Menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya nyatanya tidak menjadikan Cahaya hidup bahagia , perjuangan ,pengorbananya dan pengabdianya hanya dianggap sebelah mata oleh suaminya akankah Cahaya mampu bertahan dengan rumah tangganya ,akankan suaminya berubah seiring waktu berjalan yuk simak kisah selengkapnya di Novel ini
yang bosen dengan novel berhubungan dengan CEO -CEo mari kumpul disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon red jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detektif Ilham
Kini Cahaya sudah bisa mengendarai mobil sendiri.Ilham sangat senang dengan pencapaian kakaknya.Kini tekad Ilham semakin bulat untuk membongkar segala kebusukan Ridwan.Siang ini Ilham ke kampung dimana Ridwan dan Ibunya tinggal ,ia sengaja mengali informasi kelakuan Ridwan melalui tetangga Ridwan.
"Buk kopinya satu" pesan Ilham pada pemilik warung
"Masnya bukan orang sini ya? soalnya Ibu nggak pernah liat" Tanya pemilik warung.
"Bukan bu, saya orang jauh. Disini saya kuliah dan ngikut kakak perempuan saya " ujar Ilham.
Dari kejauhan ia melihat Ibunya Ridwan hendak kewarung. Cepat-cepat Ilham mengenakan topi, kacamata dan juga maskernya.
"Bu minten, Nasi uduknya tiga sama gorenganya sepuluh ribu" ucap Ibunya Ridwan.
"Udah itu aja bu?" tanya Pemilik warung Ramah.
"Ya, itukan udah banyak. Serakah banget sih ....harusnya kamu itu bersyukur tiap hari saya jajan diwarung kamu bukannya malah ngelonjak nanya udah itu aja bu" ucap Ibunya Ridwan menirukan perkataan pemilik warung sambil mamajukan bibirnya.
"Ibu Minten kan cuma nanya bu. Sebagai pemilik warung itu biasa bicara seperti itu, lagian ibu punya menantu kok mau makan tiap hati jajan apa nggak boros bu" celetuk Ibu Ibu yang sedang berbelanja di warung bu Minten.
"Hallah... kamu orang miskin tau apa kanu soal boros dan enggak?" sewot Ibunya Ridwan.
"Sudah sudah kalian jangan ribut diwarung saya, Bu Imah ngalah saja nggak bakal menang sama Bu Tini" ucap pemilik Warung.
" Saya pergi dulu, Bu Minten tolong ajari teman Ibu sopan santun" kata bu Tini Ibunya Ridwan.
"Heh ... yang tidak tau sopan santun itu situ" ucap Bu Imah .Namun Tini langsung ngeloyor pergi. Sedangkan Imah masih ngomel ngomel nggak jelas.
"Bu, memang ibu ibu tadi siapa kok seneng banget sepertinya bikin keributan " pancing Ilham .
"Oh itu namanya Bu Tini, itu orang memang bener bener nggak waras pantas saja anaknya kelakuannya bejat" sungut Ibu Imah.
"Memangnya anaknya kenapa?" tanya Ilham pura pura tidak tau .
"Anaknya itu laki laki yang tidak bertanggung jawab. Punya anak dan istri ditelantarkan. Kasian mbak Aya entah dimana sekarang. Dulu nih ya waktu masih tinggal bareng kasian mbak Aya dijakan pembantu gratis oleh mertuanya yang jahat" ucap Imah mengebu. Seketika rahang Ilham mengeras mendengar penuturan Imah.
"Yang lebih parah lagi nih ya , Si Ridwan kan kerja kantoran masa kasih nafkah bininya dua puluh rebu, bayangkan uang segitu bisa buat beli sayur aja kurang. Nggak habis pikir sama jalan pikiran si Ridwan" cerocos Imah.
"Sekarang istrinya Ridwan dimana bu?" tanya Ilham.
"Nggak tau, kasian sekali nasib anak itu. Kalau masih disini kasian mana suaminya habis digrebek warga lagi" ucap Imah
"Memangnya kenapa di grebek warga bu?" tanya Ilham penasaran.
"Adeknya itukan barusan meninggal, masak dia disini terus terusan. Tinggal berempat sama Ibu dan Ipar serta anaknya mereka kan bukan muhrim. Siapa yang tanggung jawab bila ada sesuatu di dalam sana laki laki dan perempuan dalam satu rumah tanpa ikatan.Ketua RT menyarankan untuk Mas Ridwan atau Dita yang pindah karena mereka bukan muhrim ,tapi Ibunya tidak setuju makanya dia menikahkan anaknya dengan si Dita tanpa sepengetahuan istri pertama.Jahat nggak sih kaya gitu" Imah menjelaskan panjang lebar kelakuan Ridwan dan keluarga. Seketika Ilham yang mendengar kelakuan busuk keluarga Ridwan mengepalkan tanganya.
"Tuhkan... Mas yang baru dengar aja emosi apalagi kami yang tiap hari berurusan dengan keluarga itu ,pusing saya tiap hari kalau nggak ribut dengan keluarga mereka sendiri ya ribut dengan tetangga" ucap Imah mengebu.
"Ya udahlah bu, biar mereka menerima karmanya setelah ini" ucap Ilham malah diamini pengunjung warung bu Minten.
"Bener bener brengsek laki laki itu" guman Ilham setelah keluar dari warung Bu Minten. Matanya merah menahan Amarah. Kemudian ia langsung ke kafe Yulia untuk konsultasi bimbingan skripsi dengan Arman.
"Ilham ...mukamu kusut banget kenapa?" tanya Arman.
"Biasa pak ,gara-gara Ipar saya yang sebentar lagi menjadi mantan Ipar" ucap Ilham
"Bikin ulah apa lagi dia?" tanya Arman.
"Ternyata diam diam dia sudah menikah lagi tanpa sepengetahuan mbak Aya" ucap Ilham geram.
"Sadis juga dia ,terus rencanamu apa?" tanya Arman
"Saya mau laporin dia atas tuduhan selingkuh dan pemalsuan identitas" ucap Ilham
"Kamu nggak bisa, yang bisa melaporkan itu ya si korban. Disini korbanya itu kakak kamu jadinya yang harus lapor itu dia bukan kamu" ucap Arman.
"Masalahnya mbak Aya, itu lempeng aja. Pasti dia tidak mau melaporkan kasus ini" ucap Ilham
"Ya, kamu bujuklah" ucap Arman.
"Susah pak, mbak Aya itu terlalu baik cenderung nai " ucap Ilham
"Gini aja Ham, Si Ridwan kan sering kesini sama pacarnya itu nah biar si Aya pergokin sendiri. Kalau udah gitu aku yakin kalau lihat sendiri reaksinya akan berbeda" Ujar Arman
"Bener juga Pak, besuk pas Si brengsek itu kemari tolong kabari saya biar saya bawa mbak Aya kemari pak" Pinta Ilham
"Beres Ham... yang penting kamu bawa Aya kesini besuk" kata Arman.
Sementara Aya kini sedang berada di Mall bersama dengan Yulia dan Narayan.Aya benar benar menikmati harinya bersama Yulia dan Narayan mereka bertiga sangat kompak .
"Bu ,Titip Narayan dulu ya saya ketoilet sebentar" ucap Cahaya
"Tenang aja Narayan aman bersamaku" kata Yulia.
Aya bergegas menuju toilet .tak sengaja berpapasan dengan mertuanya dan Dita namun karena buru buru ia tidak menyadari hal itu. Berbeda dengan mertuanya dan Dita mereka terpana melihat penampilan Cahaya.
"Bu, itu mbak Aya bukan sih bu?" tanya Dita
"Mana mungkin itu Aya, dilihat dari penampilanya jauh bak Bumi dan langit .Ya kali itu Aya, Si aya sekarang lagi dirumah wajahnya berlumuran tepung dan jangan lupakan daster lusuh dan sandal jepit yang digandeng rafia itu wkwkkwk" ucap Mertua Cahaya sambil cekikikan .Mereka berdua berjalan sambil tertawa bersama membayangkan Cahaya .
"Bu, Aku mungkin terlalu lelah masak aku melihat Narayan disini" ujar Dita.
"Kamu halu! ya sudah, kita pulang aja dari pada kamu semakin ngawur" ucap mertua Cahaya.
"Buk, lihat itu Narayan bukan sih bu yang lagi bermain sama Wanita paruh baya yang berpenampilan sosialita itu" ucap Dita sembari menunjuk suatu tempat dimana da Narayan dan Yulia.
"Iya ...itu bener bener mirip dengan Narayan, kok aneh ya hari ini kita melihat dua orang kembar dengan Narayan dan Ibunya" ucap Mertua Cahaya.
"Coba kita kesana bu, aku penasaran semirip apa dia dengan Narayan" Ucap Dita dan mertuanya kemudian mereka berjalan mendekati Yulia yang sedang menunggui Narayan.
"Udah ya sayang mainya, Oma mau pulang, tapi sebelum itu kita beli eskrim dulu kanu mau nggak?" tanya Yulia.
"Mau oma, mau" ucap Narayan antusias .
"Tuh kan ma... kita salah orang lagi itu cucu Ibu Ibu sosialita itu" bisik Dita .
"Hiya tapi kok plek banget sama Narayan, kok ada ya didunia ini yang mirip dengan Narayan" ucap Mertua Cahaya tidak habis pikir.
"Kalian dari tadi, saya perhatikan melihat cucu saya terus?" kalian siapa?" tanya Yulia.
"Maaf nyonya, kami salah orang .Kalau gitu, kami permisi" ucap Dita sambil mengandeng mertuanya pergi. Ia paling anti berurusan sama orang kaya.