NovelToon NovelToon
Debaran Hati

Debaran Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan mengenai Debby Arina Suteja yang jatuh cinta pada pria yang sudah beristri, Hendro Ryu Handoyo karena Hendro tak pernah jujur pada Debby mengenai statusnya yang sudah punya istri dan anak. Debby terpukul sekali dengan kenyataan bahwa Hendro sudah menikah dan saat itulah ia bertemu dengan Agus Setiaji seorang brondong tampan yang menawan hati. Kepada siapakah hati Debby akan berlabuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akibat Cemburu

Malam itu, Debby dan Agus duduk di balkon apartemen Agus, menikmati pemandangan gemerlap lampu kota. Suasana terasa lebih hening dari biasanya. Debby memberanikan diri membuka percakapan mengenai sesuatu yang selama ini mengganjal di hatinya, bukan tentang Hendro, melainkan tentang perasaannya sendiri.

"Agus," panggil Debby pelan, memecah keheningan. Ia menatap langit yang bertaburan bintang, mencoba mengumpulkan keberanian.

Agus menoleh, menatap Debby dengan tatapan lembut. "Ya, Mbak?"

Debby menarik napas dalam-dalam. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Sesuatu yang... mungkin akan membuatmu terkejut." Jantungnya berdebar kencang, telapak tangannya terasa dingin.

Agus menunggu dengan sabar, tanpa mendesak. Sorot matanya menunjukkan perhatian dan ketenangan, seolah memberi Debby kekuatan untuk melanjutkan.

"Sejak kamu hadir dalam hidupku... semuanya terasa berbeda," lanjut Debby dengan suara sedikit bergetar. Ia memberanikan diri menatap mata Agus. "Kamu tahu semua yang sudah terjadi padaku. Dan selama masa sulit itu, kamu selalu ada. Kebaikanmu, perhatianmu... membuatku merasa... berbeda."

Debby terdiam sejenak, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. "Mungkin ini terlalu cepat, atau mungkin aku salah... tapi aku merasa... aku menyukaimu, Agus. Lebih dari sekadar teman."

Pengakuan itu meluncur begitu saja, melepaskan beban yang selama ini ia pendam. Debby menundukkan kepalanya, menunggu reaksi Agus dengan jantung berdebar tak karuan.

Keheningan menyelimuti balkon untuk beberapa saat yang terasa sangat panjang bagi Debby. Agus tampak terkejut. Ekspresi wajahnya berubah, dari tenang menjadi sedikit kaku. Ia tidak langsung menjawab, matanya menatap Debby dengan tatapan yang sulit dibaca.

"Mbak Debby..." akhirnya Agus bersuara pelan. Ada nada kehati-hatian dalam ucapannya. Ia mengalihkan pandangannya sejenak, tampak sedang mempertimbangkan sesuatu.

Debby mengangkat kepalanya, menatap Agus dengan cemas. Ia bisa melihat kebingungan dan sedikit dilema di mata pemuda itu. "Aku tahu... mungkin ini tidak terduga untukmu," ucap Debby lirih, mencoba mencairkan suasana yang terasa tegang.

Agus kembali menatap Debby. "Tidak, Mbak... bukan begitu. Saya... saya sangat menghargai Anda, Mbak Debby. Anda wanita yang baik dan kuat."

Namun, kalimat Agus terhenti di sana. Ia tidak melanjutkan dengan kata-kata yang Debby harapkan. Ada jeda yang cukup lama, di mana Agus tampak sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Debby bisa merasakan adanya keraguan dan pertimbangan yang sedang berkecamuk dalam diri pemuda itu. Jawaban yang tidak langsung itu sudah cukup memberikan sinyal bahwa perasaannya mungkin tidak sepenuhnya berbalas, atau setidaknya, ada sesuatu yang membuat Agus ragu. Debby menunggu dengan sabar, meskipun hatinya mulai terasa sedikit mencelos. Pengakuannya yang memberanikan diri ia utarakan, kini menggantung di udara tanpa jawaban yang pasti.

****

Malam itu, kegelapan kembali membawa teror bagi keluarga Naura. Beberapa orang suruhan Hendro kembali mendatangi rumah Subeni dan Haryati. Kali ini, tindakan mereka jauh lebih brutal dan tanpa ampun. Pintu rumah didobrak paksa, dan mereka langsung menyerbu masuk dengan amarah yang membabi buta.

Haryati yang sedang tertidur pulas sontak terbangun mendengar suara gaduh. Ia menjerit ketakutan melihat beberapa pria bertopeng sudah berada di dalam rumahnya. Naura yang sedang menidurkan Marcella di kamar sebelah juga terkejut dan segera berlari keluar. Pemandangan yang ia lihat membuatnya membeku ketakutan. Barang-barang kembali dihancurkan, kali ini dengan lebih ganas. Lemari dirobohkan, kaca-kaca dipecahkan dengan palu, dan lukisan-lukisan dinding disobek-sobek.

"Jangan! Apa yang kalian lakukan?!" teriak Subeni mencoba menghalangi, namun ia kembali didorong kasar hingga terjatuh.

Haryati menangis histeris, memeluk Naura erat-erat sambil mendekap Marcella yang juga menangis ketakutan. Mereka bertiga hanya bisa pasrah menyaksikan rumah mereka kembali diobrak-abrik oleh orang-orang tak dikenal itu. Tidak ada lagi barang yang tersisa utuh. Semua porak poranda, seolah amukan badai baru saja menerjang rumah mereka.

Para pelaku tampak menikmati ketakutan dan keputusasaan yang terpancar dari wajah Naura dan kedua orang tuanya. Mereka tertawa sinis sambil terus melakukan perusakan. Kali ini, mereka tidak hanya menghancurkan perabotan, tetapi juga merusak foto-foto keluarga, kenangan-kenangan berharga yang selama ini mereka simpan.

Setelah puas melampiaskan keinginan jahat mereka, para peneror itu pergi begitu saja, meninggalkan kehancuran yang lebih parah dari sebelumnya. Haryati terduduk lemas di tengah puing-puing, tangisnya semakin menjadi-jadi. Naura memeluk Marcella erat, berusaha menenangkan putrinya meskipun hatinya sendiri dipenuhi ketakutan dan keputusasaan. Subeni hanya bisa terduduk diam, menatap nanar rumahnya yang hancur lebur.

Mereka masih belum tahu pasti siapa dalang di balik semua teror ini. Namun, rangkaian kejadian mengerikan ini, mulai dari pembakaran ladang hingga perusakan rumah yang semakin brutal, terasa seperti peringatan serius yang tidak bisa mereka abaikan. Ada kekuatan besar dan jahat yang sedang berusaha menghancurkan mereka. Suasana rumah yang tadinya penuh kehangatan kini dipenuhi ketakutan dan trauma mendalam. Mereka bertiga saling berpelukan, mencari kekuatan dalam keputusasaan, bertanya-tanya siapa yang begitu membenci mereka hingga tega melakukan semua ini. Kehidupan tenang mereka di luar kota kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak berujung.

****

Kemarahan Hendro kepada Agus semakin membara. Ia meyakini sepenuhnya bahwa kehadiran pemuda itu menjadi penghalang utama baginya untuk kembali bersama Debby. Rasa cemburu dan dendam membutakannya. Ia merasa Agus telah merebut Debby darinya, dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Suatu sore, Hendro dengan sengaja mencari keberadaan Agus. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi di sekitar area apartemen Debby. Matanya awas, mencari sosok pemuda yang telah membuatnya begitu murka. Tak lama kemudian, ia melihat Agus sedang menyeberang jalan, tampak baru selesai berolahraga.

Sebuah ide keji langsung terlintas di benak Hendro. Tanpa ragu sedikit pun, ia menginjak pedal gas lebih dalam. Mobilnya melaju kencang menuju Agus yang sama sekali tidak menyadari bahaya yang mengintai.

Debby, yang saat itu sedang melihat keluar jendela apartemennya, tiba-tiba melihat sebuah mobil melaju sangat cepat ke arah Agus yang sedang menyeberang. Jantungnya mencelos. Ia mengenali mobil itu – mobil Hendro.

"Agus! Awas!" teriak Debby dari jendela, namun suaranya tentu saja tidak terdengar oleh Agus yang berada di jalanan.

Dalam sekejap mata, mobil Hendro menabrak Agus dengan keras. Tubuh pemuda itu terpental ke aspal. Debby menjerit histeris melihat kejadian mengerikan itu. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya.

****

Hendro, setelah menabrak Agus, tidak menghentikan mobilnya. Ia justru semakin mempercepat lajunya, melarikan diri dari tempat kejadian. Sambil menginjak gas, ia tertawa jahat, merasa puas telah "menyingkirkan" penghalangnya. Baginya, ini adalah cara untuk menunjukkan kepada Debby betapa ia "berani" dan betapa ia menginginkan wanita itu kembali padanya. Ia tidak menyadari betapa kejinya tindakannya dan betapa besar luka yang ia torehkan pada orang lain.

Debby segera berlari keluar dari apartemennya dengan panik. Ia melihat Agus tergeletak tak berdaya di jalanan. Beberapa orang yang melihat kejadian itu mulai berkerumun. Air mata Debby mengalir deras saat ia mendekati Agus yang tampak kesakitan dan berlumuran darah.

"Agus! Ya Tuhan, Agus!" seru Debby histeris sambil berlutut di samping pemuda itu. Ia menggenggam tangan Agus yang terasa dingin.

1
kalea rizuky
klo ortu agus gk bs nrima ywda
kalea rizuky
lanjut
Serena Muna: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!