Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 - Kembali!
...****************...
Bagai gerakan slow motion, William menahan napas menyaksikan mobil yg ia ketahui di isi oleh orang-orang yg ia cintai.. meledak!
Ia baru saja tiba ketika ledakan terjadi. Padahal dirinya sudah berkendara bagai setan agar cepat mencapai lokasi dengan cepat. Namun...
"Kimi!!!!! Mommy!!!! Daddy!!!!!!" Jeritnya hancur. Ia membelah lautan manusia yg menutupi jalannya.
Dalam hati terus berdoa, meminta jangan ambil apapun Tuhan! Tolong! Tolong! Hanya itu yg tersirat jelas di dalam benak. Ia berlari tanpa mengenal rasa takut. Kepolisian mencegah langkahnya, mengingat api masih terlalu besar untuk di dekati siapapun. Akan tetapi, dengan brutal ia mengamuk menyingkirkan siapa saja yg menghalangi.
***
Flashback on
Sesuai kesepakatan ia dan kedua orangtuanya. Dirinya akan pindah sementara ke apartemen. Keluar dari kamar dengan perasaan senang. Dahinya mengernyit heran. Para bodyguard dan para pelayan tampak sibuk berlari kesana dan kemari. Seperti bersiap untuk bertempur saja, batinnya.
Menuruni anak tangga dengan tatap heran kesana dan kemari, akhirnya..
"Ada apa!" Pekiknya pada siapa saja yg mendengar. Hal itu berhasil, ia menghentikan salah satu bodyguard yg ingin berlari keluar.
"Le-ledakan!"
"Hah? Bicaralah yg jelas!"
"Mobil Tuan Besar meledak Tuan Muda! Ada bom! Ada Bom!" Ucap Bodyguard tersebut panik. Ia membuat mata William mendelik seperti ingin keluar menggelinding di atas lantai.
Tanpa berpikir panjang, langkah lebar William keluar bergegas menaiki sport car miliknya. Di perjalanan, ia membuka ponsel dan mencari titik koordinat posisi sang ayah. Mereka memang sudah membuat settingan seperti ini dari dahulu sekali. Ini terikat pada semua orang penting di keluarga Anderson dan juga ketiga teman William. Titik yg selalu mereka ketahui satu sama lain, membuat mudah dicari jika bahaya sedang terjadi. Ia mengendarai kendaraan secepat kilat saat posisi sudah akurat.
Flasback off
***
"Willy!" Samar di tengah amukan, William mendengar nama nya di panggil oleh...
"Daddy!"
Ya, James sedang melambaikan tangan, tak jauh dari sisi kendaraan yg baru saja meledak. Ternyata pria itu selamat. Jujur saja hal itu membuat hati William lapang. Ia lega walau belum melihat keseluran wajah orang yg ia cintai.
Ia berlari ke samping menghindari mobil yg terbakar. Tak jadi ia menerobos masuk ke dalam mobil. Karena sudah melihat sang ayah memanggil disana.
"Daddy!" Ia peluk pria itu erat, pelupuk yg basah ia usap kasar. Ia edarkan pandangan tertuju pada..
"Oh Tuhan! Mommy!!!!" Uraian terlepas kasar ketika William mendapati sang ibu tergoler lemah di atas rerumputan. Ia peluk tubuh tak sadarkan diri itu dengan tangis yg kencang. Belum selesai duka yg ia alami, kini...
"Tuan, tidak ada yg berani mendekat ke arah kendaraan yg masih terbakar." Ucap Jacob mendekat. Ia remas jemari karena cemas dan takut.
"Shit! Buat apa paman kesana! Untuk menyetor nyawa, atau-" Jawab William lantang lalu ia mengedarkan pandangan, dan tersadar...
"KIMI!!!" Pekiknya panik. Ia menoleh cepat ke arah sang ayah. Ia guncang tubuh kekar yg lemah tunduk sedang menangis.
"Daddy! Jangan bilang Kimi masih disana! JAWAB AKU!!!! HHRAAAHH!!!!" William mengamuk parah, matanya memerah. Memantulkan api berkobar yg sedang ia tatap kini. Lalu...
"William!!"
Terlambat, jeritan James tidak akan di hiraukan oleh William. Karena saat ini, dirinya sudah akan mendekat ke arah mobil yg masih terbakar. Asap mengepul ke udara, tak membuatnya takut sama sekali.
Ia berlari sekencang yg ia bisa, untuk mencapai pujaan hati. Menatap pintu yg sudah terbuka di bagian kemudi, menjadi tujuannya.
Sedangkan di sisi James. Ia berteriak memaki para bodyguard yg hanya terbengong tanpa berbuat apapun. Ia kerahkan semua pasukan yg ia miliki, untuk mendekat membantu William. Dirinya tak bisa meninggalkan istri tercintanya. Biarlah William memperjuangkan cintanya. Dan ia juga akan menemani sang istri disini.
***
Kobaran api di belakang bagian pantat kendaraan mewah milik James, sedang terus di usahakan padam, oleh para petugas pemadam kebakaran.
Mereka sontak bekerja lebih ketika bayangan orang mendekat. Adalah Tuan Muda Anderson yg sedang menerjang api dan juga asap yg membumbung tinggi.
"Kim! Kimi!" Jerit William ketika sudah berada di sisi mobil. Ia ingin langsung menerjang masuk, akan tetapi asap begitu tebal menutupi.
"Tuan! Tuan Muda!"
William menoleh cepat. Lalu ia menerima, sebuah handuk basah yg di berikan oleh Jacob. William mengambil lalu mengangguk berterimakasih. Tanpa membuang waktu, William segera masuk ke dalam, walau para petugas kebakaran dan juga kepolisian yg tengah berkolaborasi malam ini, terus saja meneriakkan peringatan mundur dari area.
Namun, apalah peduli William akan hal itu. Ia berhasil masuk, dan langsung menangkap lewat netra pandangan pilu menyayat hati.
Disana sang kekasih sudah berlumuran darah. Kondisi pingsan tak sadarkan diri dalam posisi terlentang, kaki terhimpit bagian dalam mobil yg penyok. tangan terkulai menjuntai ke dasar kendaraan.
Hal itulah yg membuat Kimi tidak bisa bergerak, di alam bawah sadarnya.
William menangis kencang, mengerahkan seluruh tenaga menggeret sang kekasih.
"Bangun Kim! Bangun sayang!" Erangnya frustasi sambil terus mencoba mengeluarkan Kimi. Posisi penyelamatan yg dilakukan dari pintu depan, membuat William agak kesulitan membawa kekasihnya keluar. Sampailah...
Gedebuk! Bugh! Bugh!
Suara benda di pukul kencang terdengar. William menoleh cepat, ternyata di dekatnya, sudah ada ketiga temannya yg hadir. Ia semakin menangis terharu. Mereka adalah apa yg tidak akan pernah meninggalkan dirinya, dalam keadaan apapun.
Mereka sedang berusaha membuka pintu yg lain, agar bisa lebih mudah mengeluarkan Kimi. Mereka memukul, menendang bahkan meninju tanpa henti.
"Come on, Will!" Seru Alex menyadarkan William yg sedang terdiam sesaat.
Kretak! Tar!
Suara kaca pecah terdengar kencang di sela kobaran api yg mulai mengecil. Mereka semua basah akibat air dari pemadam kebakaran.
Marsel yg berhasil memecahkan kaca dari sisi Vivian duduk tadi. Segera memasukkan kepala. Ia atur jok depan menjadi terlentang, agar William lebih mudah menarik Kimi.
Berhasil! William berhasil menarik tubuh sintal lebih mudah keluar. Ia bopong sang kekasih menjauh dari lokasi.
"ANAKKU!" Pekik Vivian yg ternyata sudah sadarkan diri. William meletakkan Kimi, tepat di sebelah sang Ibu. Ia melakukan CPR pada Kimi. Ia terus menangis.
"Kim... Kimi! Bangun sayang!"
Racau William sambil terus menekan dada sang kekasih. Sesekali, ia tutup hidung Kimi, lalu membuka mulut untuk memberikan nafas buatan.
Ini lah suara sayup yg di dengar Kimi di alam bawah sadar.
Alex mendekat, dirinya sigap menarik pergelangan tangan kekasih William. Ia mendelik, lalu menggeleng ke arah william yg terus berusaha memompa. William tidak mau melihat, ia tak peduli apapun yg dilakukan oleh Alex. Ia hanya tidak ingin tahu hal buruk apapun saat ini.
Darren mengerti apa yg Alex lakukan. Ia ikut bersedih, ia bersimpuh di samping William dan menepuk pelan pundak pria itu.
"Menyingkirlah!" Erang frustasi William dengan nada bergetar. Takut, sungguh ia merasa sangat takut saat ini! Ia tidak mau menerima kabar buruk apapun saat ini!
"Hhraaaagghhh!!! Kimi!!!! Jangan tinggalkan kami nak!" Jerit tangis kesakitan hati, terucap dari Vivian. Ia meraung dalam pelukan sang suami. Ia juga melihat apa yg dilakukan oleh Alex. Jantungnya seolah merosot saat itu juga.
"MOMMY! JANGAN BERKATA SEPERTI ITU!" Bantah William kencang. Ia semakin menangis. Tanpa mengenal lelah, ia terus saja memompa dada sang kekasih.
"D-denyutnya... SU-"
"DIAM LEX! DIAMLAH!!!"
Tidak ada satu pun yg berada disana, tidak menangis melihat adegan memilukan menyayat hati. Jeritan frustasi William terus menggerus air mata yg memandang.
Tidak kenal lelah melakukan penyelamatan pada sang kekasih, semakin memantik kesedihan mendalam bagi siapapun yg menyaksikan.
"Come on Kim! Banguuuunn!!! Kamu merindukan aku 'kan? Ini aku! Ini aku sudah disini, Sayang! Ayolah! Ayolah!!" Suara jeritan ini juga lah yg di dengarkan oleh Kimi di alam bawah sadarnya.
Tangan Alex yg semula ingin melepas pergelangan tangan Kimi. Lalu..
Ukhuk..
Lirih! Lirih sekali sentakan dari... kimi.
Ya, Kimi tersentak sebentar. Hal itu membuat William terhentak sejenak, ia berhenti lalu meneliti sang kekasih.
Sama hal nya dengan Alex, ia pun tersentak. Langsung melihat wajah Kimi, jari pun mulai kembali meraba denyut nadi, dan...
"Ada! Denyutnya kembali, Willy!" Pekiknya heboh. Semua bersorak senang atas keberhasilan William membawa kekasihnya kembali dari lubang kematian.
Sedangkan William, ia hanya fokus pada kelopak mata yg mulai terbuka perlahan. Ia mendekat...
"Ki-Kimi...."
Kimi memandang sendu dan lemah, hanya sedikit sekali ia membuka mata tersebut. Senyum kecil menarik sudut bibir wanita itu. Ia berusaha menenangkan sang kekasih dengan memaksa melukis senyum di wajah cantiknya.
William bernapas lega, ia kecup bibir itu sekilas lalu menciumi seluruh bagian wajah sang kekasih.
"Terimakasih! Terimakasih Sayang!"
***
BERSAMBUNG