NovelToon NovelToon
Rahasia Keluarga Suami

Rahasia Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Perperangan / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:34.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Nur Safitri

Dimana kehidupan sebuah keluarga yang semula hangat, nyaman dan tentram berubah menjadi medan perang.

Virani Kavita. Panggil saja Vira, dia sudah menjadi istri seorang pemuda kaya selama tiga tahun. Dahulu Vira tak menemukan adanya hal aneh saat beberapa kali berkunjung ke rumah ibu mertunya. Namun, seiring berjalannya waktu banyak hal yang membuat Vira bertanya-tanya sebenarnya apa yang disembunyikan Panji, suaminya itu.

Keanehan demi keanehan yang ada membuat Vira semakin muak, membangkitkan naluri kecurigaannya. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit rahasia keluarga suaminya itu pasti akan terbongkar.

Ternyata banyak hal yang tidak Vira tahu mengenai bisnis rahasia keluarga suaminya. Berbagai dugaan muncul, satu per satu fakta terkuak.

Vira merasa bingung bagaimana harus bersikap. Mempertahankan rumah tangganya dengan tertawa diatas penderitaan orang lain atau memilih melarikan diri.

Sebenarnya apa rahasia yang ditutupi keluarga suaminya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Nur Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagas Terluka

Pagi ini Vira tak melihat Sinta keluar dari kamarnya. Di meja makan pun hanya ada Panji dan Jodi yang sedang sarapan.

"Mas Jodi, ibu kemana? Tumben jam segini belum keluar?" tanya Panji pada kakaknya.

"Ibu pergi ke gudang perkebunan, katanya lagi ada masalah disana."

Vira menatap kearah mereka dengan perasaan tak karuan, apakah ini ada hubungannya dengan Bagas, kakaknya?

Semoga saja Bagas baik-baik saja, Vira tidak bisa memaafkan diri ini jika ia ketahuan dan pengawal Sinta membuatnya terluka.

"Ada masalah apa memangnya?" tanya Panji lagi.

Vira melihat mereka saling bertatapan memberi kode, itu artinya masalah tersebut bukan masalah tentang perkebunan.

Hati dan pikiran Vira terus bertarung memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tidak bisa makan dengan tenang Vira pun bergegas mencuci piring di wastafel dan membuang sisa makanannya ke tempat sampah.

"Loh, kok udahan makannya sayang?" tanya Panji.

"Iya Mas. Aku sudah kenyang," jawab Vira sambil membilas piringnya.

"Ya sudah ditaruh saja, biar nanti Anisa yang cuci bekas makan kita, Yang!"

"Tidak apa-apa, mas. Aku sudah terbiasa kok," jawab Vira.

Vira dan Bagas memang sudah diajarkan untuk mandiri sejak kecil. Sehingga keduanya sudah terbiasa hidup tanpa bergantung pada orang lain.

Vira kembali masuk ke dalam kamar mengambil ponsel didalam laci nakas, setelah itu dengan segera ia mengirimkan sebuah pesan untuk Bagas. Entah kenapa pesan itu tak kunjung centang berwarna biru walaupun sudah terkirim.

Vira mulai gelisah, berjalan mondar-mandir bak setrikaan di dalam kamar. Hati dan pikirannya pun terasa tak karuan. bagaimana jika kakaknya tertangkap? Lalu pengawal Sinta membunuhnya? Gawat, jika ya pasti keluarga ini akan mencurigainya.

"Tidak tidak. Tenang Vira, kamu harus selalu berpikir positif. Kakak mu pasti baik-baik saja," gumam Vira menyemangati diri sendiri.

Handle pintu terlihat berputar, dengan segera Vira duduk bersandar di atas ranjang sambil membuka dan berpura-pura membaca di sebuah aplikasi baca novel, bagaimana pun juga ia tidak boleh membuat Panji curiga dengannya.

"Kamu lagi ngapain, sayang? Mas berangkat dulu ya." Ia duduk disamping Vira sembari mengelus rambutnya.

"Iya Mas. Hati-hati dijalan ya." ucap Vira.

Tak berselang lama suara deru mobil terdengar menjauh, segera Vira keluar dari kamar dan langsung berjalan ke belakang untuk menemui Anisa. Tetapi Vira tak menemukan keberadaan perempuan itu dimana-mana.

Vira mencari kedalam kamarnya pun tidak ada, sebenarnya dia pergi kemana?

Vira berjalan menuju pos jaga didekat pintu gerbang utama rumah ini.

"Pak, apa kalian lihat Mbak Anisa pergi kemana?" tanya Vira pada para penjaga gerbang.

"Oh, Anisa tadi pergi sama Nyonya, mungkin dia ke pasar. Biasa Non, belanja." jawab salah satu penjaga sambil tersenyum.

"Oh ya sudah, Pak. Terimakasih ya."

Berarti didalam rumah ini, hanya ada Vira sendiri. Setelah itu segera ia masuk kedalam kamar untuk menelepon Bagas. Setelah mencoba beberapa kali menghubungi nomor ponselnya akhirnya terhubung juga.

"Halo."

Loh, kenapa yang terdengar malah suara seorang wanita?

"Halo. Ini siapa ya? Kenapa ponsel kakak saya bisa ada sama kamu?" tanya Vira sedikit ragu.

"Oh jadi laki-laki ini kakakmu, dia terluka dan sekarang dia ada di rumahku."

Mata Vira terbelalak mendengar ucapannya, rasa cemas menyerbu lubuk hatinya saat ini. Ternyata benar dugaannya, kakaknya ketahuan dan sekarang ia terluka.

Tubuh Vira rasanya lemas saking paniknya, ia tidak bisa mendengar hal buruk yang terjadi pada kakaknya. Jika bukan dia, siapa lagi yang akan membantunya memecahkan misteri keluarga ini.

"Lalu, dimana kalian sekarang?" tanya Vira dengan suara bergetar.

"Di kampung emas, apa kamu bisa kesini?" tanya perempuan itu.

Vira terdiam sejenak, seingatnya kampung itu lumayan terpencil dan letaknya berada dekat dengan kawasan hutan.

"Aku akan kesana, tolong kamu kirimkan share lock nya sekarang ya, saya tunggu!"

Panggilan pun dimatikan setelah itu masuk sebuah pesan yang berisi sebuah alamat yang letaknya lumayan jauh dari desa ini.

Segera Vira berganti pakaian memakai celana jeans dan hoodie hitam tak lupa juga memakai sepatu boot agar tak ada orang yang bisa mengenalinya. Celingukan keluar, semoga tidak ada pengawal Sinta yang sedang berkeliaran.

Dirasa sudah aman, dengan segera Vira keluar lewat pintu belakang. Setelah itu ia membuka pintu kecil pada tembok pembatas yang diperlihatkan Anisa waktu itu.

Beruntung pintu kecil itu tidak dikunci jadi Vira bisa membuka dan menutupnya kembali dengan mudah.

Sambil mengucap bismillah Vira berlari menuju sebuah pangkalan ojek. Dengan nafas yang tak beraturan ia terus berlari sambil sesekali melirik sekeliling, takut saja jika ada yang membuntutinya.

Vira baru saja melahirkan secara normal lalu sekarang ia harus berlari, jika dibayangkan ini memang sangat beresiko bagi kesehatannya. Tetapi disana kakaknya sedang tidak baik-baik saja, dia terluka setelah membantu Vira.

"Ojek, Neng?" tanya seorang tukang ojek.

Vira mengangguk, kepala yang tertutup hoodie dan mata yang mengenakan kaca mata hitam, semoga saja membuat mereka tidak ada yang mengenali Vira.

"Kemana, Neng?"

"Ke Kampung Emas," jawab Vira.

"Jauh ya, kesana lima puluh ribu gimana?" tanyanya lagi.

"Saya akan bayar lebih asalkan saya bisa pulang dan pergi dengan masnya."

"Ohh.. siap Neng. Tapi saya tidak bisa menunggu ya jika harus seharian."

"Jika pun harus menunggu lama, nanti ongkosnya akan saya lebihkan. Ayo jalan saya sedang buru-buru," jawab Vira sedikit kesal.

"Hehe... iya-iya kalau gitu kita berangkat sekarang juga. Berangkaaat..." ucapnya sembari memukul motornya bak menaiki kuda.

Suara motor terdengar begitu bising, maklum saja jalanan sekitar sini memang begitu terjal jadi kendaraan yang digunakannya pun juga motor-motor lama.

Setelah satu jam lebih kami menempuh perjalanan yang begitu melelahkan. Melewati beberapa perkebunan dan jalan setapak yang begitu terjal dan berliku. Akhirnya Vira pun sampai disebuah plang bertuliskan Kampung Emas.

"Kita sudah sampai dikampung Emas, mau kerumah yang mana, Neng?" tanya tukang ojek itu.

"Kita belok kiri jalan kebawah ya Mas, ke rumahnya Bu Yanti."

"Duh.. jauh sekali ya, Neng," ucapnya mengeluh.

Hem. Sudah tahu Vira janjikan sejumlah uang yang tarifnya lumayan, masih saja dia mengeluh bukannya bersyukur.

"Masnya tunggu disini saja, ini uang kalau mau beli kopi," ucap Vira sembari menyodorkan uang dua puluh ribu.

Segera Vira berjalan menuju rumah didepan sana, suasana sekitar terasa amat sepi.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," jawab seorang perempuan paruh baya sembari membukakan pintu.

"Maaf Bu, saya adik dari laki-laki yang sudah ibu tolong."

"Oh.. ya sudah. Mari masuk, Neng!" titah Yanti.

Vira pun masuk mengikuti perempuan itu kedalam, di ruang tamu nampaklah Bagas yang terbaring lemah dengan luka lebam pada wajah, lengan dan dadanya.

Bagas menoleh menatap Vira sambil tersenyum paksa dengan mata yang berkaca-kaca. Vira memeluknya sambil menangis tergugu, ia merasa bersalah telah membuatnya terluka parah hanya karena kakaknya itu ingin membantunya.

--

1
Nina Rasmawati
tepuguh /Facepalm/
Poetri Ammor
Biasa
Poetri Ammor
Buruk
Amelia
❤️❤️❤️❤️👍👍
Selfi Azna
🤬🤬🤬
Selfi Azna
anak sama ibu titipan setan semua
Selfi Azna
gila si sinta
Farel afrizal Afrizal
keren banget cerita nya
Erlina Arlena
sempat2nya nyantai makan dulu 😁
Wina Yuliani
padahal aku udh penasaran tingkat dewa thor, gk sabar nunggu pertemuan vira sama panji eh yg nongol malah flash back😅
Hidayah Hanan
makin seru
Indah Yuliani
lanjut thoir..
Wina Yuliani
akhirnya episode penyambung hadir juga 👍👍
Wina Yuliani
knp ceritanya tiba tiba vira d hadang penjahat thor
Leaa Lee: Iya maaf kak, kemaren sempet gagal review/Pray/
total 1 replies
Wina Yuliani
kerjasama yg baik, semoga saja tidak ada penghianat diantara kalian ...
Wina Yuliani
ihhhh udh mulai ke adegan yg bikin ngilu nih...
Ketut Darikini Tut Nick
kok tdk ada lanjutanya
Wina Yuliani
lagi rame ramenya malah bersambung...🤭
Wina Yuliani
gaskeunnnnn mas bagas 💪💪
Wina Yuliani
keren thor ceritanya tp kok masih sedikit yg baca ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!