3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kak, makan malam sudah siap" ucap Sekar dari ambang pintu kamar
Daffa segera mengikuti langkah Sekar menuju dapur. Sesampainya di dapur, hidangan sederhana telah mengisi meja makan mini yang ada disana. Daffa duduk lebih dulu sembari menunggu Sekar yang masih memanggil Mbok Iyem untuk makan bersama. Setelah Mbok Iyem dan Sekar tiba, mereka segera memakan hidangan yang tersedia
"Bagaimana nak, makanannya enak?" tanya Mbok Iyem
"Enak Mbok"
"Syukurlah kalau kau suka"
Mereka memakan makanan dalam diam. Setelah selesai dengan makan malamnya, Daffa dan Mbok Iyem kembali ke kamar. Sedangkan Sekar membersihkan beberapa cucian piring kotor. Selesai dengan dengan cucian piring, Sekar akhirnya menyusul Daffa menuju kamar. Sekar membuka pintu kamar, menampakkan Daffa yang masih duduk di pinggiran ranjang kecil miliknya
"Kakak kenapa?" tanya Sekar
"Dimana aku akan tidur?" tanya Daffa mengingat kamar milik istrinya tersebut berukuran sangat kecil, ditambah tidak ada apapun disana selain ranjang dan lemari.
"Tidak ada pilihan lain selain di kasur" jawab Sekar
"bersama denganmu?"
"Tentu saja, kalau tidak bersama denganku lalu dengan siapa, dengan janda samping rumah?"
"Tapi ranjang ini sangat kecil" keluh Daffa
"Kita bisa berbagi"
"Caranya?" tanya Daffa, ia penasaran bagaimana cara otak istrinya itu bekerja untuk membagi ranjang kecil ini menjadi muat untuk dirinya dan istrinya
"Sekarang Kakak berbaring, ayo berbaring" perintah Sekar, dan langsung Daffa lakukan. Setelah melihat Daffa berbaring, Sekar merentangkan tangan kiri Daffa, setelah itu ia tidur disamping Daffa dengan berbantalkan lengan Daffa
"Apa yang kau lakukan?" tanya Daffa, berusaha untuk bangkit. Namun usahanya di urungkan Sekar
"Ini satu satunya cara agar kita bisa tidur, sudah ayo tidur" Sekar memejamkan kedua matanya, lalu dengan pura pura tertidur, ia memeluk Daffa yang ada disampingnya layaknya guling, membuat Daffa sesak hanya untuk sekedar bernafas
Malam mulai larut, Daffa mengambil ponselnya yang ia taruh didekat kepalanya dan melihat jam disana. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Namun dirinya sama sekali belum bisa memejamkan matanya. Ditambah tangan kirinya yang sedikit kesemutan membuatnya sulit untuk tertidur. Daffa mengangkat kepala Sekar secara perlahan, untuk menarik tangannya. Namun yang terjadi justru Sekar menarik tubuhnya, hingga kini posisi keduanya menjadi sangat dekat.
"Jangan tinggalkan aku" pinta Sekar dalam tidurnya, sembari mengeratkan genggamannya pada tubuh Daffa
"Aku tidak meninggalkanmu, tapi tolong bebaskan tanganku, ini sangat pegal" ucap Daffa pelan. Seolah mengerti, Sekar melepas genggaman tangannya dari tubuh Daffa, dan membiarkan Daffa menarik tangannya
Daffa menarik tangannya secara perlahan, ia tidak mau membangunlan macan betina yang ada disampingnya ini. karena jika wanita ini terbangun, maka mungkin ia akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam dirinya, mengingat wanita yang ia nikahi ini sangat sangat agresif. Daffa bernafas lega setelah berhasil membebaskan tangannya. Ia memunggungi Sekar, dan mencoba untuk tertidur
*
Pagi hari, Sekar terbangun saat menyadari ada tangan besar yang kini menindih tubuhnya. Hingga membuat tatapannya tertuju pada wajah tampan suaminya, yang tampak masih memejamkan mata. Ia tersenyum saat menyaksikan hal istimewa yang tersaji didepan matanya. Ia lantas bangkit, dan mencium dahi suaminya cukup lama. Baru setelah itu, ia pergi keluar kamar untuk menuju kamar mandi
Setelah Sekar keluar, Daffa membuka kedua matanya. Ia mengusap usap dahinya yang sempat dicium oleh Sekar. Entah bagaimana bisa tangannya memeluk tubuh istrinya itu, dan dengan berani, wanita yang berstatus istrinya itu mencium dahinya. Daffa sungguh tidak menyangka wajah anggun yang disuguhkan Sekar, menyimpan ke-agresifan yang tiada duanya