Bagaimana jadinya jika pernikahan yang telah dibina selama 10 tahun tak menghadirkan buah hati? Bagi sebagian orang itu sangat hampa. Tapi Bagi sebagian orang itu bukan masalah.
Seperti yang dialami pasangan suami istri, Agam dan Nisha. Mereka berdua seorang Dokter. Nisha terpaksa kehilangan rahimnya akibat kecelakaan 5 Tahun silam. Sampai sekarang Agam menerima itu. Cinta Agam pada Nisha tetaplah utuh. Namun Nisha malah mengambil keputusan, untuk mencari wanita yang mau melahirkan anak mereka lewat proses bayi tabung.
Bertemulah ia dengan Yasmine, seorang gadis muda berusia 25 tahun. Ia bersedia dengan tawaran Nisha. Namun saat harus mengandung anaknya Agam, ia malah memiliki perasaan pada adik kandung Agam yang mengalami redartasi mental,Lukka.
Mampukah Agam menepati janji setianya? Dan apakah Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha?
Yuk, baca kisah mereka. Jangan lupa dukungan, kritik dan sarannya ya..😘😘❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wulan_zai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 : Bukan Suami Istri
"Untuk apa wanita memakai pelindung payudara? Melindungi dari apa?" Lukka bernalar sesuai logikanya. Sebagai laki-laki ia tak merasa *********** perlu perlindungan. Ia belum tau perbedaan antara milik pria, dan wanita.
"aaa.... eee... " Yasmine gugup bukan main, salah kata bisa panjang urusannya.
"Melindungi dari benturan. Soal nya dada wanita itu lebih sensitif, dibandingkan pria." Yasmine menahan nafas, semoga jawaban itu cocok dengan logika Lukka, yang sejatinya bernalar seusia 7 tahun.
Lukka mengangguk kecil. "aaa.., jadi semacam airbag mobil?"
"Iya.. iya..." Yasmine mengangguk saja. Ia ingin pembahasan ini berhenti.
"Terserah kau saja lah..." Gumam Yasmine pelan.
...~~~...
Hari ini Yasmine, Nisha dan Agam kembali mendatangi rumah sakit. Karena ada perubahan rencana, dari bayi tabung menjadi inseminasi. Kali ini mereka mendatangi seorang Ginekolog, yang akan membimbing dan memeriksa kondisi mereka.
"Yang tidak bersangkutan, harap tunggu di luar ya.." Ucap salah seorang suster berseragam pastel itu.
Agam langsung menoleh pada istrinya. Sementara Nisha mengangguk kecil. Ia mundur dan duduk pada kursi panjang di luar ruang pemeriksaan.
Pintu ruangan pun di tutup. Menyisakan Yasmine dan Agam, yang berdiri kaku di depan pintu.
"Mari, silahkan..." Sambut sang Dokter seraya mengayunkan tangan, pada dua kursi di depan mejanya. Mempersilahkan agar mereka berdua duduk.
Agam melangkah lebih dulu, meninggalkan Yasmine yang berpura-pura kesulitan mencari kursi.
"mmm, jadi Ibu Yasmine mengalami kebutaan, akibat penyumbatan pembuluh darah pada saraf serabut kornea?" Dokter bertubuh gemuk itu tampak membaca ulang rekam medis milik Yasmine.
Khawatir kebutaannya terungkap, membuat kedua tangan Yasmine berkeringat dingin.
"Apa itu berpengaruh buruk?" Tanya Agam berbasa-basi.
Dokter kali ini sama sekali tak mengenal mereka. Jadi Agam dan Nisha tak perlu khawatir tentang latar belakang orang tua mereka.
"Tidak, hanya saja ada kemungkinan perubahan warna pada retina mata saat melahirkan. Karena resiko darah putih naik sangat tinggi." Jawab sang Dokter.
"Kau tidak keberatan?" Tanya Agam berbisik. Warna retina mata Yasmine kemungkinan akan sedikit putih, karena kondisi tersebut.
"Tidak.." Jawab Yasmine mantap. Kan dia buta cuma rekayasa.
Setelah itu Dokter mencatat jadwal datang bulan Yasmine, selama tiga bulan kebelakang. Itu akan berguna untuk memastikan waktu yang tepat mengirim sel sperm4 esok.
Dokter juga melakukan pemeriksaan rahim melalui USG. "Kondisi rahimnya sehat, tidak ada kista ataupun miom. Keadaan tuba falopi juga normal. Hanya saja siklus datang bulan anda tidak teratur. Faktor stress dan kelelahan biasanya mendominasi." .
Yasmine hanya menyimak perkataan sang Dokter. Bukan hanya tiga bulan kebelakang saja, kehidupannya memang penuh beban yang membuat stress. Andai kepalanya bukan ciptaan Tuhan, maka tengkorak kepala Yasmine pasti sudah pecah sejak dahulu kala.
Selesai dengan pemeriksaan rahim, Dokter membawa Agam dan Yasmine ke ruangan khusus. Di sana Agam harus mengeluarkan sperm4, untuk di periksa.
Tampak perawat mempersiapkan kursi, lalu menyetel kan video indehoy untuk memperlancar proses pengambilan sampel bibit Agam.
Biasanya orang akan canggung dan tidak fokus bila di tempat asing. Itu sebabnya mereka menyediakan video yang bisa memfokuskan pikiran dan konsentrasi.
"Kenapa dia ikut masuk?" Tunjuk Agam pada Yasmine.
"Aku menunggu di luar saja..." Yasmine sudah hendak menerobos pintu.
"Anda harus membantu Pak Agam, akan lebih fokus bila istrinya yang menemani." Ucap perawat itu menahan tubuh Yasmine. Ia tau banyak pasangan yang masih malu-malu jika memeriksakan diri, apalagi untuk kali pertama.
"Aku bukan istrinya../ Dia bukan istriku..!"
Sergah Yasmine dan Agam bersamaan.
"hah...? bu..bukankah.." Perawat itu tampak kikuk, memang tidak berhak ia mencampuri urusan pribadi pasien. Hanya saja ia sangat terkejut, sebab ini kali pertama dua orang yang bukan suami istri memeriksakan diri mereka ke sana.
"Maaf, kalau begitu ibu boleh menunggu di luar." Perawat itu langsung membawa Yasmine keluar.
.
.
Setelah dinyatakan sehat, Agam dan Yasmine langsung menandatangi surat pemeriksaan rutin, yang akan mereka jalani mulai minggu depan. Sebanyak satu minggu sekali mereka harus kontrol, sampai masa subur Yasmine tiba.
Dokter juga memberikan beberapa vitamin penunjang untuk keduanya.
"Diusahakan menjaga pikiran ya,Bu. Agar perkiraan kita tidak meleset, dan keberhasilannya tinggi." Ujar Dokter dengan kacamata bulat itu.
"Baik..." Yasmine mengangguk sebagai balasan.
"Untuk Bapak, semuanya sudah bagus. Saya sarankan lebih menjaga pola tidur, agar kualitas sperm4 nya lebih jos saat hari H nanti. "
Agam mengangguk ragu, bagaimana bisa ia menjaga pola tidur. Sedangkan pekerjaannya tidak mengenal waktu.
"Ada lagi yang mau ditanyakan?"
Yasmine dan Agam menggeleng bersamaan. Mereka sudah menerima banyak edukasi, tentang apa saja yang perlu di siapkan.
...~~...
Malam harinya...
Ambar tampak senang mendengar hasil pemeriksaan Yasmine dan Agam. Ia berharap, semoga secepatnya Yasmine bisa memberikan cucu.
"Kalau kamu butuh sesuatu, bilang saja sama saya. Atau kamu butuh jalan-jalan untuk merilekskan pikiran?"
Wanita paruh baya itu memperlakukan Yasmine dengan amat lembut. Membuat Nisha yang tengah duduk di sofa tunggal mengecap rasa iri. Dulu sewaktu ia mengandung, Ambar sangat baik kepadanya. Namun setelah ia kehilangan bayinya, perlakuan Ambar sangat berubah. Seolah-olah Nisha manusia paling keji dimatanya.
"Atau kamu mau ke salon? Pijat Spa tampaknya bisa membuat tubuhmu rileks." Tambah wanita itu lagi, seraya memijat lembut kedua tangan Yasmine.
"Tidak usah, bu. Saya hanya perlu banyak istirahat." Yasmine menepis halus kedua tangan Ambar dari punggung tangannya.
"Ma, jangan berlebihan deh. Yang menantu mama itu Nisha, bukan dia." Gerutu Agam tak senang, ia takut Yasmine malah melunjak nantinya. Mengingat image pencuri dan penipu belum bisa ia singkirkan sepenuhnya.
"Dia ini calon ibu dari cucunya mama. Memangnya mama tidak boleh memanjakannya?" Protes Ambar, ia bahkan melirik ketus kepada putra sulungnya itu.
Mendengar itu, Nisha hanya meremas kedua tangannya. Ia tersenyum lebar, menyembunyikan dengan apik rasa perih yang ditorehkan oleh lidah mertuanya.
"Kau benar-benar akan pergi setelah melahirkan bukan?" Tuntut Agam memastikan. Ia tak mau ada benalu dalam rumah tangganya.
Meskipun ia bisa berjanji tak akan menghianati Nisha. Ia tetap tak bisa mempercayai Yasmine begitu saja.
"Anda tidak usah khawatir.., saya akan melakukan sesuai perjanjian." Jawab Yasmine serius.
"Mas, jadi juga belum anaknya. Sudah mau mengusir Yasmine?" Lirih Nisha dengan tawa gurau, ia tak menyangka Agam masih sama galaknya, seperti saat mereka pertama bertemu.
"Kamu jangan ketus terus dong sama calon ibunya anak kamu, nanti dia stress loh. Dokter kan bilang dia tidak boleh stress..." Cela Ambar kepada sulungnya, ia tampak ingin Agam dan Yasmine lebih akrab.
"Yasmine, kamu jangan hiraukan mulut pedas Agam,ya. Anggap saja kami keluargamu, atau kamu bisa menganggap saya seperti ibumu."
"Tidak...!" Potong Lukka sambil berlari ke arah sang mama. Ia terlihat keberatan dengan ucapan Ambar barusan.
"Mama ini, tambah anak terus. Memangnya belum cukup setelah mama menambahkan kak Nisha di keluarga kita? Lukka tidak mau banyak saudara." Anak itu menarik tubuh mamanya, agar menjauh dari Yasmine.
"hahahaha... iya.. iya.... anak mama cuma Lukka dan Kak Agam." Ambar memeluk erat putranya itu. Ia tak menyadari raut sedih anak bungsunya, yang patah hati akibat dikhianati teman-temannya.
Yasmine memperhatikan raut sedih Lukka, yang belum juga reda sejak kemarin. Ia mengepalkan kedua tangan, saat teringat betapa menyedihkan kondisi Lukka kemarin.
"Awas kalian...!" Rutuknya mendendam pada anak-anak berandal4n itu.
...*******...
cerai aja
no teras po hlman blkang smbil dlok sawah maak... mo pilih yg mna... hyuu... kumpulin sklian reiders yg lain biar rame... 😁😁😁
biar emak semngat... 💃💃💃😘😘😘