malah Reno mengambil posisi di sisinya berbaring.

Mata Vei tampak protes.

"Aku hanya khawatir kamu akan nekat lagi, jadi aku belum bisa membiarkanmu sendirian." Ucap Reno menjawab pandangan protes dari Vei.

1
Nurfiza Tarigan
ceritax sih seru tpi,,,,,,,,,,
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
anggita
trus berkarya tulis👏
anggita
👍👍..
anggita
like👍+ hadiah iklan☝.. utk author. smoga sukses novelnya👌.
Sunflowsun🌻
Terimakasih atas dukungan positifnya🌻
lyaa
Ini baru novel keren, author kudu bangga!!
Ryner
Sukses terus, sekali baca novel author bikin nagih terus.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!