Di dunia yang diatur oleh kekuatan enam Dewa elemen: air, angin, api, tanah, es, dan petir, manusia terpilih tertentu yang dikenal sebagai Host dipercaya berfungsi sebagai wadah bagi para Dewa untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan ilahi dan kesejahteraan Bumi. Dengan ajaran baru dan lebih tercerahkan telah muncul: para Dewa sekarang meminjamkan kekuatan mereka melalui kristal, artefak suci yang jatuh dari langit.
Caela, seorang perempuan muda yang tak pernah ingat akan asal-usulnya, memilih untuk menjadi Host setelah merasakan adanya panggilan ilahi. Namun semakin dalam ia menyelami peran sebagai Host, ia mulai mempertanyakan ajaran ‘tercerahkan’ ini. Terjebak antara keyakinan dan keraguan, Caela harus menghadapi kebenaran identitasnya dan beban kekuatan yang tidak pernah ia minta.
Ini cerita tentang petualangan, kekuatan ilahi, sihir, pengetahuan, kepercayaan, juga cinta.
**
Halo, ini karya pertamaku, mohon dukungannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirlsahoshii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Buruk
Hari sudah mencapai dini hari, langit masih gelap, Caela menemani gadis kecil itu ke ruangan untuk beristirahat di kamar tamu. Gadis kecil itu murung dan tak pernah berubah ekspresinya, dan tak mengatakan apa pun. Seperti masih trauma walaupun kini dia bisa merasakan nyamannya pelayanan istana, dan Caela mengerti dengan perasaan gadis kecil itu.
Caela berdiri dan hendak keluar dari kamar gadis kecil. Namun gadis kecil itu tiba-tiba memanggil Caela. Caela pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arahnya.
“… Ini salahku, kedua orangtuaku… berusaha melindungiku… dari serangan kelompok terkutuk itu… Sebaiknya aku saja yang mati….” kata gadis kecil itu penuh dengan keputusasaan.
Caela terdiam lalu dia mendekat kembali gadis kecil itu, dia menggenggam tangan anak kecil itu sambil menghela nafas, gadis kecil itu terkejut sedikit.
“… Aku… Tak pernah tahu siapa orangtuaku tapi…. Kalaupun dia melakukan hal yang sama dengan orangtuamu…. Berarti aku masih punya tujuan untuk hidup dan aku tak akan sia-sia kan hal itu….” jawab Caela sambil merunduk ke arah tangannya yang menggenggam tangan anak kecil itu.
Gadis kecil itu terkejut dengan kata-kata Caela, lalu dia mulai menangis. Caela pun berdiri dan melepaskan tangannya lalu memberikan gestur penghormatan pada gadis kecil itu dan pergi keluar meninggalkan anak itu.
Saat hendak pergi ke kamarnya untuk istirahat, Caela lalu mendengar suara ribut di depan kastil istana dia pun melangkah turun ke bawah dan mendapati Fae yang tiba-tiba datang ke kastil Riverbend.
“Fae?!” Caela berlari ke arahnya melihat dirinya berantakan seperti terburu-buru. “Ada apa ini? Kenapa kau datang ke sini?”
Para penjaga berusaha menahannya tapi melihat ekspresi Caela yang langsung khawatir akan itu, penjaga membiarkannya masuk.
“Caela… Kita harus ke Tevira…sekarang...” kata Fae nafasnya masih terengah-engah.
Caela mengernyitkan dahi, tanpa basa-basi, “Kenapa? Ada apa? Bisa kah kau tenang dulu?” tanyanya.
“Tevira dalam bahaya… Valia sedang ke sana untuk mencari dan membunuh kelompok murtad yang dikabarkan ada di sana…” kata Fae.
Caela melebarkan matanya, terkejut dengan berita dari Fae. Jantungnya berdetak kencang, membunuh kelompok murtad? Apakah itu Rieva yang dimaksud? Jika benar, Rieva dalam bahaya. Dada Caela sesak memikirkan hal itu, dia tak mau lagi ada orang yang mati karena ini.
“Aku pergi sekarang, Fae kau kembali lah,” kata Caela.
“Aku ikut denganmu…” kata Fae.
“Tidak, Fae kembali lah, akan lebih cepat kalau aku pergi sendiri,” Caela menyuruh penjaga untuk mengantar Fae kembali pulang, lalu dia segera bergerak pergi ke Kuil Dewa Varuna.
"Caela!" Fae berteriak.
Fae terkejut melihat keputusan Caela. Dia sedikit merasa kecewa karena benar-benar tidak bisa menepati janjinya untuk pergi ke Tevira bersama dengan keadaan gembira. Tapi Fae tahu, keadaan akan lebih buruk jika dia tidak kembali ke Moriad. Fae hanya terdiam dan membiarkan Caela pergi kali ini.
**
Sesampainya di dalam Kuil Dewa Varuna, Caela segera memanggil Varuna kembali. Sinar menyinari tubuhnya Caela berubah wujud menjadi Dewa Varuna. Dia lalu mencoba berkomunikasi dengan sang Dewa.
“Aku tak akan menjawab pertanyaan engkau,” kata Dewa Varuna, suaranya seperti biasa langsung masuk ke dalam benak Caela.
Caela terdiam, dia mencoba menenangkan diri. Dewa tahu betul dirinya saat ini dihujani oleh pertanyaan, termasuk apa yang terjadi di Tevira saat ini.
“Apakah engkau bisa membantu hamba ke Tevira dengan cepat?” tanyanya dalam hati.
Dewa Varuna terdiam sejenak, dia mengabulkan permintaan Caela. Kini Caela, bisa bertindak sesuka hati dengan wujud Varuna. Dia pun menyelami danau tersebut, dan berenang menuju pulau seberang.
***