NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tersurat

Cinta Yang Tersurat

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:50.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Kisah cinta dua remaja yang membawa mereka pada impian untuk sehidup sesurga.

“Lima tahun lagi aku akan datang melamarmu, tunggu aku” kalimat itu meluncur begitu lantang dari lisan seorang pemuda berseragam putih abu, di hadapannya seorang perempuan berjilbab putih yang menjulur menutupi hampir seluruh tubuhnya tengah tertunduk malu.

“Tak perlu mengikatku dengan janji. Bila aku takdirmu, kita pasti akan bertemu. Untuk sekarang, kita kerjakan bagian kita masing-masing, aku dengan hidupku, kamu dengan hidupmu. Perihal temu, datanglah bila sudah benar-benar siap. Itu juga bila belum ada yang mendahuluimu.” Helaan nafas terdengar menjadi pamungkas dari ucapan gadis itu.

Akankah kisah cinta mereka berakhir bahagia?
Atau justru hadir orang yang mendahului?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

You Are Mine

"Bu Kamilia!" Kamilia yang sedang berjalan menuju ruang guru menghentikan langkahnya, seketika berbalik melihat siapa yang memanggil namanya.

"Tunggu" dengan nafas sedikit terengah karena berlari laki-laki yang beberapa hari ini terus mendekatinya berhenti tepat di hadapan Kamilia.

"Ya Pak, ada yang bisa dibantu?" tanya Kamilia sopan, dalam hati setengah enggan, seperti yang sudah-sudah apa yang dikatakan Syahril ketika menemuinya selalu tidak penting.

"Iya, saya ada perlu sama Ibu" jawabnya masih berusaha mengatur nafas, sebenarnya Kamilia mendengar jika dari tadi ada yang memanggil-manggil namanya tetapi dia coba abaikan, feelingnya kuat ternyata memang benar yang memanggilnya adalah Syahril. Guru PJOK yang terus mendekatinya, padahal Kamilia sudah menjaga jarak. Bukan Kamilia tidak faham maksud laki-laki itu, tetapi selama masih bersikap profesional Kamilia berusaha menerima dengan baik.

"Iya Pak, ada apa?" tanya Kamilia sedikit mundur karena jarak keduanya terlalu dekat menurut Kamilia,

"Saya ingin mengajak Bu Kamilia makan malam, bisa ya? Nanti malam saya jemput ke kontrakannya" ucap Pak Syahril dengan tatapan penuh harap, Kamilia sempat tertegun memikirkan bagaimana cara menolak ajakan dari rekan sejawatnya itu.

"Maaf Pak, saya tidak bisa" setelah menarik nafas dalam akhirnya itulah jawaban Kamilia,

"Kenapa?"

"Saya sungkan untuk pergi dengan Bapak, selain itu ada alasan pribadi yang tidak bisa saya jelaskan, saya harap bapa mengerti. Mungkin bapak bisa mengajak yang lain untuk menemani Bapak makan malam, saya ucapkan terima kasih atas ajakannya. Sekali lagi, maafkan saya. Saya permisi." pungkas Kamilia dengan senyum ramahnya, setelah mengatakan itu dia berbalik untuk melanjutkan langkahnya menuju ruang guru.

Syahril tertegun mendengar jawaban panjang dari Kamilia, dia kehabisan kata untuk berbicara menangkis semua alasan Kamilia.

"Eh ...tunggu Bu!" seru Syahril yang pantang menyerah, dia mensejajarkan langkahnya dengan Kamilia karena gadis itu tak kunjung berhenti atas seruannya.

"Ibu mau ke ruang guru kan? Kita bareng" ucap Syahril tanpa menoleh, begitu pun dengan Kamilia yang memilih meluruskan pandangannya.

Tiba di ruang ruang semua mata memandang ke arah mereka, saat ini memang jam istirahat, semua guru sudah kembali dari kelas dan tengah menikmati waktu istirahatnya di ruang guru.

"Ciee ...pepet terussss" teriak salah satu guru laki-laki, sepertinya dia sangat tahu kalau Pak Syahril sedang gencar mendekati Kamilia.

"Duuh ...bentar lagi ke kondangan nih" sahutan guru wanita yang lebih senior usia dan pengabdiannya dari mereka berdua.

Sontak yang lain pun ikut menyoraki, jika Syahril tampak tersipu senang karena merasa mendapat dukungan, namun berbeda dengan Kamilia yang hanya tersenyum simpul itu pun terpaksa. Kentara sekali jika dirinya tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.

"Ciee ...ibu udah berdua aja" Bu Sarah yang tempat duduknya dekat dengan tempat duduk Kamilia, setengah berbisik turut menggoda Kamilia.

"Husst ...apaan sih, malah ikut-ikutan juga" sentak Kamilia yang memang sudah sangat akrab sekali dengan Sarah.

"Gapapa Bu Lia, aku dukung deng, tapi bersiap saja disinisin sama sono" Sarah tisak berani menunjuk langsung, dia memberi kode pada Kamilia dengan lirikan matanya.

Sejak melihat kedatangan Kamilia dan Syahril bersamaan ke ruang guru, guru yang bernama Wanda sudah memberikan tatapan tidak bersahabatnya.

Kamilia pun ingat, sejak dirinya digosipkan dekat dengan Pak Syahril sikap Bu Winda kepadanya berubah, hanya merespon jika disapa duluan membuat Kamilia sempat tak enak hati, namun kini dia tahu jawaban dari perubahan sikap rekan kerjanya itu.

"Sepertinya beliau ada hati sama Pak Syahril" bisik Bu Sarah memberi kesimpulan yang sama seperti dalam pikiran Kamilia, dia pun menjawab dengan anggukan.

"Ayo semangat, bersaing secara sportif" Sarah kembali menggoda Kamilia, dia mengacungkan dua lengan terkepal memberi semangat pada rekan mengajarnya itu.

"Oh tidak" Kamilia menggelengkan kepalanya,

"Tidak apanya?" Bu Sarah pun penasaran,

"Jadi kapan nih undangannya?" belum juga Sarah yang mendekatkan kursinya ke meja Kamilia mendapat jawaban, teriakan guru olah raga yang tadi pertama menyoraki Kamilia dan Syahril kembali terdengar,

"Do'akan yang terbaik saja" Syahril yang menjawab dengan bijaknya, sementara Kamilia hanya menunduk tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Kamilia mulai geram, ini sudah bisa dibiarkan pikirnya. Apalagi mengingat statusnya saat ini sudah ada yang meminang. Kamilia harus bertindak cepat, dia tidak ingin sikap diamnya disalah artikan oleh Syahril maupun rekan-rekan guru yang lainnya, apalagi mengetahui jika ada salah satu guru yang diketahuinya menyukai Pak Syahril. Ini tidak bisa didiamkan, tapi dia pun tidak bisa bertindak seenaknya, harus mencari waktu yang tepat.

Kamilia beranjak dari duduknya, bel masuk telah berbunyi. Ini kesempatan untuknya lari dari situasi ini.

"Pak Syahril sepertinya harus berjuang lebih keras" ucap salah satu guru wanita yang masih duduk di sana berdekatan dengan Ibu Wanda, guru yang disinyalir menyukai Pak Syahril.

"Ya?" Syahril menautkan kedua alisnya.

"Bu Kamilia sepertinya acuh-acuh saja ..." terang guru tersebut,

"Aah Bu Mila kayak yang gak tahu saja, perempuan kan emang kayak gitu kalau awal-awal, sok jual mahal gitu, padahal dalam hati menunggu segera ditembak, benar gak Pak?" guru olah raga yang pertama menggoda Syahril dan Kamilia kembali memprovokasi diakhiri gelak tawa, Syahril hanya mengedikkan bahunya acuh, sementara Wanda semakin menunjukan wajah tidak sukanya.

"Gak semua perempuan gitu lho Pa Boby, apalagi tipe Bu Kamilia, dia pasti penuh perhitungan dan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Walau pun saya baru sebentar mengenalnya, tapi dari sikapnya selama ini saya rasa saya tahu wanita seperti apa Bu Kamilia itu." jelas Bu Mila dengan serius, walau pun tidak terlalu akrab dengan Kamilia tapi diam-diam dia mengamati sikap Kamilia selama ini.

"Ah Ibu bisa aja, dalem banget analisanya" canda Pak Boby yang menganggap Bu Mila berlebihan, namun tidak demikian dengan Pak Syahril. Dia mulai berpikir jika apa yang dikatakan Bu Mila benar juga, bahkan kebenarannya mencapai sembilan puluh persen.

Selama beberapa minggu ini dia begitu gencar mendekati Kamilia, jika gadis lain pasti sudah luluh namun ternyata tidak dengan gadis itu. Kamilia justru semakin menjaga jarak, sepertinya memang tidak ada ketertarikan sama sekali dari gadis itu terhadapnya. Syahril mulai merenung, memikirkan langkah selanjutnya yang harus dia tempuh untuk mendapatkan perhatian dan cinta Kamilia. Syahril akui, saat ini Kamilia menjadi satu-satunya wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati bahkan tanpa disadarinya, dia telah jatuh hati sejak pertemuan pertama.

Jam mengajar pun usai, Kamilia tengah membereskan barang-barangnya. Dia bermaksud langsung pulang dari kelas menuju gerbang sekolah, tidak seperti biasanya mampir dulu ke ruang guru dan bercerita beberapa hal dengan rekan-rekan kerjanya.

Ting ...

Notifikasi pesan masuk menghentikan gerakannya yang akan menutup tas setelah memasukkan barang terakhir berupa tempat pensil miliknya. Kamilia memilih membuka dulu pesan itu karena ponsel tepat di hadapannya sebelum menuntaskan pekerjaannya berberes.

"Assalamu'alaikum. Aku sudah di depan gerbang"

Kamilia pun mengukir senyum membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya itu. Nomor yang awalnya tak bernama kini berubah nama kontaknya menjadi calon imam.

"Wa'alaikumsalam, iya. Saya ke depan." balas Kamilia singkat.

"Hay ..." laki-laki yang tak lain adalah Cakra tengah bersandar di pintu mobilnya, stelan jas formal masih membalut tubuh atletisnya. Dia bersedekap menunggu Kamilia yang kini telah terlihat berjalan ke arahnya. Senyum manis khasnya dia sajikan bersamaan dengan sapaan hay yang terucap dari lisan laki-laki yang sudah menjadi pusat perhatian para siswi yang berangsur pulang.

"Assalamu'alaikum Mas" sapa Kamilia mengabaikan sapaan Cakra sebelumnya,

"Wa'alaikumsalam, Bu Guru" balas Cakra masih dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampannya.

Sejak obrolan pribadi yang mereka lakukan, keduanya sepakat untuk saling mengenal lebih jauh sebelum janur kuning melengkung.

"Ada apa?" tanya Cakra sekilas melirik Kamilia yang duduk disampingnya yang wajahnya sedikit ditekuk karena masih menyisakan kesal atas kejadian saat jam istirahat di ruang guru tadi.

"Apa?" Kamilia terperanjat,

"Kamu kenapa? Kelihatannya bete gitu"ulang Cakra memperjelas pertanyaannya,

"Kelihatan ya?" tegas Kamilia,

"Jelas sekali, ada apa memangnya? Boleh aku tahu?" tanya Cakra hati-hati, walau pun mereka sudah resmi bertunangan, tapi Cakra masih tahu batasan mereka berdua belum sedekat itu.

"Di sekolah ada guru yang rese" Kamilia memulai ceritanya, entah karena kesal atau sudah merasa dekat dengan Cakra dia tak sungkan mengutarakan kekesalannya.

"Oya? Siapa dia? Berani sekali membuat calon Nyonya Cakra Mahardika Wira kesal begitu" ucap Cakra dengan wajah seriusnya,

"Guru Fisika" jawab Kamilia singkat,

"Apa yang dia lakukan memangnya?" tingkat penasaran Cakra bertambah,

"Entahlah, sepertinya dia ada maksud padaku, tapi aku tidak mau ge er, hanya dari semua sikapnya sepertinya dia menyukaiku" jelas Kamilia tanpa menoleh, dengan santai dia berbicara, seperti saat dirinya ngobrol bersama Elisha, namun ternyata tidak demikian respon Cakra.

Mendengar jawaban Kamilia sontak dia menepikan mobilnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Kamilia polos,

"Jadi guru yang mendekati kamu itu cowok?" tanya Cakra dengan nada tertahan, dan dijawab anggukan oleh Kamilia.

"Shiitt ..." Cakra memukul kemudi,

"Eh ...kenapa?" kaget Kamilia,

"Kenapa apanya? Berani-beraninya dia mendekati kamu, dia tidak tahu siapa kamu? Memangnya kamu tidak kasih tahu mereka kalau kamu calon istri Cakra Mahardika Wira?" Cakra tidak dapat lagi mengontrol emosinya, dia melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya.

"Dengar, mulai sekarang kamu harus mau aku antar jemput, kamu tidak boleh menolak kalau aku mengunjungi kamu ke sekolah, aku ingin mereka tahu kalau kamu sudah mempunyai calon suami, dan itu aku. Ingat, you are mine!" tegas Cakra tanpa jeda, membuat Kamilia hanya melongo dibuatnya.

1
Lies Raylan
kuikuti maumu yang punya cerita........
Siti Nina
nyesek banget 😭😭😭
Yhanie Shalue
Aku juga rindu sama kamu Riq kembay ke milia 😌
dyah EkaPratiwi
Sabar kamil, semoga cakra bisa berpikir jernih lagi
Mariyatun Mariya
rhor tolong Cakra jangan meninggal ya😭😭😭😭😭
Mukmini Salasiyanti
hahhhhh
jd pesimis aqu pd dirimu, Cak..
walaupun. sikonmu begitu,
tdk pantas laa seorang suami 'memaksa'
pergi istrinya...

aqu juga rindu....
rindu agar kalian bersatu,
dlm ikatan yg halal....
aaaaaaaaaaaaa
gak mungkin...
impossible....
Vote 4 Ariq-Milia...
eh, maaf ya bg Cakra.....
Meli Anja
lanjut kak..kok nyeaek ya bacanya😭😭
S. M yanie
keren kak,,, do'ain aku biar bisa jadi penulis kaya author.
S. M yanie: ya terimaksih kak...
Lailatus Sakinah: Pasti bisa Kakak...semangat...🤩🤩🤩
total 2 replies
Ijlal Arsakha
luar biasa, semangat....
Mae Munah
ini salah satu novel yang aku tunggu tunggu kehadirannya lho thor..dan aku udah like komen dan vote ya thor
Lailatus Sakinah: makasih kakak, lope lope sakebon pokoknya...🤩🤩🤩😍😍😍😍
total 1 replies
Mukmini Salasiyanti
Thanks, mas Bro Cipta....
hahhhhh Cakra..
please...
Thinking before Acting....
Meli Anja
bener banget apa yg di bilang cipta jangan sampe menyesal nantinya.cakra...lanjut kak
dyah EkaPratiwi
Cakra semangat sembuh jangan pesimis ayo semangat buat baby n kamil
Adiba Shakila Atmarini
lnjut up
Mukmini Salasiyanti
ahhh Cakra..
ternyata...

Boleh gak aqu bilang..
kl kamu ,Overthinking, ???
Mukmini Salasiyanti
Nah kan??
mulai pesimis nih babang cakra....
Yhanie Shalue
apa cakra tahu ya ttg kisah kamilia sm Ariq,, ah gapapa dech aku ttp msh berharap kamil bs berjodoh am Ariq🥰
Masben
karyamu hebat thor.aku suka.
Lailatus Sakinah: makasih kakak ....lope ..lope sakebon pokoknya ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Meli Anja
😭😭 saya merasakan apa yang kamil rasakan nyesek banget...semoga cakra ga salah dalam mengambil sikap padahal jelas sekali dia sedang butuh dukungan...ariq tau ga ya apa yang terjadi sama kamil?
Nani Rahayu
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!