Dia terbuang, dia tak dianggap dan dia tidak pernah ada.
Alora namanya. Anak yang terbuang dan diambil oleh agen pembunuh dan di rekrut menjadi anggota sejak umur tujuh tahun.
Gadis kecil yang terbiasa melawan arus dunia hingga tumbuh besar dan ingin kembali melihat tempat asalnya.
Siapakah Alora ini?? dan hal mengejutkan apa yang ia lakukan ??
cuss baca 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Angin sore berembus dengan lembut menggerakkan rambut Lora ke kiri dan ke kanan. Sedangkan gadis itu duduk di dahan pohon mangga paling atas yang dapat memperlihatkan suasana diluar.
Dari atas itu Lora dapat melihat Pangeran Kiran yang di pukul dengan balok kayu dengan senang hati ia membantu menghitung jumlah pukulan kayu.
Rasanya sangat senang melihat pihak lawan kesakitan.
"Seenggaknya kamu merasakan sakit setelah merendahkan ku." Mata tajam Lora menatap punggung terbuka itu.
Sebenarnya seorang gadis tidak boleh melihat tubuh terbuka pemuda yang bukan keluarganya tapi Lora telah biasa melihat itu bahkan lebih dari itu dia juga pernah melihatnya.
Punggung lebar itu benar benar menyimpan banyak kesakitan dengan tanda tanda yang di tinggalkan. Lora tau bahwa menjadi Pangeran Kiran tidaklah muda.
Di pukulan ke lima belas Pangeran Kiran hampir terjatuh tapi penjaganya berhasil menopang tubuh Pangeran.
Pangeran Kiran berbalik hendak pulang tapi saat berbalik matanya tidak sengaja melihat kain berwarna merah muda di pohon mangga besar.
Matanya menajam dan ia tau bahwa itu adalah gadis tadi. Gadis ini benar benar memiliki banyak rahasia. Pangeran Kiran menghentikan langkahnya dan menatap ke pohon mangga itu.
Ia tidak bisa melihat wajah Gadis itu karena dahan pohon itu tapi ia tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat lambaian tangan dan mengejek dengan memberikan jempol ke bawah.
Pangeran Kiran benar benar tertarik dengan gadis itu.
"Dia tidak sesusah yang di bilang." Lora menutup mata dan bersandar di dahan pohon.
.
.
Selagi menunggu jam makan malam para Putri duduk di pondok kecil di depan kamar mereka.
"Aku nggak nyangka kamu bisa dapat pangeran Kiran." Ucap Putri Hawa pada Lora yang duduk di sebelahnya.
"Aku tidak tau itu adalah keberuntungan atau kesialan." Ucapan sadis dari mulut Putri Kairi menghentikan mereka yang ingin menggoda Lora.
Lora menatap ke arah Putri Kairi dengan pandangan penasaran.
"Aku bukan ingin menakutimu tapi Pangeran Kiran adalah pangeran yang paling di takuti karena ia di kenal dengan sifat pemberontak nya pada Kaisar. Banyak orang yang menduga bahwa ia akan melakukan pemberontakan jika Kaisar mengumumkan Putra mahkota." Putri Kairi mencoba menjelaskan pada Lora.
"Tapi kan Pangeran hanya memberikan aku tusuk sate bukan jepit rambut. Kata ayah kalau di beri jepit rambut bahwa laki laki suka pada kita." Ucap Lora dengan ekspresi polos.
"Ya mana mungkin pula pangeran Tiran itu akan memberi kamu jepit rambut sedangkan dia saja hanya berkutat dengan prajurit." Ucap Putri Syaru dengan nada malas.
"Apakah Pangeran Kiran semenakutkan itu? Jadi aku harus gimana?" Lora tampak ketakutan dengan tangan mencengkram gaunnya.
Para Putri hanya bisa menghela nafas kasihan pada Lora, gadis ini baru beranjak dewasa dan ia telah di usir ayahnya untuk mencari jodoh di istana kekaisaran yang penuh intrik ini.
"Dia adalah pangeran yang menghabiskan setengah tahun di Medan perang setiap tahun. Dari kalimat itu kamu akan tau bagaimana sifatnya kan? aku hanya berharap kamu bisa menjaga jarak dari pangeran Kiran." Ucap Putri Hawa menatap prihatin pada Lora.
"Dia hanya tertarik sebentar dengan kamu, jadi berusaha jangan berinteraksi dengan dia." Putri Warsi juga memberikan ide yang sama dengan putri Hawa.
"Hmmm nanti kita ganti tempat duduk ya Putri Hawa, aku takut duduk depan Pangeran Kiran."
.
.
bersambung
jangan lupa like jempolnya
salam hangat dari author